Apo Nattawin adalah seorang fotografer muda yang penuh semangat, sukses, dan berjiwa bebas. Namun, di balik pesonanya yang menarik, dia menyimpan label kontroversial: "The Wedding Angels of Death." Gelar ini tidak tanpa alasan; Apo telah berulang ka...
Malam itu, setelah kencan yang menyenangkan, Apo dan Mile duduk di balkon apartemen Mile. Angin sepoi-sepoi mengelus kulit mereka, membawa aroma manis bunga melati yang tumbuh di halaman bawah. Apo menatap bintang-bintang di langit, tapi pikirannya jauh dari keindahan malam itu. Di sebelahnya, Mile duduk tenang, matanya terfokus pada pemandangan kota yang terlihat dari ketinggian.
"Apo," Mile memecah keheningan, suaranya lembut tapi penuh perhatian. "Aku senang kita bisa menghabiskan waktu bareng kayak gini. Aku benar-benar merasa nyaman sama kamu. Tapi... ada sesuatu yang ingin aku tanyakan."
Apo merasakan dadanya menegang. Pertanyaan yang ditakutkannya mungkin akan muncul. Apakah Mile sudah mencium gelagat kegelisahannya? Dengan susah payah, Apo berusaha tetap tenang, meski hatinya berdebar lebih cepat.
"Apapun itu, tanyakan aja, Mile," jawabnya, meski suaranya sedikit bergetar. "Aku bakal coba jawab sejujur-jujurnya."
Mile menatapnya, matanya menyelidik tapi tetap penuh kasih. "Aku nggak bermaksud bikin kamu nggak nyaman, tapi... aku merasa ada sesuatu yang kamu sembunyikan. Aku nggak mau menekan kamu, tapi aku juga pengen tahu kalau ada hal yang kamu rasa penting untuk aku ketahui."
Apo terdiam. Inilah saat yang ia tahu cepat atau lambat harus ia hadapi. Rasa takut mengungkapkan masa lalunya, tentang tunangan-tunangan yang ia tinggalkan satu per satu, mulai menghantui. Tapi di balik ketakutan itu, ada dorongan untuk jujur, karena ia tahu hubungan mereka tidak bisa terus seperti ini jika Mile tidak tahu seluruh kebenaran.
"Ya... ada yang belum aku ceritain ke kamu," akhirnya Apo membuka mulut, suaranya nyaris berbisik. Mile menunggu dengan sabar, tidak memotong. "Sebelum ketemu kamu... aku bertunangan beberapa kali. Dan aku... aku selalu memutuskan mereka, tepat sebelum pernikahan."
Mile tidak segera merespons. Ia hanya menatap Apo dengan tenang, menunggu kelanjutan ceritanya. Apo merasa semakin tertekan oleh keheningan itu, tapi ia tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk membuka segalanya.
"Aku nggak tahu kenapa, tapi setiap kali aku dekat sama seseorang, setiap kali kami mulai berbicara tentang masa depan, aku selalu merasa... terjebak. Aku mulai kehilangan diri sendiri. Dan sebelum semuanya berjalan terlalu jauh, aku memutuskan mereka. Termasuk Jesse, yang aku tinggalkan hanya sebulan sebelum aku bertemu kamu."
Mile terdiam sejenak, mencerna kata-kata Apo. Tatapannya tetap lembut, meski ada sedikit kekecewaan yang tak bisa ia sembunyikan. "Kenapa kamu nggak pernah cerita soal ini sebelumnya?"
Apo menunduk, merasa bersalah. "Aku takut, Mile. Aku takut kamu akan berpikir aku nggak bisa berkomitmen, atau bahwa aku nggak akan bisa jadi pasangan yang baik untuk kamu. Aku takut kamu bakal pergi kalau tahu siapa aku sebenarnya."
Mile menarik napas dalam-dalam, lalu meraih tangan Apo dengan lembut. "Apo, aku nggak akan bohong, ini sesuatu yang besar buat aku. Tapi aku juga tahu, setiap orang punya masa lalu. Kita semua pernah salah, pernah takut. Yang penting buat aku adalah... kamu jujur. Dan sekarang kamu udah jujur sama aku, itu berarti banyak."
Apo merasa air mata mulai menggenang di matanya. Mile tidak marah, tidak meninggalkannya. Sebaliknya, Mile malah menunjukkan pemahaman dan kasih sayang yang lebih dalam.
"Yang aku pengen tau sekarang," lanjut Mile, "adalah... apakah kamu merasa hal yang sama tentang aku? Apa kamu merasa terjebak sama aku? Apa kamu takut akan hal yang sama terjadi?"
Apo menggeleng dengan cepat, tangannya menggenggam lebih erat tangan Mile. "Nggak, Mile. Sama kamu... rasanya beda. Aku nggak pernah merasa jadi diri sendiri dengan orang lain sebelumnya. Tapi sama kamu, aku pengen jadi lebih baik. Aku pengen jadi lebih terbuka. Aku cuma takut aku bakal ngecewain kamu."
Mile tersenyum, lalu mendekatkan wajahnya ke Apo, mengecup keningnya dengan lembut. "Kita bakal baik-baik aja, Po. Kita jalanin ini sama-sama, pelan-pelan. Aku nggak minta kamu berubah dalam semalam. Aku cuma minta kamu tetap jadi kamu, dan kita bakal nemuin jalannya."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Apo mengangguk, merasa sedikit lebih ringan. Malam itu, di bawah langit yang penuh bintang, mereka duduk dalam keheningan yang nyaman, merasa lebih dekat dari sebelumnya. Meski masih ada ketakutan dan keraguan di hati Apo, ia tahu bahwa dengan Mile di sisinya, ia tidak harus menghadapi semuanya sendirian.
Tbc.
Haiiiii, harusnya chapter ini saya update besok jumat, tapi karena semalam dapat crumble dari MileApo, jadi mau share happy ke kalian semua 😁 MileApo forever baby 😍
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.