Rumina bingung memperhatikan Sayaka, ia tidak ingin gadis itu dikeluarkan dari perusahaan oleh Maulana, tapi dirinya juga tahu bahwa sahabatnya itu kalau sudah mengambil keputusan maka tidak bisa lagi diubah.
Dia berada dalam dilema, satu sisi adalah sahabatnya dan sisi lain adalah pujaan hatinya.
Sayaka menghentikan acara membereskan barang-barangnya, ia mengalihkan perhatian pada Rumina, menatap pria itu dengan senyum manis.
Entah kenapa Rumina merasakan sebuah firasat buruk, Rumina bukan tidak ingin membantu Sayaka bila gadis itu terkena masalah tapi yang jadi masalah adalah Sayaka sendiri yang cari masalah dengan menyukai pria yang tidak menyukainya.
"Rumina, apakah kamu ingin aku keluar dari perusahaan ini?" Sayaka bertanya dengan ekspresi wajah melas, seakan ia sangat tersiksa dan tidak ingin keluar dari tempat sekarang dirinya bekerja.
"Ya, tentu saja tidak. Tapi ... Kenapa Ivan sampai memecat mu secara langsung?" Rumina harus berhati-hati dalam mengambil keputusan, ia tidak ingin kalau salah ambil malah akan menyusahkan dirinya sendiri.
"Itu karena wanita sialan itu." Ekspresi wajah Sayaka berubah menjadi dingin, seakan ia memiliki sebuah dendam dalam hati.
Rumina semakin tidak paham dengan sebutan wanita sialan yang dimaksud Sayaka, ia tahu dengan betul bahwa sahabatnya itu tidak akan pernah membawa wanita tidak jelas.
Rumina bisa menebak kalau sebutan wanita sialan itu kemungkinan adalah Istri kecil sahabatnya, tapi juga tidak bisa disebut wanita sialan.
Rumina ingin memberikan nasehat pada Sayaka agar tidak menyebut Istri sahabatnya sebagai wanita sialan, karena itu akan membuat Maulana sangat marah dan murka.
Tapi melihat ekspresi kekesalan di wajah Sayaka, ia hanya bisa menahan ucapan itu di bibir tanpa berani mengatakannya.
"Rumina, kamu harus membantu ku menyingkirkan wanita sialan itu!" Yamamoto Sayaka kembali berbicara, kali ini nadanya lebih mendesak dan menuntut pada Rumina.
Sayaka Yamamoto semakin berjalan mendekati Rumina, memajukan wajahnya lebih dekat pada wajah Rumina, ia bahkan membuka beberapa kancing bajunya bagian atas untuk menggoda Rumina.
Rumina menelan ludah sendiri saat melihat bagian tubuh putih mulus dari wanita tersebut, insting seorang pria dalam dirinya hampir tidak bisa terkendali.
"Sa..."
"Rumina!"
Rumina dan Yamamoto Sayaka terkejut, mereka reflek menjaga jarak masing-masing saat mendengar suara Maulana.
Sayaka kembali melanjutkan acara membereskan barang sedangkan Rumina segera berjalan menghampiri Maulana yang sedang bersama Istrinya.
"Pak, ada uang ingin saya bicarakan sama Bapak." Rumina berkata dengan sangat hati-hati, jangan sampai dirinya menyinggung Bos sekaligus sahabatnya itu, atau karir akan hancur.
"Ada apa?" Dahi Maulana berkerut melihat ekspresi Rumina, tidak biasanya pria itu berbicara dengan sangat hati-hati dengannya, meski di kantor mereka adalah Bos dan karyawan, namun bagi Rumina Maulana tetaplah sahabat.
"Ini tentang Nona Yamamoto Sayaka." Rumina memperhatikan ekspresi Maulana, ada rasa khawatir dalam hati kalau sahabatnya itu akan marah atau menolaknya.
"Ada apa dengannya?" Maulan pura-pura tidak tahu, ia bahkan enggan menoleh pada Sayaka.
"Tolong pertimbangkan keputusan Bapak untuk memecatnya." Dengan segenap keberanian, Rumina akhirnya menyampaikan apa yang ingin disampaikan.
Alis Fira menukik tajam mendengar permintaan Rumina, ia tidak suka bila Sayaka masih berada di perusahaan Mizuruky karena baginya Sayaka sudah berani bertindak kurang ajar.
"Tidak bisa! Wanita itu sudah tidak profesional, dia juga sudah dengan sengaja mendorongku hampir jatuh!"
Rumina tidak percaya dengan ucapan Fira, ia tahu selama ini Sayaka adalah seorang gadis yang lembut dan dari keluarga terpandang, tidak akan mungkin bersikap kasar.
Sayaka diam tidak berani membantah, mengelak pun percuma karena saat melakukan itu disaksikan langsung oleh Maulana.
Maulana diam mengamati ekspresi Rumina, pria itu terlihat tidak percaya dengan ucapan Fira, ia ingin melihat seperti apa Rumina membela Sayaka.
Rumina ingin membuka mulut untuk membantah ucapan Fira, namun melihat tatapan mata Maulana, niatnya diurungkan dan mengalihkan perhatian pada Maulana.
Rumina menarik sudut bibirnya untuk tersenyum dan berkata,"Van, kali ini saja jangan pecat Sayaka, anggap saja ini permohonan ku sebagai sahabat mu."
Maulana menyeringai kecil mendengar permohonan Rumina, bukan dirinya tidak ingin memberikan kesempatan pada Sayaka tapi bila gadis itu masih menyimpan perasaan padanya dan mengganggu rumah tangga mereka, itu sangat tidak baik.
Maulana ingat bahwa di Maula Publisher membutuhkan orang baru sebagai finance, Sayaka memiliki keterampilan itu, bukankah lebih baik ditaruh sana saja?
"Baik, aku memandangmu sebagai sahabat ku..." Maulana menggantungkan ucapannya. Mata safir itu melirik sang Istri, terlihat sekali ekspresi kekesalan di wajah gadis itu.
Yamamoto Sayaka sangat senang mendengar ucapan Maulana, ia yakin kalau pria itu tidak akan membiarkan dirinya pergi hanya demi wanita sialan itu.
"Van, eh Pak. Bapak memang yang terbaik," katanya dengan senyum manis.
Maulana mengangguk."Kebetulan si Maula Publisher sedang membutuhkan tenaga kerja seperti mu, kamu bisa di sana. Lagipula sama saja bukan? Maula Publisher juga perusahaan ku."
Rumina tidak tahu harus berkata apa, jika berterimakasih karena Yamamoto Sayaka tidak jadi dipecat, tentu saja dirinya sangat berterimakasih namun bukan seperti itu juga yang dimaksud.
Rumina melirik Sayaka, terlihat sekali kalau kebahagiaan gadis itu perlahan memudar diganti dengan kekesalan namun tidak berani bicara.
Diam-diam Fira tersenyum penuh kemenangan, namun senyuman itu luntur saat melihat sosok pria yang pernah dicintai menggunakan seragam OB serta membawa alat kebersihan.
Reflek Fira menjaga jarak dari Maulana, tatapan mata sangat ingin menyapa pria itu namun takut kalau kekasihnya itu akan marah.
Maulana mengalihkan perhatian pada sang Istri, ia mengikuti arah pandang gadis itu."Sayang, kamu kenal pegawai baru itu?"
"Dia adalah orang yang ku cinta." Jawaban Fira terdengar lirih.
Ada perasaan tidak nyaman dalam diri Maulana, sebagai seorang Suami dirinya merasa tidak dihargai, ia ingin marah tapi tidak tega, dirinya memilih diam dan mengajak Rumina keluar.
"Rumina, ikut denganku." Maulana menarik tangan Rumina tanpa menunggu persetujuan dari pria itu.
Rumina tidak tahu harus menolak atau menerima karena Maulana sudah lebih dari menarik tangannya pergi bahkan Fira pun ditinggal.
Melihat Suaminya pergi tanpa mengajaknya, Fira tidak suka apalagi Sayaka juga ikut menyusul mereka berdua.
"Kenapa aku yang ditinggal? Kenapa Mas Ivan justru membawa kedua orang itu? Katanya tadi mau mengajakku makan?" Gadis itu cemberut sendiri.
Fira melangkah kaki mengejar Maulana dan Rumina, meski ia masih suka pada mantan pacarnya tapi juga tidak bodoh untuk melepaskan pria mahal seperti Suaminya.
"Mas, tunggu!"
Fira mempercepat langkah kakinya mengejar sang Suami, namun kaki pendeknya tidak bisa menyamai langkah kaki panjang pria itu.
Fira berhenti sejenak mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk membuat pria itu berhenti, namun apa? Dirinya juga tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Durhaka
RomanceFiranda Firdaus dipaksa menikah dengan Ivan Maulana Rizky untuk menutupi aib keluarga, gadis 18 tahun kehilangan mahkota setelah dua malam tidak pulang bersama pacarnya