publish : July 18, 24
repost : Nov 01, 24•••
Angin sepoi-sepoi masuk dengan bebas melalui mulut gua, terasa sejuk menerpa kulit polos seorang gadis yang baru saja terjaga dari tidurnya. Gadis yang sudah tidak perawan itu mengerjapkan matanya, beberapa saat penglihatannya mulai jelas sehingga dia dapat melihat sekeliling tempatnya berada, hari telah hampir siang. Dia tidak banyak bergerak, merasa sangat lemah. Pandangannya lurus menatap langit-langit gua yang dirayangi tanaman merambat sembari berusaha mengingat apa yang telah terjadi padanya hingga merasa selemas ini.
Sakha.
Nama itu langsung terlintas di benaknya, diikuti ingatannya tentang bagaimana hebatnya lelaki itu menggagahinya semalam. Wajah Phoenix seketika merona, dia tidak akan pernah melupakan betapa mempesonanya sosok Sakha yang berubah jadi liar malam tadi. Jangan lupakan juga suaranya yang jantan dan ucapan-ucapan kotornya. Phoenix merapatkan pahanya, miliknya terasa geli berdenyut-denyut hanya dengan membayangkan adegan panas mereka semalam.
Dengan gerakan yang sangat lamban dan hati-hati Phoenix beranjak dari baringnya. Dia tidak dapat mengabaikan sekujur tubuhnya yang remuk redam dengan kulit yang terasa lengket. Tubuhnya telah terlilit kain, menyembunyikan bekas-bekas percintaannya dengan Sakha semalam. Pasti Sakha juga yang sudah memakaikan kain ini pada tubuhnya. Phoenix merasa kegerahan dan sangat ingin mandi, namun saat menggerakkan kakinya dia merasa keduanya tidak dapat digerakan. Mati rasa.
"Serius sampe segininya?"
"U-uhhh perih banget, sial shhh..."
Phoenix hanya bisa merintih. Selain merasa kakinya mati rasa, kewanitaannya juga terasa sakit luar biasa. Tapi Phoenix mafhum tentang keadaannya sekarang, mengingat bagaimana ganasnya Sakha saat memperlakukannya semalam.
"Awsshh, padahal pas ng*wenya enak banget, sampe gak mikir paginya bakal sakit begini shhh..."
Phoenix melihat ke sekitar, dia tidak menemukan keberadaan Sakha. Seharusnya ketika bangun pagi melihat pemandangan Sakha tertidur di sampingnya, pasti wajah lelaki itu lucu. Tapi ini malah tidak nampak batang k*ntolnya sama sekali.
"Gak tanggung jawab banget, udah bikin gue gak bisa jalan malah ngilang." Phoenix mengeluh, namun belum juga kering bibirnya berucap, Sakha tiba-tiba muncul dari bibir gua. Dia masuk menghampiri Phoenix.
"P-phoenix, kamu baru bangun?"
Phoenix mengernyitkan dahi kala melihat penampilan Sakha. Berbeda dengan dirinya yang kacau balau, Sakha terlihat baik sekali. Nampak bersih, rapi, segar, tampan dan lucu. Phoenix jadi kesal sendiri, merasa dicurangi.
"Kok lo udah ganteng? Kenapa gue masih gembel dan belum mandi?" gadis itu protes dengan dahi mengernyit menahan kesal.
"Y-ya, karna aku udah bangun dari tadi. Aku mandi duluan dan buatin sarapan buat kamu." Sakha menjelaskannya sembari menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal. Lucunya dia tidak berani melihat wajah Phoenix terutama beradu tatap dengan mata gadis itu. Sakha yang tadi malam ganas tidak karuan sangat berbeda dengan Sakha pemalu yang sekarang ada di hadapan Phoenix.
"Gue juga pengen mandi, badan gue lengket dan gerah. Tapi kaki gue mati rasa dan lemes, gue gak bisa jalan." Phoenix mengadu dengan memasang wajah sedih yang dibuat-buat. Mendengarnya membuat Sakha merasa bersalah.
"P-phoenix tolong maafin aku. A-aku janji gak akan ngulangin seperti yang semalem." ujar lelaki itu dengan kepala tertunduk dan suara yang mencicit kecil. Kedua tangannya bertautan di depan, jari jemarinya saling meremas.
Phoenix tentu merasa gemas, tangannya segera terangkat untuk mencubit kedua pipi Sakha. Dia menyukai kedua sisi yang Sakha miliki, Sakha yang lucu seperti yang ada di hadapannya maupun Sakha yang ganas seperti semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKHAPHOENIX ABC
Teen FictionSakha dan Phoenix bukan teman yang akrab pada awalnya, namun sebuah kecelakaan mengharuskan mereka bertahan hidup hanya berdua di sebuah pulau aneh. Dalam kurun waktu yang singkat dalam kesusahan yang dilalui bersama keduanya saling jatuh hati dan m...