2. Hoodie Hitam

5 2 0
                                    

- SIAPKAN OTAK UNTUK MENGHALU -








- SIAPKAN OTAK UNTUK MENGHALU -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










"Kak, naskah drama udah selesai?"

Berlin tersentak dari lamunanya, membalas tatapan adik kelas yang tepat berada di sisinya. Gadis bersurai coklat itu mengerjap pelan lalu menghela nafas. "Belum, Sya. Masih sibuk bikin proposal," jawab Berlin dengan lesu memandang laptop di depannya.

"Minggu depan loh kak terakhir kumpul," kata Tasya mencoba mengingatkan.

"Gimana yah..." Berlin mengigit bibirnya. "Apa gue ngejoki aja?"

"Jangan dong, Kak." Tasya mendesah pelan melihat keputusasaan dimata Berlin. "Masa naskah drama sekolah ngejoki, kan kakak kemarin yang setuju untuk buat."

Pentas Seni sekolah dua bulan lagi, OSIS dengan cepat mempersiapkan segalanya. Berliana si waketos pun tidak ketinggalan punya banyak tugas apalagi jabatannya ketua ekskul drama semakin menambah beban, kelas sembilan juga menambah jadwal pelajaran dan les untuk mempersiapkan ujian yang tinggal menghitung bulan. Semuanya membuat jadwal Berlin berantakan.

Berlin menghela nafas lelah. "Capek banget, Sya. Gue udah 10 jam lebih di sekolah, tambah PR dan segala macam tugas tugas ini, apalagi lo tau gak sih? Pembukuan kas juga banyak selip semenjak di pegang Angga, curiga gue dia beli buat nyebat," cerocos Berlin tanpa sadar membuka sesi curhat.

Tasya sedikit menarik dirinya dari kursi. Melihat Berlin yang bersungut kesal dengan umpatan keluar dari bibirnya membuat Tasya sedikit takut melihatnya, jika dia berbuat salah sedikit bisa saja dia yang kena amukan.

"Terus sekarang, gue satu kelompok sama si Keno itu. Nambah beban banget apalagi pelajaran bahasa indonesia."

"Kak Keno yang sering pake hoodie hitam itu, Kak?"

"Ck, Iya!" jawab Berlin sewot bahkan sedikit mendelik. "Kenapa lo tanya tanya dia? Demen? Suka? Tukang stalker lo?!"

"Nggak, Kak," cicit Tasya menunduk sambil memainkan jarinya merasa takut jika Berlin sudah mode singa seperti ini.

Berlin melengos, menendang kecil meja di depannya masih berapi api melampiaskan kekesalannya hari ini. Dia melipat tangan di depan dada, menatap word yang sama sekali belum terketik apapun di dalamnya.

"Ish, udahalah gue balik kelas. Bodoamat gak selesai geh." Berlin langsung berdiri, membereskan meja itu masih dengan gerutuan tidak jelas. Gadis bersurai coklat itu hari ini bawannya ingin emosi saja, setelah tadi dipanggil Bu Nining karena membahas naskah drama ia langsung rapat OSIS kembali dengan yang lain. Perutnya masih belum di isi, mungkin faktor itu juga membuatnya jadi senggol bacok.

FRI[END]STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang