Chap7

32 7 0
                                    

•••

“ Tubuh Juan? ” Alfin menatap dirinya di cermin, pemuda yang sama sekali tidak ia kenal. Di mana wajah nya yang tampan nan berwibawa itu, walau wajah Juan tampan tapi dia tetap menginginkan tubuh asli nya.

“ Jadi di mana Mahen? ” Alfin menatap Rayya dan Melan yang duduk di atas ranjang Juan, keduanya juga sudah memakai baju tidak handuk lagi. Melan mengerutkan dahi nya lalu berdecih.

“ Mati, dia lemah. ” Singkatnya, Alfin tertawa mendengarnya.

“ Adikku yang malang, so, kenapa dia bisa mati? ” Tanya Alfin santai, dia perlahan mendudukan diri di kursi belajar Juan.

“ Dia meledak bersama Mansion Alexandra yang lama. ” Senyuman Alfin memudar, Mansion Alexandra? Banyak kenangan yang ia alami di sana, dari pertama ia bertemu Erick, kedatangan Meran sampai kegilaan Andrion yang menjadikannya kelinci percobaan bersama Erick.

Dan berlanjutnya percobaan Aliana pada Mahen, sampai perselingkuhan Andrion dan Meran lalu kehamilan Erick dan berakhir ia menikahi Erick diam-diam. Lalu semuanya terungkit saat Aliana memberi hukuman pada Erick di ruang keluarga.

“ Apa Mansion itu sudah hancur sekali? ” Melan hanya menatap dingin dan mengangguk, sedangkan Rayya bungkam masih mencerna apa yang terjadi.

Ceklek.

Pintu terbuka membuat semua pasang mata menatap siapa yang masuk, dia adalah Mean. Mean memasuki kamar Juan dengan Kiano di belakangnya, mata Alfin menatap Mean tapi teralihkan pada Kiano.

“ Kean? Kau masih hidup? ”

Deg.

Melan dan Rayya seketika menatap Kiano yang menjadi pusat perhatian, apa lagi Alfin yang memandangnya seperti itu. Kiano menunduk, sudah ia duga. Mean membawanya ke kamar Juan pasti ada yang aneh, dan ke anehan itu muncul dengan Juan memanggilnya Kean lagi.

“ Kean? ” Rayya menatap tak percaya.

“ Jadi... Dia lah yang ku cari. ” Mean memandang dingin Kiano, aura di sana seketika suram. Nampak nya Alpha di depan mereka sedang tidak mood atas kenyataan yang ia dapatkan, Alfin yang menggunakan tubuh Juan pun langsung pingsan di tempat merasakan aurah Mean.

Alfin pingsan karna waktu nya habis, bukan karna aurah Mean yang membuatnya tak tahan. Rayya bahkan harus berpegangan pada Melan karna lemas, sedangkan Kiano telah merosot duduk.

“ M-Mean. ” Melan menatap sang keponakan, aura Mean tidak dapat ia kendalikan. Aurah yang Mean keluarkan begitu menusuk kulit mereka bahkan seolah tembus.

“ Tck, aku tidak suka bekas. ” Mean beranjak pergi menatap Kiano yang sudah menangis tanpa bersuara, seperti nya Omega itu gemetar ketakutan. Rayya langsung mendudukan dirinya di ranjang karna tak merasakan aurah Mean lagi.

“ Ayya, kau tidak papa? ” Melan menangkup kedua pipi Rayya, tapi Rayya masih sangat lemas di tambah karna aurah Melan tadi dia sudah sedikit tidak kuat.

Rayya mengangguk lesu lalu memeluk Melan, dia perlu sandaran agar tidak jatuh pingsan atau apapun itu.

Melan menatap tubuh Juan, sejujurnya dia tidak peduli akan putranya itu. Toh kalau Juan mati dia bisa buat lagi bersama Rayya, begitulah pikiran pendeknya. Dia kan masih tampan dan muda, begitupun Rayya. Tidak papa lah mendapatkan bayi lagi, itu memang keinginannya hanya saja Rayya yang tidak suka dan tidak mau.

Melan menatap Kiano yang gemetar hebat, sepertinya Omega manis itu ketakutan setengah mati. Melan melepaskan pelukan Rayya darinya, menandakan bahwa Rayya perlu menenangkan Kiano dahulu selagi dia meletakan tubuh Juan di atas ranjang lagi.

He is Mine ( Mine. ) S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang