Bab 9 : Kunjungan yang Mengguncang Hati

2 0 0
                                    

Pada suatu akhir pekan, Raden sedang duduk di teras rumahnya, menikmati sore yang tenang di Yogyakarta, ketika sebuah pesan muncul di ponselnya. Pesan itu dari Olive: “Raden, aku di kota kamu sekarang. Boleh nggak aku mampir?” Tanpa ragu, Raden segera membalas, “Tentu! Kapan kamu mau datang?”

Tak lama kemudian, Olive tiba di rumah Raden. Ia tampak sama seperti terakhir kali mereka bertemu, senyumnya cerah, membawa rasa rindu yang tak pernah ia sadari begitu dalam. Hati Raden berdebar saat ia menyambut Olive, mencoba menahan rasa yang selama ini ia pendam. Mereka duduk bersama di ruang tamu, dan obrolan ringan mengalir, seolah waktu tak pernah memisahkan mereka.

"Jadi, gimana rasanya kuliah di Surabaya?” tanya Raden, berusaha menjaga pembicaraan tetap santai.

Olive tersenyum. "Seru, tapi kadang bikin kangen rumah juga... termasuk kangen kamu," ucap Olive dengan nada bercanda, namun ada kilatan kejujuran di matanya yang membuat Raden terdiam sejenak.

Raden tersenyum kecil, hatinya berdebar tak karuan. Dia tak ingin terlalu berharap, tapi kata-kata Olive itu menggugah perasaan yang sudah lama ia sembunyikan. Setelah beberapa saat, Raden pun beranikan diri bertanya, “Olive, apa kamu masih ingat kenangan kita dulu? Semua obrolan, malam-malam yang kita lewati...”

Olive menatapnya, sedikit terkejut, tapi ia tersenyum lembut. “Iya, aku ingat. Justru itu yang membuatku ingin ketemu kamu sekarang. Aku cuma... ingin kita tetap jadi bagian dari hidup masing-masing, walaupun kita sekarang di kota yang berbeda.”

Mereka berdua duduk dalam keheningan yang nyaman, hingga Olive, sambil tersenyum, mengeluarkan kamera polaroid yang selalu ia bawa. “Ayo, kita ambil foto bersama lagi. Buat kenangan,” katanya.

Mereka berdua tertawa, dan Olive mengambil beberapa foto bersama Raden, seolah ingin menangkap setiap momen yang terasa begitu berharga.

Namun, saat mereka melihat hasil fotonya, Raden tiba-tiba merasakan berat di dadanya. Ia tahu, kebersamaan ini sementara, bahwa mereka mungkin hanya saling melintasi jalan untuk sesaat. Namun di dalam hatinya, ia sadar, perasaannya pada Olive akan selalu tersimpan di sana, dalam-dalam.

Saat malam mulai larut, Olive berpamitan untuk pulang. Di depan pintu, sebelum berpisah, ia tersenyum pada Raden. “Terima kasih, Den. Ini malam yang sangat berarti.”

Raden tersenyum lembut. “Kapanpun kamu butuh teman, kamu tahu di mana harus mencari aku.”

Mereka berpandangan, saling mengerti tanpa perlu kata-kata. Ketika Olive pergi, Raden menatap langit malam. Hatinya tenang, meskipun ia tahu, cinta mereka tak selalu tentang memiliki. Bagi Raden, kebahagiaan Olive sudah menjadi tujuan akhirnya.

Berawal Like Story, Berujung CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang