Hari itu adalah hari yang muram di pertengahan bulan September saat Jungkook mengajak Taejung menimbang dan mencampur bahan-bahan untuk membuat bunga rampai. Semua bahannya sudah mereka kumpulkan dan keringkan dengan hati-hati sepanjang musim panas.
Namun, Taejung menatap kelopak mawar, kulit jeruk, dan rempah dengan mata bosan. Anak itu memasukkan tangan ke dalam saku dan menundukkan kepala. "Tidak
mau.""Oh, Taejung, ada apa, sayang? Tapi kau mau membantuku tahun lalu dan kita bersenang-senang."
"Aku mau pergi main di luar."
"Tapi jika kau tidak membantuku, tikus akan membuat lubang di semua barang kita pada musim dingin ini."
Namun, bujukan Jungkook sia-sia, karena Taejung hanya mengangkat bahu dan membuka pintu.
Lama setelah Taejung pergi, Jungkook masih menatap pintu, bertanya-tanya bagaimana cara membuat Taejung ceria lagi seperti dulu. Matanya beralih ke campuran bahan-bahan wangi di meja. Sambil menopangkan kening dengan tangan, Jungkook berjuang untuk menahan air matanya. Seperti yang sering sekali terjadi belakangan ini, pikirannya beralih ke Taehyung, dan ia berharap bisa bicara pada Taehyung tentang Taejung.
Begitu di luar, Taejung berjongkok di bawah sinar matahari, sambil mengorek kulit kerang dengan bosan. Ia ingin kembali ke dalam dan membantu ibunya karena merangkai bunga rampai sangat menyenangkan-jauh lebih menyenangkan dari pada memetik bunga dan mengumpulkan bahan-bahan wewangian yang sudah mereka lakukan sepanjang musim panas.
Di suatu tempat di luar sana, ada Taehyung. Jika bukan karena Taehyung, saat ini Taejung pasti sudah berada di dalam untuk melakukan salah satu kegiatan favoritnya bersama sang ibu.
Taehyung sedang mengajari sepupunya, si anak magang, bagaimana membuat ember kecil dari kayu, saat sosok mungil berhenti di ambang pintu bengkel.
"Taejung!" Taehyung kembali bekerja karena menduga Jungkook akan muncul kemudian.
Namun, setelah satu menit berlalu tidak ada seorang pun yang datang dengan anak itu. Taejung tetap berdiri di ambang pintu, mengamati bagian dalam bengkel, atau lebih tepatnya mengamati Taehyung. Taehyung bisa merasakan mata anak itu mengikuti setiap gerakannya. Saat melihatnya mulut Taejung cemberut dan ada kemarahan di mata anak itu.
"Halo, Taejung." sapa Taehyung kemudian. Taejung tidak menjawab. "Kau datang ke sini sendirian?"
Taejung tidak menjawab lagi atau pun bergerak, hanya berdiri diam seperti sebelumnya, kemarahan tertulis jelas di setiap otot wajah anak itu. Taehyung berjalan ke arah ambang pintu. Namun, anak itu melangkah mundur. Di luar, Taehyung menoleh ke kanan dan kiri tetapi tidak melihat keberadaan Jungkook.
"Ibumu tahu kau datang ke sini sendirian?"
"Dia tidak peduli."
"Oh, boy, kau sangat salah. Sebaiknya kau segera pulang. Ibumu akan sangat khawatir padamu."
Dagu kecil Taejung semakin kaku. "Kau tidak bisa mengatakan padaku apa yang harus kulakukan. Kau-kau bukan papaku."
Sebelum Taehyung bergerak, Taejung menghambur padanya dengan air mata mengalir deras di pipi. Taejung memukul Taehyung dengan kepalan mungil sambil menangis.
"Kau bukan papaku! Kau bukan papaku! Papaku adalah papaku yang sekarang, bukan kau!"
Lalu sebelum Taehyung sadar dari keterkejutannya, Taejung berbalik dan berlari ke jalan.
"Taejung Park!" Taehyung berteriak memanggil putranya, tetapi anak itu sudah pergi jauh.
"Sial!" Taehyung masuk ke dalam bengkel dan melemparkan papan kayu. Jantungnya berdetak cepat dan telapak tangannya berkeringat saat ia berdiri dan berpikir apa yang harus dilakukannya. Taejung sangat marah, sangat terluka, Taejung pasti baru mengetahuinya. Namun, jika Jungkook yang mengatakannya, Jungkook pasti akan menjelaskan dengan cara yang tidak membuat anak itu terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twice Loved: The Sailor Return || kth+jjk
Fanfiction[REMAKE] Original story by: LaVyrle Spencer Penerjemah: Endang Sulistyowati . . Kembalinya sang pelaut. Start: 29 Mei 2020 End: ~