Selamat membaca, jangan lupa meninggalkan jejak berupa Vote juga komentar dan jika ada istilah yang keliru, mohon dikoreksi, ya! Terima kasih!
__________________
Di bawah cahaya temaram ruang dokter, Farrel berdiri dengan tangan bergetar, matanya terpaku pada hasil CT-Scan yang terpampang di hadapannya. Setiap detail gambar itu memicu kenangan yang tak ingin diingatnya---kenangan dari timeline yang berbeda, di mana keterlambatan diagnosis berujung pada kematian yang seharusnya bisa dicegah.
"Tumor otak stadium awal," dia bergumam, suaranya nyaris berbisik. Kalimat itu mengundang tatapan heran dari Dr. Rendi, resident senior yang berdiri di sampingnya. Tatapan itu adalah campuran antara ketidakpercayaan dan kecurigaan---wajar saja, mengingat Farrel hanyalah mahasiswa kedokteran tingkat pertama.
"Farrel," Dr. Rendi memulai dengan nada yang mencerminkan ketidaksabarannya. "Gejalanya jelas menunjukkan vertigo biasa. Kita tidak bisa sembarangan meminta CT-Scan tanpa indikasi yang kuat. Kau tahu sendiri bagaimana sistem asuransi bekerja."
Farrel menghela napas panjang, merasakan beban familiar di pundaknya. Sejak terbangun di masa lalu---sebuah kejadian yang masih tidak bisa dijelaskannya---dia terus menghadapi dilema seperti ini. Pengetahuan dari masa depan yang dimilikinya sering berbenturan dengan sistem dan protokol yang ada. Setiap kali dia mencoba mengubah sesuatu, selalu ada tembok birokrasi yang menghalangi.
"Saya akan bicara dengan keluarga pasien," Farrel menegaskan, suaranya terdengar mantap. Meski jantungnya berdegup kencang. Dia tahu ini berisiko, tapi bayangan wajah keluarga pasien yang berduka di timeline sebelumnya membuatnya tak bisa tinggal diam.
"Apa kau sudah gila?" Dr. Rendi meninggikan suaranya. "Kau hanya mahasiswa tingkat satu! Jangan mencampuri keputusan dokter yang menangani!"
Tepat saat ketegangan mencapai puncaknya, Marsha muncul di ambang pintu, membawa setumpuk status pasien dalam pelukannya. Rambutnya yang biasanya rapi kini sedikit berantakan setelah seharian bertugas, tapi matanya masih tajam menangkap situasi di hadapannya.
"Ada apa ini?" tanyanya dengan hati-hati, pandangannya beralih antara Farrel dan Dr. Rendi.
Dr. Rendi mendengus kesal. "Rekanmu ini," dia menunjuk Farrel dengan jari telunjuknya. "Mencoba mengambil alih kasus dan mengusulkan pemeriksaan yang tidak perlu. Dia bahkan berniat bicara langsung dengan keluarga pasien!"
Marsha menatap Farrel, mencari jawaban dalam matanya. Selama beberapa bulan mengenal Farrel, dia telah melihat sisi lain dari mahasiswa tingkat satu ini---kematangan yang tidak wajar, pengetahuan yang terlalu dalam, dan intuisi yang hampir selalu tepat. Ada sesuatu yang berbeda dari Farrel, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan tapi membuat Marsha selalu mempercayainya.
"Saya hanya menyarankan pemeriksaan tambahan untuk memastikan diagnosis, Dok," Farrel mencoba menjelaskan dengan tenang, meski tangannya masih gemetar. "Gejala vertigo pasien disertai dengan sakit kepala unilateral yang semakin memberat. Ada juga riwayat mual dan muntah yang tidak lazim untuk kasus vertigo biasa."
"Itu bisa dijelaskan dengan vertigo vestibuler," bantah Dr. Rendi, meski ada sedikit keraguan dalam suaranya.
"Bagaimana dengan penurunan kesadaran intermiten?" Farrel menekan. "Bukankah itu red flag yang tidak bisa kita abaikan?"
Keheningan menyelimuti ruangan. Dr. Rendi tampak berpikir, kerutan di dahinya menunjukkan pergulatan internal antara protokol dan kemungkinan yang diajukan Farrel.
"Biaya CT-Scan tidak murah," Dr. Rendi akhirnya berkata, nada suaranya melunak. "Keluarga pasien dari kalangan menengah ke bawah. Kita tidak bisa membebani mereka dengan pemeriksaan yang belum tentu perlu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Подростковая литератураMenceritakan tentang seorang dokter yang frustasi dengan sistem dan politik di rumah sakit tempatnya bekerja, mendapat kesempatan kedua ketika dia kembali ke masa lalunya saat masih mahasiswa kedokteran tahun pertama di tahun 2005. Dengan pengetahua...