Jiyo berada di kereta khusus para pelayan yang ikut serta ke istana karena kehadiran Lady Rosie atas jamuan itu, sementara Jiyo harus selalu berada di belakang Lady Rosie, apapun kondisinya.
Di dalam kereta itupun terdapat Zea dan seorang pelayan pria yang Jiyo tidak kenali. Mereka berdua juga hanya diam saja, tidak ada pembicaraan apapun. Kepala Jiyo juga sejak tadi menunduk, hingga kepalanya sedikit miring ke arah jendela saat ia pemandangan yang begitu indah.
"Kita sudah hampir tiba di pintu gerbang Kerajaan Eiland," kata Zea tiba-tiba, seperti memberikan informasi pada Jiyo yang kagum dan sedikit bingung.
"Oh kita hampir tiba?" Jiyo kembali bertanya.
Zea mengangguk. "Pemandangan laut yang kau lihat di sisimu dan sisiku adalah buatan dan kita saat ini berada di jembatan Eiland karena setibanya di depan gerbang, kita akan berpijak di daratan," ucap Zea yang menjelaskan.
Namun mendengarnya, Jiyo malah dibuat bingung. "Laut buatan? Bagaimana bisa dibuat?"
Seorang pria bernama Frans mendecih. "Tentu bisa dengan sihir. Saat kerajaan ini di didirikan itu ada campur tangan sihir tahu. Apa kau bodoh sampai tidak tahu sejarah Eiland?" katanya dengan kasar.
Jiyo langsung menundukkan pandangannya dan hal itu membuat Zea memberikan pelototan mata pada Frans. "Bisakah kau diam saja? Kau kasar sekali sebagai pria!" Lalu Zea menoleh ke arah Jiyo sembari menggenggam tangannya. "Sudah Jiyo, jangan dengarkan dia! Dia yang bodoh! Sudahlah bodoh, kasar juga!"
Frans yang mendengar ia yang malah dikata-katai, rasanya begitu kesal tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Ia memilih acuh tak acuh dan tidak ingin berkata apapun lagi.
Jiyo pun hanya diam saja sembari kembali melirik ke sampingnya yang begitu indah. Ia yang semula sedih pun langsung mendadak senang ketika melihat sebuah ikan cukup besar yang melompat. Ia tidak tahu ikan apa itu.
"Wah Jiyo, lumba-lumba!"
Mata binar Jiyo langsung menoleh ke arah Zea. "Lumba-lumba?" Dan Zea langsung mengangguk. Jiyo pun kembali fokus pada lumba-lumba itu dan ia begitu indah.
Pandangannya terpusat pada keindahan hingga tidak terasa, mereka sudah tiba di tujuan dan mengharuskan mereka turun dari kereta kuda. Alhasil, Jiyo turun mengikuti Zea. Buru-buru, Jiyo mendekati Lady Rosie dan begitupun dengan Zea dan Frans.
Hingga sekarang, Jiyo tidak berhenti mengagumi nonanya yang begitu indah dengan gaun berwarna peach yang memancarkan kemegahan. Tatanan rambutnya yang dibiarkan terurai dengan tambahan pernak-pernik emas membuatnya semakin bersinar.
"Selamat datang di Kerajaan Eiland. Saya Kepala Pelayan Warren. Saya akan mengantar kalian ke rumah kaca yang sudah disediakan jamuan special di sana. Mari," katanya dengan ramah. Pria dengan rambut sepenuhnya berwarna putih memberikan arahan.
"Terima kasih, Warren. Kami senang atas sambutannya," ucap Viscounts Bert Martinez pada Warren.
Jiyo masih menundukkan kepala, mengikuti langkah Lady Rosie dengan hati-hati agar tidak tertinggal. Pandangannya sesekali melirik ke sekeliling, tidak mampu menahan rasa kagum akan keindahan Kerajaan Eiland yang sungguh melebihi cerita yang pernah ia dengar. Setiap jengkal jalan dipenuhi oleh tanaman eksotis, bunga beraneka warna dan diiringi aroma harum yang menyegarkan. Sinar matahari yang menerobos masuk melalui atap kaca rumah kaca semakin menambah keajaiban suasana.
Ketika mereka tiba di rumah kaca, Jiyo dibuat terpesona oleh pemandangan yang menyambutnya. Ruangan itu penuh dengan tanaman dan bunga-bunga yang indah dan kupu-kupu beraneka warna yang beterbangan dengan anggun di sekitar bunga-bunga yang mekar sempurna. Lantas langit-langit rumah kaca yang berbentuk kubah kaca besar nyatanya memantulkan cahaya dan menciptakan kilauan di seluruh ruangan, membuatnya seakan berada di dunia lain yang penuh keindahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Happy
RomanceBukankah semua orang memiliki hak untuk bahagia? Lantas kenapa Jiyo sama sekali tidak pernah merasakannya? Lahir tanpa mengetahui asal usul keluarga sendiri dan tinggal di rumah bordil sungguh membuatnya sangat menderita. Penyiksaan dan pemaksaan su...