Bagian 1 : Suffering

53 13 6
                                    

Jiyo pikir hidupnya akan berakhir begitu saja. Nyatanya, tidak. Madam Frey masih memilih belas kasih untuk Jiyo. Terbukti ketika tidak lama dari itu, pintu terbuka dan memperlihat Madam Frey yang membawa sebuah nampan.

"Madam ...."

"Makan dan habiskan ini! Aku tidak mau tahu, isi nampan ini harus habis!" kata Madam Frey yang menaruh nampan di atas lantai. Lalu ia berlalu meninggalkan Jiyo begitu saja.

Namun, Jiyo langsung memberikan hormat di tengah kesakitan yang ia rasakan. "Terima kasih, Madam. Terima kasih," kata Jiyo walau isi nampan itu tidak seberapa.

Akan tetapi, Jiyo tetap senang. Ia lantas mengambil nampan tersebut dan melahap dua buah roti dan air putih, lalu melahapnya tidak tersisa . Jiyo tidak bisa menahan dirinya untuk makan dengan santai karena ia begitu lapar. Walah pada dasarnya, makanan yang diberikan untuk dirinya juga tidak seberapa.

Jiyo masih lapar, tetapi setidaknya ia masih memiliki tenaga. Jiyo masih tetap bersyukur, ia tidak mati mengenaskan karena kelaparan. Begitu saja, ia meneguk habis air putih miliknya. Namun saat tegukan akhir, Jiyo langsung menangis, kesekian kalinya karena merasa penderitaan hidupnya yang tidak ada hentinya.

"Tuhan, kenapa kau mempermainkan hidupku seperti ini? Aku percaya kau ada, tetapi kenapa kau seakan menegaskan jika kau tidak ada dengan tidak mendengarkan doaku?"

Lantas Jiyo langsung menghapus air matanya yang terus mengalir. Ia tidak ingin begitu menyedihkan. Jiyo pun mengamati sekitarnya, tempat ini begitu sempit tanpa ada ventilasi atau jendela. Rasanya sesak dan ia hanya bisa menyandarkan tubuhnya di dinding tatkala Madam Frey yang masih menguncinya dari luar.

Terkadang, Jiyo pernah berpikir untuk kabur. Namun ketika hal itu terlintas, ia takut pada dunia yang ada di luar rumah bordil tatkala ia yang sama sekali tidak pernah keluar.

Apa ia bisa menjalani kehidupan jika berhasil kabur? Mengingat, ia yang juga tidak bisa membaca atau bahkan menulis. Rasanya tidak ada pilihan selain mengabdi seumur hidup kepada Madam Frey karena jika pun ia memaksa kabur, Jiyo tidak bisa membayangkan konsekuensi jika Madam Frey kembali menemukannya karena Jiyo yang tidak tahu apa-apa di luar rumah bordil.

Jiyo sontak tertawa miris. "Hidupmu akan selalu seperti ini Jiyo. Kau terima saja ...."

Perkataan Jiyo tiba-tiba terhenti saat pintu kembali dibuka. Jiyo langsung memperbaiki posisi untuk dengan berlutut di depan pintu karena ia bisa menebak itu adalah Madam Frey. Sambil memejamkan mata, Jiyo menantikan apa yang selanjutnya akan terjadi.

"Jiyo, ikuti aku. Kau harus segera membersihkan dirimu lalu menemui Madam Frey," kata seorang wanita yang Jiyo kenali suaranya.

Jiyo langsung membuka mata dan mengamati sosok itu. Dia adalah Senior Oliv yang menjadi kepercayaan Madam Frey. Tatapannya yang sinis, membuat Jiyo mengangguk dan berusaha untuk bangkit tatkala Senior Oliv yang tidak berniat membantu dan bahkan langsung berbalik.

"Jangan lamban! Kau akan membuang banyak waktu dan ya, semoga setelah ini, kau bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik, Jiyo," kata Senior Oliv yang sebelum benar-benar meninggalkan Jiyo yang termangu karena jujur, Jiyo yang sama sekali tidak mengerti maksud dari perkataan Senior Oliv.

Lantas, apa maksud dari perkataan Senior Oliv?

🎀🎀🎀

Jiyo mendapatkan gaun sederhana berwarna putih yang masih baru setelah ia yang hanya memiliki dua gaun yang ia kenakan secara berulang. Bahkan, wajahnya sedikit dirias lebih natural sehingga ia terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya.

Bahkan, Jiyo terpaku dengan apa yang ia lihat dicermin. Inikah dirinya?

"Bagaimana Oliv, apa semuanya sudah siap?" tanya Madam Frey yang membuat Senior Oliv mengangguk. Jiyo bahkan bangkit dari kursi dan memberikan salam pada Madam Frey.

Let Me Be Happy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang