Setelah tiba di rumah, Florency duduk sejenak, merasakan lelah setelah seharian bermain. Tanpa memegang ponsel, ia memutuskan untuk membersihkan kamar dan rumahnya. Orang tuanya sedang tidak ada di rumah, dan adiknya ikut pergi bersama mereka.
"Ya Allah, capek banget jadi anak pertama, apalagi anak perempuan. Harus bersihin rumah sendirian," keluh Florency.
"Gapapa, ini juga pahala. Lagian, kedua orang tuaku bekerja, jadi aku harus bantu mereka," gumamnya, mencoba menenangkan diri.
Sebelum memulai, ia menyalakan televisi agar suasana tidak terlalu sepi. Di luar rumah, suasananya sangat tenang tetangga pada bekerja semua. Florency merasa sedikit takut, jadi menyalakan televisi adalah solusinya.
"Sepi banget ya di sini," gumamnya sambil melihat keluar jendela.
Setelah membersihkan mainan adiknya, mencuci piring, dan merapikan kamar, ia merasa lapar. "Aduh, ada makanan apa ya di kulkas?" Ia beranjak ke kulkas dan melihat berbagai frozen food.
"Masak ayam aja deh," putusnya sambil mempersiapkan ayam goreng.
Setelah selesai menggoreng, Florency mandi dan menikmati makan malam sambil menonton televisi, lupa untuk mengecek ponselnya.
Selepas makan, pikiran Florency melayang kembali pada pesan Ania tadi. "Lo dichat cowok, ga?" Meski saat itu ia hanya membalas sepintas, pertanyaan itu kini membekas.
"Oh ya, Ania sempat nge-chat aku, ya? Tapi... siapa cowoknya?" gumamnya sambil membuka ponsel. Ia menggeser layar, masuk ke WhatsApp, dan melihat banyak notifikasi. Di antara deretan pesan itu, ada satu dari nomor tak dikenal yang membuat alisnya berkerut.
Florency berhenti sejenak, menatap pesan Ania yang belum sempat ia balas sepenuh hati. "Lo dichat cowok, ga?" Seketika perasaannya campur aduk.
"Kagak dah," balasnya singkat, jari-jarinya mengetik tanpa keraguan.
Tak perlu waktu lama, Florency mendapat balasan dari Ania. "Serius ege."
"Lah, serius," jawab Florency, kali ini lebih tegas, berusaha menyembunyikan kebingungan yang mulai menyelimuti.
Tak lama, Ania mengirimkan satu pesan lagi yang lebih menantang, "Coba liat lagi sono, pasti ada."
Florency menggulir layar, menelusuri WhatsApp, sampai akhirnya pandangannya tertuju pada pesan dari nomor tak dikenal.
"Siapa dia?" gumamnya sambil membuka profil si pengirim, seorang cowok dengan gaya tengil yang seakan berbicara tanpa kata, mengundang rasa penasaran yang sulit diabaikan.
Ia menghela napas, merapikan rambut yang sedikit berantakan sambil memikirkan pesan itu. "Aku yakin, aku enggak pernah ngasih nomorku ke cowok lain." Pikirannya sibuk menerka-nerka siapa pemilik nomor asing itu. Tapi, sebelum sempat berpikir lebih jauh, notifikasi lain muncul. Ania.
"Ada kan?" pesan itu muncul tepat saat Florency mulai merasa semakin tak nyaman.
"Iya ada, siapa dia?" tulisnya Florency cepat dipesan Ania.
Florency mengetik lagi sebelum pesannya dibaca oleh Ania. "Perasaan gua enggak ngasih nomor gua ke siapa-siapa deh."
Percakapan terhenti. Ania tak langsung membalas, menyisakan Florency dalam kebingungan yang semakin dalam. Lima menit berlalu, layar ponselnya menyala lagi. Kali ini bukan dari Ania.
Sebuah pesan baru dari nomor tak dikenal muncul. Hanya satu kata, tapi terasa mengusik hatinya.
Ia menatap pesan itu lama, berusaha menebak siapa yang cukup berani menyapa begitu akrab tanpa mengenalkan diri.
Florency menatap layar ponselnya, ragu untuk membuka pesan dari nomor tak dikenal itu. Dalam pikirannya, sosok cowok itu terasa sangat berbeda antara yang ia lihat di sekolah dan foto profil WhatsApp yang kini ia amati.
Tapi Ania hanya membalas pesan dengan menyebut nama Florency saja. "Flo."
Dan benar saja, itu cowok tadi disekolah yang Florency bilang ganteng. Jadi dia ngechat Florency? Kebetulan atau apa nih? Tapi pikiran Florency terasa berbeda disekolah sama difoto profil whatsappnya.
"Beda gak sih? Beda banget ini, yang diprofil jamet bener, rada tengil gitu," gumam Florency, mengingat wajah cowok itu saat mereka bertemu di sekolah.
Ia membuka chat dengan Ania dan mengetik, "Apa? Gua lagi mikir, dia dapat dari mana nomer gua? Gua belum liat sih pesan cowo itu."
Tak lama, Ania membalas, "Itu kan cowo yang lo bilang ganteng."
Florency terkejut dan langsung membalas pesan Ania. "Hah? Bukan dia kali."
Pesan masuk lagi dari Ania. "Itu beneran dia kok, nama dia Ardin."
Florency merasa otaknya seolah loading. "Serius ini cowok yang tadi aku bilang ganteng itu?" tanyanya dalam hati, mencoba mencocokkan informasi.
"Ah masa sih? Beda kayaknya ni, yang tadi ganteng dan cool, kok di profil tengil banget ya?" sambungnya, bingung dengan jawaban pesan whatsapp dari Ania.
Ania kemudian mengirim pesan, "Sama kok, itu sih jaket cokelat."
Florency kembali mengingat penampilannya dengan seksama. "Lah, bner juga ya rada mirip sih emang. Kayaknya itu dia deh."
"Kan benar, nama dia Ardin." Balasan dari Ania yang mengonfirmasi Florency.
Florency terhenyak dan membalas. "Kok lo tau?" merasa penasaran sekali dengan Ania.
Florency mendapatkan pesan lagi dari Ania. "Kan dia minta saveback, terus gua lihat Instagram dia. Eh, btw lo dichat jam berapa sama Ardin?" Ania menjelaskan dan bertanya dipesan.
Seketika, Florency teringat bahwa cowok yang memakai jaket cokelat itu memang Ardin. Namun, ia masih merasa ragu.
Florency merasa bingung. Ia membuka chat dari Ardin tanpa membalas. Tidak terbiasa mengesave nomor orang, ia bertanya-tanya apakah harus melakukannya atau tidak."Nanti aja deh balas chat Ardin, aku bales chat Ania dulu aja," gumam Florency yang menunda membalas pesan Ania.
Florency pun membuka room chat Ania dan membalas pesan Ania. "Jam 16.45 sih."
"Anjir, ternyata Ardin chat lo duluan, gua ke duluan lo. Emang yang lo sih pertama lihat Ardin, jadi pantes lo dichat duluan," balasan Ania dipesan. membuat Florency sedikit kaget.
Kata-kata Ania terasa aneh di telinga Florency. "Kok aneh ya sama kata-kata Ania, maksudnya apa ya?"
Firasat buruk mulai menggerogoti pikiran Florency. Ia merasa Ania mulai tertarik pada Ardin. "Ikutin alurnya aja mau sih Ania gimana," gumamnya, berusaha menenangkan diri.
Semakin dalam, perasaan tidak enak itu semakin kuat. Apakah Ania akan merasa cemburu? Florency merasakan ketegangan dalam persahabatan mereka. Dan apakah benar yang disekolah tadi kalau Ania mulai menyukai cowo jaket cokelat? Tapi sama aja Ania merebut cowok dari Florency itu kan? Walaupun Florency bilang ke Ania nya tak menyukai cowok jaket cokelat.
Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/266873588-288-k613200.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa SMA Florency
Novela JuvenilFlorency Jaquline Rose didaftarin Bunda diam-diam di High School Islami, dan hidupnya segera terjalin dengan berbagai takdir yang tak terduga. Di sekolah tersebut, Florency bertemu dengan Alvasca Jordan Fadeyka, anak murid les privat bunda Florency...