HTN Part Khusus : 10. Sisi Lizia hanya akan ada di karyakarsa bagi yang mau, makasih :)
Selamat membaca :)
Lizia memalingkan wajahnya, tetap mogok bicara dan marah pada Lanon. Dia masih merasa kecewa, kenapa juga Lanon merahasiakannya.
Kenapa harus dirinya yang menderita sendirian.
Heksa mengusap sekilas pipi Lizia lalu tersenyum. "Lanon niatnya baik, udah hampir seminggu, baikan gih.." dia cubit pelan pipinya.
Lizia menatap Heksa, melirik Lanon lalu menggeleng. "Ga mau, masih marah." balasnya pelan sambil melanjutkan langkahnya dari dapur ke lantai atas— ke kamarnya.
Lanon menghela nafas jengkel, menatap punggung adiknya yang tersayang itu. Dia akan selalu tidak nyaman jika bertengkar dengan Lizia. Kesayangan di keluarganya.
Lanon tidak iri sama sekali soal betapa sangat dimanja Lizia dan dia bagai anak tiri yang selalu menjadi pihak di salahkan.
Lanon tahu, dia laki-laki. Sudah sepantasnya dididik keras. Dia tahu orang tuanya begitu juga tetap sayang, jika sakit mereka sama paniknya seperti pada Lizia.
Lanon juga sadar, dia memang nakal makanya mereka sering memarahinya.
"Baikan, kak."
"ANJING!" pekik Lanon kaget sambil loncat kecil lalu menoleh pada Abidzar yang langsung memasang tatapan tajam walau senyumnya ramah.
"Apa, kak? Baba mau denger sekali lagi?"
***
Lanon merapihkan beberapa jimat yang jatuh dari tempatnya. Dia melirik Lizia yang membiarkannya begitu saja. Biasanya dia akan memperlakukan mereka semua bagai bayi.
Mentang-mentang ada Heksa. Membuat Lanon kesal saat melihat hantu banyak gaya itu tengah membuka lembar majalah.
"Dek, maaf."
Lizia tetap memunggunginya, sedang membuka majalah juga.
"Kakak ga kasih tahu karena biar semua fokus ke kamu, kakak ga takut hantu, sedangkan kamu takut. Kamu yang lebih butuh di tanganin,"
Deg!
Lizia jadi terharu mendengarnya.
"Kakak jaga kamu kok, sesekali sih emang tapi jaga kok, bantu juga kalau ada waktu luang. Namanya juga manusia, ga bisa selalu bareng 24 jam.."
Lizia menatap Heksa. Jika dia manusia, mungkin akan sama seperti Lanon. Tidak bisa menjaganya 24 jam.
"Dengerin ga?"
Lizia mengerjap. Sejak kapan dia melamun sambil menikmati wajah tampannya Heksa?
Lizia berdehem. "Iya, denger." cicitnya.
"Maaf, hm?"
Lizia pun menoleh. "Jangan bohong lagi," lirihnya lembut, begitu manja.
Suara Lizia memang suara paling lembut yang Lanon dengar.
"Hm, kamu juga. Jangan bohong, bilang kalau dia macem-macem." sindirnya pada Heksa yang tetap asyik membuka majalah, memilihkan pakaian yang cocok untuk Lizia.
Lizia balas memeluk Lanon. Menikmati kehangatan dan usapan kembarannya itu.
"Heksa pilih apa?" bisiknya pada Lizia.
"Baju buat aku," jawabnya sambil melepaskan pelukan, membiarkan Lanon mendekati Heksa yang asyik sendiri.
"Ngapain lo?" ketusnya lalu melirik yang sedang Heksa tandai.