Setelah pesta dansa yang penuh kenangan, Jane kembali ke Istana Amaryllis. Meski ingatan akan pertemuannya dengan Vante terus menghantui pikirannya, Jane memilih untuk menepis perasaan itu. Sebagai putri tunggal dari kerajaan Watson, ia tahu bahwa fokus dan keteguhan hati adalah yang paling penting. Lagipula, ia belum sepenuhnya mengakui pada dirinya sendiri bahwa ada sesuatu yang mulai tumbuh di hatinya untuk Vante.
Jane memutuskan untuk mengalihkan pikirannya dengan kembali pada rutinitas yang paling ia cintai—latihan panahan dan menunggang kuda. Dua hal itu selalu memberinya ketenangan, rasa kendali atas dirinya, dan sedikit pelarian dari beban tanggung jawab sebagai putri mahkota.
Di pagi hari, Jane mengenakan pakaian latihan berwarna biru tua yang nyaman namun tetap anggun. Di lapangan latihan yang terletak tak jauh dari taman istana, ia memasang busur dan anak panah, memusatkan pandangan ke target yang berdiri beberapa meter di hadapannya. Dalam ketenangan pagi itu, Jane menarik napas dalam, merasakan kekuatan dan kepercayaan diri mengalir dalam dirinya. Dengan satu tarikan, ia melepaskan anak panah yang meluncur cepat dan tepat mengenai sasaran.
Beberapa pelayan yang menyaksikannya dari kejauhan hanya bisa terdiam kagum melihat ketepatan dan ketangguhan putri mereka. Meskipun Jane dikenal sebagai sosok yang anggun dan lembut, saat ia berlatih panahan, sosoknya berubah menjadi seseorang yang tegas, tanpa keraguan sedikit pun.
Setelah puas dengan latihan panahannya, Jane melanjutkan dengan menunggang kuda. Ia menuju ke kandang kuda istana dan memilih kuda putih kesayangannya, Orpheus. Kuda itu merupakan hadiah dari ayahnya pada ulang tahunnya yang ke-18, dan sejak saat itu mereka memiliki ikatan yang sangat kuat. Orpheus adalah satu-satunya kuda yang dapat ia percaya sepenuhnya, dan bersama kuda itulah Jane sering melepaskan penat serta beban pikiran.
“Baiklah, Orpheus. Kita pergi sekarang,” bisiknya sambil menepuk lembut leher kuda itu.
Jane menarik kendali, membimbing Orpheus menuju padang terbuka di luar taman istana. Ia menikmati hembusan angin di wajahnya, sensasi kebebasan yang jarang ia dapatkan di tengah berbagai tugasnya sebagai putri mahkota. Sesekali, ia membiarkan pikirannya melayang, tetapi saat wajah Vante muncul dalam pikirannya, ia cepat-cepat mengalihkan fokusnya pada perjalanan mereka.
Saat ia dan Orpheus melewati barisan pohon-pohon tinggi di sepanjang batas istana, Jane merenungkan percakapannya dengan Vante di pesta dansa. Ada sesuatu dalam cara Vante berbicara dan menatapnya yang membuat Jane merasa nyaman, seolah ia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa beban formalitas. Namun, ia tak ingin terburu-buru menyimpulkan perasaannya, terutama terhadap seseorang yang berasal dari keluarga yang dikenal sering bersaing dengan keluarga Watson.
Dengan sekali hentakan kendali, Jane mempercepat laju Orpheus, menikmati sensasi berlari cepat melintasi padang. Di hatinya, ia berharap bahwa ia dapat menemukan jawabannya melalui waktu dan keseimbangan. Baginya, cinta dan tanggung jawab adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan begitu saja.
Pada sore harinya, saat Jane kembali ke istana setelah menunggang kuda, pelayan setianya, Althea, menyambutnya dengan senyuman lembut. Althea sudah menemani Jane sejak ia kecil, dan sering menjadi tempatnya berbagi cerita.
“Kau terlihat sangat bersemangat hari ini, Yang Mulia. Apakah latihan berjalan lancar?” tanya Althea sambil menyerahkan handuk kecil pada Jane.
Jane tersenyum dan mengangguk. “Ya, seperti biasa, panahan dan menunggang kuda selalu memberiku ketenangan, Althea. Tak ada yang bisa mengalahkan rasa bebas saat berlari di atas Orpheus.”
Althea tertawa kecil. “Dan mungkin, ketenangan itu sangat diperlukan, terutama setelah pertemuanmu dengan Pangeran Vante.”
Jane mendesah sambil menggulung handuknya, berusaha terlihat acuh. “Oh, jangan memulai spekulasi itu, Althea. Pertemuan itu hanya bagian dari kewajiban kerajaan. Tak ada yang istimewa.”

KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE(SS) | TAENNIE
Hayran KurguPertemuan seorang pangeran dengan putri raja secara tidak sengaja membuat ia merasakan cinta pada pandangan pertama. Tak disangka pertemuan singkat itu membuat nya jatuh hati dengan putri yang memiliki mata indah. Membuat pangeran memiliki rasa kein...