Apo Nattawin adalah seorang fotografer muda yang penuh semangat, sukses, dan berjiwa bebas. Namun, di balik pesonanya yang menarik, dia menyimpan label kontroversial: "The Wedding Angels of Death." Gelar ini tidak tanpa alasan; Apo telah berulang ka...
• Boys Love area • Dominan & Carrier • Akan ada major scene 🔞 ke depannya
Enjoy the story
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mile Phakphum Dominan, 35 yo Mogul Thailand Duda
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Apo Nattawin Carrier, 29 yo Fotografer Single
Apo Nattawin adalah seorang fotografer muda yang dikenal karena keahliannya menangkap momen-momen indah di hari pernikahan. Dengan lensa kamera yang selalu siap, dia melihat dunia sebagai serangkaian potongan-potongan keindahan yang bisa diabadikan. Namun, di balik sorotan lampu dan senyum bahagia pasangan yang dia dokumentasikan, ada sisi gelap dari dirinya yang jarang terlihat oleh orang lain.
Sejak kecil, Apo dibesarkan di dalam lingkungan yang mengagungkan cinta romantis. Ayahnya adalah seorang penyair yang sering menulis tentang keindahan cinta, sementara ibunya adalah penggemar novel-novel romantis yang menggugah. Mereka sering mengajak Apo dan saudarinya untuk menyaksikan film-film romantis klasik, di mana cinta sejati selalu berakhir bahagia. Namun, realita yang dialami Apo berbeda.
Ketika Apo beranjak remaja, dia menyaksikan perpecahan yang menyakitkan antara orangtuanya. Setelah bertahun-tahun berjuang, ayahnya memutuskan untuk pergi, meninggalkan ibunya dalam kesedihan yang mendalam. Apo ingat betapa ibunya sering terbangun di malam hari, menangis seolah menginginkan kembali masa-masa indah yang telah hilang. Momen-momen itu menanamkan ketakutan dalam diri Apo bahwa cinta, sekuat apapun, bisa menghilang secepatnya. Dia mulai meragukan konsep cinta sejati yang selama ini diajarkan.
Menjelang masa remaja, Apo menyaksikan teman-teman sebayanya terjebak dalam hubungan yang tidak sehat. Dia melihat sahabatnya, Peung, mengalami patah hati bertubi-tubi karena terus kembali kepada pacar yang selalu menyakitinya. Apo tidak mengerti mengapa Peung bersedia mengorbankan kebahagiaannya demi seseorang yang jelas-jelas tidak menghargainya. Dari pengalaman-pengalaman itu, Apo mengembangkan anggapan bahwa cinta dan komitmen hanya berujung pada kesedihan dan luka.
Saat Apo mulai menjalin hubungan pertamanya, perasaan itu semakin menguat. Hubungan tersebut dimulai dengan manis, tetapi seiring berjalannya waktu, ketidakpastian dan ketakutan mulai menggerogoti hatinya. Dia merasa terjebak ketika tunangannya mulai berbicara tentang masa depan, tentang pernikahan, dan anak-anak. Ketakutan akan kehilangan kebebasan dan kebahagiaan individu mulai menguasai pikirannya.
