Sejak pertemuan mereka di seminar kemarin, Amanda merasa ada yang berbeda. Pikirannya sering kali melayang ke arah sosok Daffa, mahasiswa Teknik Elektro yang ramah dan penuh wawasan. Ia tak menyangka obrolan sederhana seusai seminar bisa meninggalkan kesan mendalam.
Beberapa hari setelah seminar, Daffa mengirim pesan kepada Amanda yang meminta nomornya saat selesai dari acara itu.
"Haii..Amandaa, Sudah ketemu seminar menarik lagi yang bisa kamu rekomendasikan?" tulisnya, mencoba membuka percakapan dengan ringan.
Amanda tersenyum kecil saat ia melihat foto profil kontak asing tersebut dan ternyata itu adalah kontak Daffa, Cowok yang beberapa waktu lalu bertegur sapa dengannya. Ia tak menyangka Daffa benar-benar akan menghubunginya lagi setelah pertemuan singkat mereka. "Belum, sih. Tapi kalau ada yang bagus, aku kabari. Kamu juga, ya, kalau ada yang menarik di bidangmu." jawab Amanda sambil merasakan getaran halus di dadanya.
Daffa membalas dengan cepat, seakan memang menantikan jawabannya. Obrolan mereka pun berlanjut, dari seminar menjadi percakapan tentang kuliah, cita-cita, dan kehidupan sehari-hari. Daffa mulai bercerita bahwa ia mengambil Teknik Elektro karena keinginan untuk menciptakan inovasi energi terkhusus energi ramah lingkungan dan terbarukan, sesuatu yang ia yakini bisa mengubah dunia. Di sisi lain, Amanda menjelaskan alasannya memilih Akuntansi. Ia menyukai bagaimana angka-angka bisa menata dunia bisnis dengan rapi, dan ia punya mimpi besar di sana.
Tak lama setelah itu, Daffa mengajak Amanda untuk bisa bertemu setelah beberapa minggu mereka berbincang melalui sosial media mereka. Sebuah kafe kecil di sekitaran kota tempat mereka berkuliah menjadi pilihan mereka untuk bertemu kedua kalinya setelah seminar itu. Saat Amanda masuk, ia melihat Daffa sudah menunggunya di sudut ruangan, tersenyum sambil melambai. Ada perasaan nyaman yang mengalir begitu saja, seolah mereka sudah lama saling mengenal.
Obrolan mereka mengalir tanpa henti. Daffa dengan semangatnya membicarakan teknologi dan energi, mengisahkan berbagai proyek yang ia impikan. Amanda yang biasanya sibuk dengan angka, terpesona dengan cara Daffa bercerita. Ia memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut Daffa, seakan mencerminkan ambisinya yang besar. Amanda tersenyum, merasa beruntung bisa mengenal seseorang yang punya tujuan hidup setegas itu.
"Kalau kamu gimana?" tanya Daffa dengan lembut, kali ini dengan pandangan yang lebih dalam. "Kenapa kamu memilih Akuntansi?"
Amanda terdiam sejenak memikirkan jawaban dari pertanyaan dari lelaki di hadapannya itu. "Aku memilih jurusan akuntansi karena aku ingin memahami bagaimana perusahaan itu bekerja dari dasar. Bagiku, laporan keuangan seperti teka-teki; dengan membacanya, aku bisa tahu mana area yang perlu diperbaiki, mana yang berpotensi berkembang, dan bagaimana sebuah bisnis bisa bertahan atau berkembang. Akuntansi membantuku melihat dunia bisnis secara menyeluruh dan strategis," lanjut Amanda. "Bukan hanya soal hitung-menghitung, tapi juga tentang bagaimana mengelola, merencanakan, dan mendukung keputusan-keputusan penting."
Daffa menyimak dengan penuh perhatian, kagum melihat Amanda begitu mendalam saat bercerita.
Amanda tersenyum, merasa tersentuh oleh ketertarikan Daffa. "Angka bisa bercerita, kalau kita tahu cara membacanya. Aku ingin menjadi orang di balik layar yang membantu bisnis berjalan dengan baik, memastikan semuanya berjalan seperti seharusnya. Dan meskipun terdengar sulit, aku tetap menikmatinya. Mungkin karena menurutku, akuntansi bukan hanya pekerjaan, tapi juga keahlian."
Mendengar penjelasan Amanda, Daffa merasa bahwa pertemuan ini benar-benar mempertemukannya dengan seseorang yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki visi yang begitu kuat. Ada kedalaman dan keteguhan dalam cara Amanda melihat masa depannya yang membuatnya merasa semakin tertarik.
Daffa mengangguk penuh pengertian. "Kamu tahu, aku nggak pernah membayangkan seorang mahasiswa Akuntansi bisa punya cara pandang sekreatif itu."
Keduanya tertawa kecil, tapi ada rasa kagum yang saling terpancar di antara mereka. Malam itu, mereka mulai merasa bahwa ini bukan sekadar persahabatan biasa. Ada ikatan yang perlahan tumbuh, ikatan yang membuat mereka merasa lebih berarti satu sama lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan, Izinkan kami bersama
Genç KurguDaffa dan Amanda bertemu di bangku kuliah, dan sejak saat itu, cinta mereka tumbuh tanpa paksaan. Mereka adalah pasangan yang saling melengkapi, menghadapi masa-masa sulit bersama selama kuliah hingga akhirnya memasuki dunia kerja. Impian mereka sed...