Bab 7 : Manluv Forest

30 13 3
                                    

"Yang Mulia Duke, kita seharusnya sudah kembali ke kediaman Duke," ucap Vhi yang berada di belakang Jung ketika Jung baru saja melepaskan tembakan pistolnya yang memang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu di Kerajaan.

Jung mendengar perkataan Vhi, tetapi ia tidak ingin peduli karena kegiatannya kini begitu berkesan. "Vhi, urus buruan itu. Seekor rusa, itu akan menjadi santapan yang nikmat," ucap Jung sembari berjalan mendekati hewan buruannya yang terlihat memberontak dengan darah yang merembes dari area perut.

Buruan itu mencoba untuk bangkit, hendak berlari meninggalkan sosok yang memangsanya. Namun, Jung kembali dengan cekatan menaikkan pelatuk pistol hingga kembali mengenai tubuh rusa itu. Bahkan, bukan hanya sekali ia lakukan sehingga membuat rusa itu benar-benar tewas di tempatnya.

Jung dengan senyum miringnya semakin mendekat lalu menyentuh buruan itu menggunakan kakinya. "Inilah hukuman jika mencoba kabur dari genggaman takdir yang mengharuskannya menjadi buruan," ucap Jung sembari sedikit tersenyum. "Tapi aku tidak akan membuat diriku seperti rusa malang ini karena pada dasarnya, akulah yang mengendalikan takdir itu."

Lalu Jung langsung menoleh ke arah Vhi yang hanya diam melihat aksi tuannya.

"Duke ...."

"Jika kau tidak ingin mendapatkan hukuman seperti rusa ini, maka belajarlah untuk tidak lancang kepadaku, Vhi. Makin hari, kau makin di luar batasan," kata Jung dengan tatapan begitu nyalang, seperti menusuk diri Vhi.

Vhi yang mendengar perkataan Jung seperti itu, langsung saja bersimpuh. Hei, ia masih ingin hidup dan menikmati dunia. Sangatlah mengerikan jika merelakan hidup begitu saja.

"Yang Mulia Duke, saya memohon ampun. Saya benar-benar menyesal," kata Vhi dengan kepala yang menyentuh rerumputan. Ia berharap Jung melihat ketulusannya.

Namun kenyataannya, Jung bergegas pergi meninggalkan Vhi begitu saja. Vhi yang memang mendengar langkah kaki yang perlahan menjauh, rasanya ingin mengumpat. Namun, ia tentu masih sayang dengan hidupnya sehingga ia memilih membereskan kegiatan dadakan yang dilakukan oleh Jung sebelum menyusul tuannya itu.

Jung juga sebenarnya tidak ingin jika Vhi mengikutinya. Ia pun melangkah dengan pistol panjang yang berada digenggamannya.  Ia juga memilih untuk berjalan, tanpa menunggangi kuda seperti biasanya.

Jung pun memandangi sekitar hutan Manluv yang begitu hening, ditemani angin yang membelai dedaunan di atasnya. Suara ranting patah di bawah sepatu botnya menjadi satu-satunya bunyi yang terdengar, memecah kesunyian yang menelan hutan itu. Udara dingin membawa aroma basah dari tanah, menciptakan suasana yang membuat adrenalinnya terpacu. Ia terus melangkah lebih dalam, matanya tajam mengawasi setiap gerakan yang mencurigakan.

Tiba-tiba, suara berisik memecah keheningan. Jung menghentikan langkahnya, tubuhnya tegap dengan kewaspadaan penuh. Dengan cepat, ia mempersiapkan pistolnya, jemarinya sudah bersiap menarik pelatuk. Suara itu terdengar semakin dekat, membuat Jung yakin bahwa buruan lain yang lebih besar dan menarik dibanding rusa sebelumnya sedang berada di dekatnya.

Langkahnya semakin pelan, ia bergerak seperti pemburu ulung yang tahu betul cara mengendalikan medan. Saat ia yakin telah berada cukup dekat, ia melihat sesuatu bergerak di balik semak-semak. Tanpa ragu, Jung menarik pelatuknya, suara letupan senjata memecah keheningan, diikuti oleh teriakan nyaring.

Teriakan itu membuat Jung terpaku. Ia tidak menduga mendengar suara manusia di tengah perburuannya. Dengan napas yang sedikit memburu, ia maju untuk memastikan apa yang terjadi. Saat menyibak semak-semak besar di depannya, Jung melihat sosok seorang gadis.

Gadis itu meringkuk, memeluk lututnya erat-erat, dikelilingi bunga-bunga liar yang berserakan di sekitarnya. Wajahnya tersembunyi di balik lutut, namun tubuhnya gemetar hebat.

Let Me Be Happy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang