Chapter 12 : New Dawn

50 8 2
                                    

Setelah proyek majalah perusahaan Mile selesai, kehidupan Apo mulai kembali ke ritme yang lebih normal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah proyek majalah perusahaan Mile selesai, kehidupan Apo mulai kembali ke ritme yang lebih normal. Fotografi untuk edisi spesial telah selesai dengan baik, dan hasilnya dipuji oleh seluruh tim kreatif. Namun, meskipun tugas profesionalnya sudah berakhir, ada sesuatu yang masih tertinggal-sebuah perasaan yang menggantung di udara sejak makan siang mereka yang tak terlupakan.

Sejak insiden di restoran, di mana bibir mereka bersentuhan secara tidak sengaja, hubungan antara Apo dan Mile berubah. Meski keduanya berusaha bertindak biasa saja, ada ketegangan tak terlihat yang terus menyelimuti setiap interaksi mereka. Mereka sudah jarang bertemu sejak proyek majalah selesai, dan setiap kali mereka saling mengirim pesan, ada semacam kehati-hatian dalam kata-kata mereka. Namun, hal itu justru semakin memperjelas bahwa sesuatu telah bergeser.

Apo tak bisa mengabaikan fakta bahwa setiap kali ia memikirkan Mile, hatinya berdegup lebih kencang. Ia bukan hanya seorang klien lagi. Ada lebih dari sekadar hubungan profesional di antara mereka, sesuatu yang lebih dalam, meski Apo belum sepenuhnya bisa memahami apa itu. Di sisi lain, Mile tampak seperti sedang menjaga jarak. Sesekali Mile mengirim pesan singkat menanyakan kabar atau berkomentar tentang majalah yang baru saja terbit, tetapi jarang ada ajakan lebih lanjut. Ini membuat Apo semakin bingung.

Suatu sore, di studio fotografinya yang sepi, Apo duduk merenung di depan layar laptopnya. Di antara tumpukan pekerjaan yang baru saja selesai, pikirannya kembali lagi ke Mile. Bagaimana mungkin satu kecelakaan kecil bisa mengubah segalanya? Ia mencoba mengalihkan perhatian dengan bekerja, tetapi setiap kali ia menatap hasil-hasil fotonya, pikirannya kembali ke tatapan Mile, ke perasaan yang muncul saat tubuh mereka saling bersentuhan.

Suara ponselnya berdering, membuat Apo tersadar dari lamunannya. Nama Mile muncul di layar, dan untuk sesaat, hatinya berdebar. Apakah ini hanya pesan biasa, atau ada sesuatu yang lain?

"Apo, aku tahu kita sudah jarang ngobrol sejak makan siang terakhir. Apa kamu ada waktu minggu ini? Aku ingin bicara, tapi bukan soal kerjaan."

Pesan itu singkat, tetapi langsung menusuk perasaan Apo. Ia merasakan ketegangan dan kegembiraan bercampur jadi satu. Mile ingin bicara, dan bukan soal pekerjaan. Apa ini tentang mereka? Tentang kejadian di restoran? Jari-jari Apo sempat berhenti di atas layar ponselnya, ragu untuk mengetik balasan.

Setelah menarik napas dalam-dalam, ia akhirnya mengetik jawabannya.

"Oke, aku ada waktu Kamis sore. Kita bisa ketemu di tempat biasa?"

Balasan dari Mile datang cepat. "Baik, Kamis sore di tempat biasa."

Hari Kamis datang lebih cepat dari yang Apo duga. Ia merasa gugup, padahal biasanya pertemuan dengan Mile tidak pernah membuatnya seperti ini. Kali ini terasa berbeda, karena ia tahu ada sesuatu yang penting yang akan dibicarakan. Ia memilih pakaian dengan hati-hati, berusaha tidak tampak terlalu formal tapi juga tidak terlalu santai. Ketika akhirnya ia berangkat menuju restoran tempat mereka sering bertemu, pikirannya terus berputar tentang kemungkinan apa yang akan terjadi.

Saat Apo sampai di restoran, Mile sudah ada di sana, duduk di meja yang menghadap ke taman kecil di luar. Suasana di restoran masih sama seperti terakhir kali mereka datang, tenang dan intim. Mile menyapanya dengan senyum lembut, tapi tatapan matanya terlihat lebih serius dari biasanya.

"Senang bisa ketemu lagi, Apo," Mile membuka percakapan, suaranya tenang namun sedikit kaku. "Aku sudah lama ingin ngobrol sama kamu, tapi... rasanya kita perlu waktu untuk merenung setelah yang terjadi."

Apo menelan ludah, merasa bahwa apa yang akan dibicarakan Mile adalah sesuatu yang serius. "Ya, aku juga merasa begitu. Aku nggak tahu harus mulai dari mana, tapi sejak hari itu... rasanya ada yang berubah."

Mile tersenyum tipis, mengangguk setuju. "Aku juga merasakannya. Jujur, kejadian itu tidak terduga sama sekali, tapi... aku nggak bisa berhenti memikirkannya. Dan sejak saat itu, aku sadar bahwa perasaanku ke kamu mungkin sudah berubah jauh sebelum itu terjadi."

Apo terdiam, mencoba mencerna kata-kata Mile. Ia tahu bahwa hubungan mereka selalu lebih dari sekadar profesional, tetapi mendengar Mile mengakuinya dengan jujur membuat perasaannya campur aduk. Ia merasa lega, tetapi juga semakin gugup.

Mile melanjutkan, suaranya kini terdengar lebih pelan, seolah ia takut kata-katanya akan salah diartikan. "Aku nggak ingin bikin situasi ini jadi rumit, Apo. Aku tahu kita sudah bekerja bareng dengan sangat baik, dan aku sangat menghargai hubungan profesional kita. Tapi, aku juga nggak bisa membohongi diri sendiri. Aku ingin mengenal kamu lebih dari sekadar rekan kerja atau klien."

Apo merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Ia mencoba menenangkan diri, tetapi kata-kata Mile mengguncangnya. "Aku... aku juga nggak bisa mengabaikan apa yang aku rasakan," jawabnya perlahan. "Sejak proyek selesai, aku terus memikirkan kamu. Bukan soal kerjaan, tapi tentang kita, tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi."

Mile tersenyum, kali ini lebih hangat. "Jadi, mungkin kita bisa mulai dari sini? Tanpa tekanan pekerjaan, tanpa harapan dari orang lain, cuma kita berdua yang coba saling mengenal lebih dalam."

Apo tertawa kecil, lega sekaligus gugup. "Aku pikir itu ide yang bagus. Tapi jujur saja, aku nggak tahu ke mana ini akan membawa kita."

"Tidak ada yang tahu," jawab Mile dengan nada tenang. "Yang penting kita coba dulu, kan?"

Percakapan mereka mengalir lebih lancar setelah itu. Meski perasaan canggung masih tersisa, ada kejujuran yang baru terjalin di antara mereka. Mereka berbicara lebih dalam, bukan hanya tentang pekerjaan atau proyek-proyek besar, tetapi tentang diri mereka masing-masing. Mile bercerita tentang hidupnya di luar kantor, ambisi, mimpi, dan ketakutannya yang jarang ia ungkapkan ke siapa pun. Sementara Apo berbagi cerita tentang perjalanan hidupnya, bagaimana ia menemukan passion-nya di dunia fotografi, dan harapan-harapannya ke depan.

Malam itu, hubungan mereka berubah dari sekadar profesional menjadi sesuatu yang lebih personal, lebih mendalam. Mereka tak lagi hanya klien dan fotografer, tetapi dua individu yang mulai membuka hati satu sama lain, perlahan-lahan tapi pasti.

Kejadian di restoran beberapa minggu lalu mungkin sebuah kecelakaan, tetapi kecelakaan itu membuka pintu baru dalam hubungan mereka-sebuah jalan yang belum pernah mereka lalui sebelumnya, namun sama-sama siap untuk menjelajahinya bersama.



Tbc.

Done, double update untuk hari ini. Semoga Run to You bisa mengobati kerinduan kita ke MileApo. Sembari menunggu Shine drama MileApo terbaru keluar 🥰
Happy reading & God Bless all.

Love MileApo to the bone 💚💛

RUN TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang