Chapter 6 : Canda & Canggung

63 13 3
                                    

Setelah sesi pemotretan yang panjang, studio mulai sunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sesi pemotretan yang panjang, studio mulai sunyi. Tim kreatif sibuk merapikan peralatan, dan Apo berdiri di sudut, mengamati hasil fotonya di layar kamera. Sesi foto itu sebenarnya berjalan lancar, tapi perasaan aneh tak bisa diabaikannya. Bukan hanya soal Mile, tapi juga suasana canggung yang terbangun sejak mereka bertemu. Namun, sebelum dia bisa berpikir lebih jauh, suasana yang tadinya tenang berubah drastis dengan munculnya tim kreatif yang kembali penuh energi.

Lila (dengan wajah serius tapi suara super dramatis):
"Kalian tadi keren banget di depan kamera! Serius, aku bisa mencium aroma... cinta... dari sini."

Apo yang sedang mengecek layar kamera langsung tersedak air yang baru saja ia minum.
Apo (sambil batuk-batuk):
"Apa sih! Kamu ngarang!"

Jon (mengangguk dengan nada menggoda):
"Serius, loh! Mile bahkan ngelirik kamu lebih sering daripada lensa kamera!"

Mile, yang sedang berdiri di sudut, mendengarnya dan menoleh dengan wajah terkejut. Dia berusaha tetap tenang tapi akhirnya tertawa kecil.
Mile (sambil mengangkat bahu):
"Well, the lens is not as interesting as the photographer."

Apo langsung menunduk, wajahnya memerah, sementara tim kreatif serentak bersorak.
Tim Kreatif (berbisik dengan suara dramatis):
"Aduh, ada yang berbunga-bunga nih!"

Sesi foto itu ternyata penuh dengan candaan tak terduga. Sebenarnya, tak ada yang memprediksi bahwa momen canggung bisa berubah jadi penuh tawa. Seperti ketika Aom, salah satu anggota tim, tiba-tiba tersandung kabel lighting dan menjatuhkan sebuah lampu besar ke lantai, membuat suara yang cukup keras.

Aom (minta maaf sambil tersenyum canggung):
"Oke, siapa yang nginjek kabelnya? Jangan-jangan itu Mile karena dia nervous di depan Apo!"

Mile hanya tertawa kecil, namun tanpa disangka, dia ikut terjatuh karena tersandung tripod yang berdiri di dekatnya. Saat Mile mencoba menahan diri untuk tidak jatuh, dia malah menarik tirai besar di belakangnya sehingga tirai itu runtuh menimpa tim yang lain.

Braaaaaaakk

Mile (sambil terhuyung):
"Wait, wait, what-"

Apo langsung tertawa keras melihat bagaimana Mile, sang CEO serius, terjebak dalam kekacauan kecil. Mile bangkit dari balik tirai yang berantakan, wajahnya merah karena malu, tapi masih dengan tawa di bibirnya.

Apo (menggoda sambil tertawa):
"Ternyata kamu nggak cuma lihai di bisnis, tapi juga bisa bikin studio berantakan ya!"

Mile (tersenyum lebar, masih mencoba menata diri):
"Hey, it's a new talent I'm developing."

Tawa di studio pecah, bahkan tim kreatif yang biasanya serius dalam urusan kerja tidak bisa menahan gelak tawa. Situasi semakin absurd ketika Tim Kreatif 5 membawa kamera polaroid dan tanpa aba-aba langsung memotret Mile dengan tirai yang masih terbungkus di sekitar bahunya.

Bahkan hal ini tak luput dari Bas Sang Sekretaris (tertawa keras):
"Wah, ini bakalan jadi cover majalah yang baru, Mile: 'CEO Tersandung Takdir!'"

Mile tertawa sambil merapikan diri. Dia melihat ke arah Apo yang masih tertawa terbahak-bahak.
Mile (menggoda balik):
"Kalau aku CEO tersandung, kamu fotografer yang terlalu sibuk tertawa sampai nggak bisa fokus lagi."

Apo (menggeleng, mencoba berhenti tertawa):
"Kamu yang mulai duluan!"

Setelah semua kembali tenang, mereka melanjutkan pengecekan hasil foto. Namun, suasana yang tadinya serius kembali berubah kocak ketika Lila tiba-tiba memutar playlist yang sangat tak terduga: lagu klasik pernikahan. Semua orang langsung tersentak, termasuk Apo dan Mile yang baru saja fokus mengecek foto-foto mereka.

Lila (sambil menari ala balet):
"Wah, ini lagu pas banget buat kalian. Berasa kayak rehearsal pernikahan deh!"

Apo (menghela napas sambil tertawa kecil):
"Udah deh, nggak usah ngelucu kayak gitu!"

Mile hanya mengangkat bahu dan ikut tersenyum. Namun, alih-alih menghentikan lelucon, tim kreatif malah semakin menjadi. Mereka mulai berdansa, menggoyang-goyangkan bahu mereka dan berputar-putar di studio seolah sedang merayakan sesuatu yang besar.

"Ayo, Mile! Ayo, Apo! Coba ikut dansa sedikit, biar tambah seru." Seru mereka yang lagi-lagi mencoba menggoda Mile & Apo.

Apo menggeleng, tapi Mile yang sudah sedikit terprovokasi langsung berdiri dan mulai meniru gerakan Tim Kreatif 2 dengan senyuman lebar di wajahnya.
Mile (sambil menari aneh):
"C'mon, Apo. It's just for fun."

Apo tertawa tak percaya, tapi akhirnya menyerah dan ikut berdansa kecil dengan gaya kaku dan canggung. Sontak seluruh ruangan tertawa keras melihat Mile dan Apo mencoba menari dengan gerakan aneh. Mereka terlihat seperti dua orang yang benar-benar tidak tahu bagaimana cara berdansa tapi memaksa diri ikut.

Apo (tertawa sambil bergoyang-goyang aneh):
"Ini benar-benar konyol!"

Mile (dengan gaya menari yang kaku):
"Konyol itu spesialisasiku."

Setelah beberapa saat, musik berhenti dan mereka semua akhirnya kembali ke meja kerja masing-masing. Namun, suasana yang sudah dibangun dengan tawa dan candaan tak terduga membuat semua orang lebih santai dan bahagia.

Ketika akhirnya semua sudah beres, Mile dan Apo berdiri di pintu keluar studio.
Mile (tersenyum kecil, mencoba mengendalikan rasa canggung):
"Thanks for today, Apo. It was... fun. In a strange way."

Apo (tertawa kecil):
"Yeah, it was... definitely something."

Tim Kreatif (dari kejauhan):
"Aduh, kapan kalian ngundang kita buat wedding beneran, ya?"

Apo hanya bisa tertawa sambil menatap Mile dengan pandangan pasrah.
Apo (berbisik pelan ke Mile):
"Kita harus kabur sebelum mereka mulai bikin undangan beneran."

Mile tertawa sambil mengangguk setuju.
Mile (sambil melangkah keluar):
"Let's get out of here before they plan our honeymoon."

Hari itu berakhir dengan gelak tawa dan kenangan tak terlupakan. Di balik semua candaan dan momen konyol, ada sesuatu yang lebih dalam antara Apo dan Mile-sesuatu yang masih samar, tapi mulai terasa nyata.

Namun, saat Apo mengemudi pulang, bayangan Mile terus muncul di kepalanya. Wajahnya yang serius, senyumnya yang samar, dan cara dia memandang Apo dengan penuh perhatian. Ada sesuatu tentang pria itu yang membuatnya tidak bisa berhenti memikirkannya.

"Kenapa sih rasanya aneh banget kalau di dekat dia?" pikir Apo sambil menggelengkan kepala. Dia mencoba mengabaikan perasaan itu, meyakinkan dirinya bahwa semuanya hanyalah profesionalisme yang terlalu serius.

"Ah, mungkin aku cuma lelah," gumam Apo sambil tersenyum kecil pada dirinya sendiri. Tapi jauh di dalam hatinya, dia tahu bahwa ini bukan sekadar kelelahan. Mile adalah sosok yang rumit, dan ada sesuatu yang lebih di balik semua ini.

Malam itu, dalam perjalanan pulangnya, Apo mencoba untuk tidak terlalu memikirkan Mile. Namun, semakin dia mencoba mengabaikannya, semakin kuat perasaan itu. Mungkin, pertemuan ini bukan hanya kebetulan biasa. Mungkin, ada sesuatu yang sedang dimulai-sesuatu yang bahkan dia sendiri belum siap untuk hadapi.



Tbc.

Hai, sengaja update hari ini & besok (i hope) karena weekend ada agenda yang tidak bisa diganggu.
So... enjoy the stories ya

MILEAPO FOREVER !!! 😍😆

RUN TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang