Chapter 3 : Sebuah Tawaran

84 14 9
                                    

Hari-hari setelah keputusan besar Apo untuk membatalkan pernikahan memang berjalan lambat, tapi setidaknya dia bisa menghirup udara bebas tanpa perasaan tertekan. Pekerjaannya sebagai fotografer menawarkan sedikit pelarian dari kekacauan emosional yang dia rasakan. Namun, ada satu hal yang tak bisa dia lupakan sejak pertemuan terakhirnya-Mile Phakphum. Nama yang terus terlintas di benaknya seperti lagu yang terus diputar, meski dia mencoba keras untuk mengabaikannya.

Sore itu, Apo sedang duduk di depan laptopnya, tenggelam dalam rutinitas harian mengecek email pekerjaan. Saat ia membuka salah satu email, matanya langsung tertumbuk pada subjek email yang mengundang perhatiannya: "Tawaran Pemotretan Majalah - Mile Phakphum - Leadership in Focus".

"Hah?" gumamnya pelan, seolah tak percaya dengan yang dia baca. Matanya kembali menyusuri email tersebut. The Roms corp, sebuah perusahaan besar baru saja menghubunginya untuk melakukan pemotretan profil CEO mereka, yang tak lain adalah Mile. Nama itu seolah membuat jantungnya berdebar lebih cepat. "Kenapa harus dia lagi?"

Dia menutup laptopnya dan mencoba menenangkan diri. Selama ini dia selalu bisa menjaga profesionalisme dalam pekerjaannya, tapi dengan Mile, ada sesuatu yang berbeda. Apo sadar bahwa perasaan yang dia alami sejak pertemuan pertama mereka tidak bisa diabaikan begitu saja. Mungkin karena Mile terlalu memikat, atau mungkin karena dia terlalu mengingatkannya pada ketakutannya sendiri. Tapi yang pasti, sekarang dia tak punya pilihan selain bertemu lagi dengan pria itu-dan kali ini dalam lingkup profesional.

Malam itu, Apo menceritakan tentang tawaran pemotretan tersebut kepada Peung. Mereka bertemu di kafe biasa, di sudut ruangan yang sedikit tersembunyi.

Peung (mengangkat alis, penuh antusias):
"Jadi kamu akan ketemu lagi sama dia? Ini bukan kebetulan, Apo. Ini takdir!" Peung menyeringai.

Apo (menghela napas panjang, menatap kopi di depannya):
"Ini pekerjaan, Peung. Cuma pekerjaan. Jangan mulai, ya."

Peung (tertawa kecil):
"Ya ampun, Apo. Kalau ini cuma pekerjaan, kamu nggak akan repot-repot menghubungi aku untuk datang ke sini. Kamu tuh selalu serius, coba lihat dari sisi lain, ini kesempatan buat kamu menghadapi ketakutanmu, termasuk soal Mile."

Apo (menggulung mata, tak tahan dengan ejekan sahabatnya):
"Peung, tolong, ini bukan sinetron. Aku nggak ada waktu buat drama cinta-cintaan."

Peung (tersenyum nakal, menyeruput kopinya):
"Tapi jujur deh, kamu tertarik sama dia, kan? Aku bisa lihat dari caramu ngomongin dia. Ada sesuatu di sana, dan kamu tahu itu."

Apo terdiam sejenak. Dia benci mengakui bahwa Peung mungkin benar. Ada sesuatu tentang Mile yang mengganggunya, yang membuatnya merasa... tak terkendali.

Apo (akhirnya menyerah):
"Ya, mungkin ada sesuatu. Tapi itu nggak penting. Kita berdua hidup di dunia yang berbeda."

Peung (menyipitkan mata, sambil tersenyum licik):
"Apa kamu yakin itu?"

Beberapa hari kemudian, Apo memasuki gedung The Roms corp yang terletak di jantung Bangkok pagi itu. Dengan langkah pasti Apo berjalan masuk ke kantor Mile untuk meeting pertama mereka terkait pemotretan. Ruangan besar dan mewah, penuh dengan karya seni modern di setiap sudut, memberi kesan bahwa Mile bukan hanya orang yang sukses, tapi juga seseorang yang memiliki selera tinggi.

Saat Apo menunggu di ruang tunggu bersama tim kreatif, jantungnya terus berdetak lebih cepat. Ini bukan kali pertama dia bekerja dengan perusahaan besar, tetapi kehadiran Mile dalam proyek ini membuatnya merasa berbeda.

Pintu ruang pertemuan terbuka, dan di sanalah dia, Mile, dengan setelan abu-abu yang pas di tubuhnya, berjalan mendekat dengan percaya diri.

Mile (tersenyum tipis):
"Senang bisa bekerja sama, Apo."

Apo (berusaha tenang, mengangguk pelan):
"Terima kasih. Saya juga."

Pertemuan berlangsung dengan lancar, meski ada ketegangan yang tak terhindarkan di antara mereka. Mile berbicara dengan jelas dan tegas, menyampaikan visi perusahaan untuk pemotretan tersebut. Apo mengangguk pada setiap instruksi yang diberikan, tapi di belakang kepalanya, pikirannya berputar-putar memikirkan sosok Mile.






3 Chapter update hari ini, sebenernya sudah bikin draft ini dari beberapa bulan yang lalu tapi maju mundur buat publish.
Semoga suka ya, see you ya ... soon
God Bless all

MileApo forever pokoknya 😍

RUN TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang