Begin

100 19 3
                                    

Gadis berambut panjang itu merasakan sakit hebat pada perutnya. Bibir tebalnya juga bahkan terlihat kering dengan seluruh tubuhnya yang ikut sakit tidak lama setelah itu.

Gadis itu, Jiyo meringis menahan kesakitan di tempat sempit juga kumuh yang menjadi tempatnya untuk beristirahat. Pandangannya menatap sekeliling sembari ia memegangi perutnya.

“Aku lapar. Perutku sakit sekali,” ucapnya yang tidak bisa ia tahan lagi. Air matanya juga bahkan menetes.

Jiyo dengan kekuatan yang tersisa, menyeret tubuhnya untuk mengetuk pintu sebab ia yang sedang dikunci dari luar.
“Madam, tolong saya. Saya … saya minta maaf karena telah membuat kesalahan. Saya minta maaf Madam. Saya janji tidak akan mengulanginya,” ucap Jiyo dengan sekuat tenaganya.

Namun, belum ada sahutan dari luar. Jiyo merasa frustrasi. Ini bermula ketika ia yang menampar seorang pengunjung yang ingin melecehkannya saat ia yang hanya bertugas untuk menyiapkan segala keperluan para pelacur yang bekerja di rumah bordil ini.

Hanya sekadar itu. Bukankah Jiyo memiliki hak untuk melindungi dirinya sendiri? Ia bukanlah pelacur.

“Madam, saya minta maaf. Saya menyesal.”

Kata itu dibarengi dengan isak tangis yang menghiasi wajah pucatnya sebab ia sudah dikurung selama dua hari, tanpa makan dan minum. Sungguh, Jiyo tidak ingin mati mengenaskan seperti ini.

“Madam, tolong saya–”

Nyatanya, tidak berselang lama pun pintu seketika terbuka setelah ia yang mengatakan penyelesalannya walau jauh dari dalam hatinya, Jiyo senang sudah memberikan pelajaran pada pria tua itu.

“Madam–”

“Bisakah kau diam? Kau merusak suasana hatiku!” kata seorang wanita dengan riasan begitu tebal dan menggunakan aksesoris yang banyak serta gaun hitam yang menyapu lantai.

Wanita itu dikenal dengan nama Madam Frey, si pemilik bordil terkenal di Kerajaan Eiland. Wanita yang sudah membiarkannya hidup setelah ibunya sendiri yang kata Madam Frey telah menjualnya.

Itulah kenapa ia bisa berada di rumah bordil ini. Itu karena Madam Frey telah membeli hidupnya. Akan tetapi, Madam Frey jelas tidak ingin rugi setelah membeli dirinya. Alhasil, ia memperkerjakannya setelah ia remaja hingga kini berusia 17 belas tahun.

Madam Frey sudah merawatnya walau dengan caranya sendiri, tetapi bukankah seharusnya Madam Frey memiliki belas kasih kepadanya?

“Madam, saya lapar,” kata Jiyo begitu saja sembari memegang kaki Madam Frey. Ia memohon ampunan.

Namun, Madam Frey nyatanya terlihat tidak peduli. “Kesalahanmu begitu fatal, Jiyo.” Lalu, Madam Frey berjongkok, mensejajarkan tubuhnya pada Jiyo yang begitu lemas.

Detik itu juga, Madam Frey tertawa mengejek. “Ini belumlah seberapa setelah kau berbuat lancang dengan menampar pelangganku. Kau harus tahu, pria yang kau tampar itu pelanggan yang siap mengeluarkan uang banyak untukku.”

Jiyo mengangguk paham dengan tangis yang terus menetes di pipinya. “Saya mengaku salah. Tetapi saya melakukannya karena dia ingin melecehkan saya–”

“Aku tidak peduli, bahkan jika kau diperkosa saat itu juga. Lagipula, hidupmu sudah kubeli dan aku memang sudah harus menerima keuntungan yang lebih besar lagi. Kau bekerja di sini tanpa menerima upah terasa kurang. Ah, benar juga. Aku begitu gegabah,” kata Madam Frey sembari menepuk pipi Jiyo.

Belum Jiyo memahami maksud dari kalimat akhir Madam Frey, sang empu langsung bangkit dan pergi meninggalkannya.

Sungguh, itu membuat Jiyo mematung. Apa ini akhir dari hidupnya?

🎀🎀

🎀🎀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎀AND OTHER CAST🎀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🎀AND OTHER CAST🎀

.
.
.

Let Me Be Happy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang