Jung tersenyum miring mendengar perkataan Raja Arnold yang tidak lain adalah ayahnya. Dalam hal ini, Jung terlihat tidak memperlihatkan rasa bersalah karena menimbulkan kegaduhan. Lagipula, menurut Jung, ia sudah melakukan hal yang semestinya.
"Aku tidak ingin mengatakan apapun. Aku akan kembali," kata Jung dengan enteng.
Raja Arnold dibuat menghembuskan napas kasar. Ia semakin mendekat hingga berada tepat dihadapan Jung. Sungguh, hanya menyisakan sedikit jarak.
"Aku tidak ingin menerima bantahan. Kau harus menikah dengan putri Viscounts Martinez, Duke!" kata Raja Arnold dengan tegas. Matanya begitu tajam, persis sorot mata Jung.
Jung menatap Raja Arnold tanpa rasa gentar sedikit pun, bahkan senyum miringnya tidak pudar. Saat Raja Arnold berbicara dengan nada tegas tentang pernikahan dengan Putri Viscount Martinez, Jung langsung mendengarkan dengan ekspresi datar. Ia bahkan tampak tidak benar-benar memperhatikan. Seolah menantang otoritas ayahnya, ia mengangkat tangannya dan dengan santai mengusap sisi baju kerajaan ayahnya, seakan ada debu di sana.
“Jika kerajaan ini membutuhkan pengakuan atau pengaruh lebih besar,” kata Jung dengan nada dingin dan penuh sarkasme. “Kenapa tidak menikahkan Putra Mahkota Arthur saja dengan Putri Viscount Martinez? Bukankah itu jauh lebih masuk akal?”
Kalimat itu menggantung di udara, membuat ketegangan menyelimuti ruangan. Raja Arnold belum sempat merespons ketika suara lantang Ratu Lynn memecahkan suasana.
"Lancang sekali kau berkata seperti itu, Duke!" serunya, nadanya tajam dan penuh amarah. Wajahnya memerah, matanya menatap Jung seperti hendak membakar. “Kau sungguh tidak tahu terima kasih! Kami sudah memberimu tempat, kekuasaan, bahkan kehormatan sebagai Duke dan Panglima di kemiliteran kerajaan. Tapi inikah balasanmu? Menghina keluarga kerajaan di depan kami?”
Jung mengalihkan pandangannya ke arah Ratu Lynn, senyumnya semakin melebar, namun ada sesuatu yang dingin dalam tatapannya. “Terima kasih?” gumamnya, suaranya rendah tapi tajam, penuh ejekan.
“Aku tidak pernah memintanya. Jika itu membuat kalian merasa lebih baik, aku bersedia meninggalkan semuanya—posisiku sebagai Duke, panglima, bahkan semua hakku sebagai pangeran. Aku tidak membutuhkan apa pun dari kalian.”
Ratu Lynn hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Ia memalingkan wajahnya ke Raja Arnold, mengharapkan suaminya segera memberikan perintah untuk menghukum Jung atas keberanian dan kelancangannya. “Yang Mulia! Kau tidak boleh membiarkan dia terus berbicara seperti ini! Turunkan dia dari semua kekuasaannya sekarang juga!” desaknya dengan penuh emosi.
Namun sebelum Raja Arnold sempat memberikan keputusan, Jung sudah berbalik ke arah pintu dengan langkah santai, seperti tidak peduli apa pun yang baru saja dikatakan. Ia melambai ringan ke arah Vhi yang berdiri tegang di sudut ruangan. “Vhi, kita pergi. Persiapkan semuanya. Aku sudah tidak ada urusan di sini,” katanya santai.
Vhi menelan ludah dengan gugup, melihat ke arah Raja Arnold dan Ratu Lynn yang masih diliputi kemarahan. Namun ia tidak punya pilihan selain mengikuti perintah Jung karena ia yang memang bekerja dan merelakan hidupnya demi Jung. Ia membungkuk hormat kepada Raja dan Ratu, lalu berjalan cepat mengikuti Jung keluar dari ruangan.
Namun di ambang pintu, Jung berhenti melangkah. Ia pun menoleh sedikit ke belakang, tatapan matanya menusuk langsung ke arah Raja Arnold. “Ingat ini, Yang Mulia,” katanya dengan nada rendah namun tajam.
“Aku bukan boneka yang bisa kalian kendalikan. Jika kalian ingin menjaga martabat keluarga dan kerajaan ini, lebih baik jangan mencoba memaksakan kehendak padaku.”
Setelah berkata demikian, Jung meninggalkan ruangan dengan kepala tegak dan suasana tegang yang masih menggantung di udara. Raja Arnold hanya bisa memandangi punggung putranya yang semakin menjauh, wajahnya menunjukkan campuran antara kemarahan dan frustrasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Happy
RomanceBukankah semua orang memiliki hak untuk bahagia? Lantas kenapa Jiyo sama sekali tidak pernah merasakannya? Lahir tanpa mengetahui asal usul keluarga sendiri dan tinggal di rumah bordil sungguh membuatnya sangat menderita. Penyiksaan dan pemaksaan su...