Ayn menenteng tas ranselnya di tangan kiri dan memegang roti di tangan kanan. Gadis cantik berseragam putih abu-abu itu terlihat sangat tergesa-gesa, bahkan belum sempat memasang sepatu. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit, sedangkan gerbang sekolah ditutup jam setengah delapan.
Hari ini adalah hari pertama mereka bersekolah di SMA Antakusuma, Aan dan Ayn terpaksa pindah sekolah di kelas 12 ini karena ayahnya yang seorang abdi negara dipindah tugaskan ke Jakarta.
Dari Jogja, remaja kembar ini harus menyesuaikan diri untuk lingkungan sekolah baru.
Sebenarnya mereka orang Jakarta asli, tiga tahun lalu Ayah nya di pindah tugaskan ke Jogja. Sekarang kembali lagi ke Jakarta.
"Ayn!"
Mendengar panggilan itu, Ayn makin kalang kabut. Memasukkan semua roti yang ada di tangan ke dalam mulutnya,sampai membuat pipinya mengembung. Setelah itu tangannya beralih memasang sepatu dengan cepat.
"Telat Yn!"
"Iya, bentar!"
Sebelum membuka kenop pintu, sempat-sempatnya Ayn menghadap cermin besar yang berada di ruang tamu. Mendikte seluruh penampilannya. Dirasa sudah cukup baik, Ayn keluar rumah menghampiri kembarannya.
"Bang, penampilan Ayn gimana?"
Laki-laki dengan hoodie hitam yang nangkring di motor vespa itu menatap Ayn dengan jengah, raut wajahnya kesal. Motornya tidak kunjung hidup. Ayn yang tidak tau menau tentu saja langsung naik kemotor.
"Mau ngapain?" tanya Aan balik.
Aan melirik adik kembarnya itu dari kaca spion motor, keningnya mengkerut melihat Ayn langsung naik ke jok belakang.
"Katanya telat, gimana, sih, Bang," kesal Ayn. Pasalnya ia sudah panik dipanggil dari tadi. Aan malah menggelar sesi tanya jawab, basa-basi sekali.
"Turun dulu! Si hawa mau muter, ini mentok tanaman Bunda." Ayn langsung berdecak kesal, tangannya terulur membantu Aan menarik si Hawa. Motor vespa kesayangan Aan. Setelah keluar dari halaman rumah, Ayn kembali naik.
"Ayo Bang, tancap gas. Kita udah telat banget," suruh Ayn.
"Loh, kenapa, Bang?" Ayn kembali menengok Aan dengan bingung. Aan terlihat sangat kesal, tangannya memencet stater motor dengan gemas.
"Turun! Bantuin dorong si hawa."
Ayn ternganga, bahunya melorot mendengar motor Aan mogok. Hari ini hari pertama mereka sekolah, dan mereka sudah telat? Yang bener aja, rugi dong.
"Ini tuh hari pertama kita sekolah, bang, masa telat ...." Dengan sekuat tenaga Ayn mendorong motor, sedangkan Aan mencoba menstaternya. Aan juga tahu hal itu, tapi mau bagaimana lagi. Motor nya ini sudah tua, mungkin selesai pulang sekolah akan di bawa ke bengkel.
"Jual aja deh bang sih hawa, nyusahin," celetuk Ayn dengan wajah merengut.
Aan tidak bereaksi mendengar usulan adiknya tentang motor kesayangannya ini, toh Ayn memang selalu cemburu dengan hawa yang selalu disayang Aan.
"Ayo naik."
Ayn mengela napas lega saat si Hawa sudah kembali menyala, keringat memenuhi sekitaran keningnya tidak dihiraukan. Dia bergegas naik, takutnya si Hawa mogok lagi. Kan repot harus mendorong nya, lebih parah lagi masuk bengkel.
***
Aan dan Ayn akhirnya sampai diparkiran sekolah, SMAN Antakusuma. Beruntung mereka tidak telat, pintu gerbang di tutup lima menit lagi. Ayn langsung menarik Aan menuju ruang kantor untuk mengkonfirmasi absen mereka.Aan yang teringat sesuatu langsung berucap, "Ayn!" Keduanya terhenti di dekat lapangan basket out door dengan Aan yang terpaku melihat betapa bagusnya lapangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AanAyn
Teen FictionKetika dua remaja kembar tidak identik, menjalani masa SMA yang penuh dengan bumbu - bumbu percintaan. Saat dua kembar ini di hadapkan oleh pilihan, tentang: - Cinta - Orangtua - Karir Akankah mereka bisa menjalaninya?