Chapter 14 - Konfrontasi

314 87 13
                                    

Selamat membaca, jangan lupa meninggalkan jejak berupa Vote juga komentar dan jika ada istilah yang keliru, mohon dikoreksi, ya! Terima kasih!

——————————————

Jam digital di sudut layar komputer menunjukkan pukul 02:47 pagi. Di ruang arsip basement rumah sakit yang remang-remang, Farrel mengusap matanya yang perih. Aroma kopi instant bercampur dengan bau kertas dan disinfektan yang khas, menciptakan atmosfer yang aneh tapi sudah familiar bagi tim kecil mereka selama tiga hari terakhir.

"Mau kupijat?" Marsha menawarkan, melihat Farrel yang berkali-kali memijat pangkal hidungnya. Rambut Marsha yang biasanya rapi kini diikat asal dalam cepol berantakan, dengan beberapa helai membingkai wajahnya yang tampak lelah.

"Nanti," Farrel tersenyum tipis, matanya masih terpaku pada spreadsheet di hadapannya. "Aku hampir menemukan polanya."

Di sisi lain ruangan, Ollan duduk bersila di lantai, dikelilingi oleh tumpukan berkas rekam medis. Map-map biru dan merah berserakan di sekitarnya seperti kepingan puzzle raksasa. Sesekali dia menggumamkan sesuatu sambil mencatat di tabletnya.

"Guys," panggil Ollan tiba-tiba, nada suaranya berubah serius. "Aku menemukan sesuatu."

Farrel dan Marsha bergegas menghampiri. Ollan menunjukkan dua berkas berbeda dengan nomor registrasi yang sama.

"Kasus trauma kepala bulan Maret. Yang ini," dia mengangkat map biru, "laporan asli dari UGD. Response time 45 menit karena menunggu approval. Tapi di sini," dia menunjuk map merah, "laporan final untuk akreditasi, tercatat hanya 10 menit."

"Aku ingat kasus ini," Marsha mengerutkan kening. "Pasien perempuan, 28 tahun, kecelakaan motor. Aku yang membantu stabilisasi setelah dia akhirnya masuk."

Farrel merasakan jantungnya berdegup lebih kencang. Di timeline sebelumnya, kasus-kasus seperti ini hanya menjadi bisik-bisik di koridor, tidak pernah ada bukti konkretnya.

"Tunggu," Farrel berjalan kembali ke komputernya, membuka database rumah sakit. "Kalau ini benar, harusnya ada..."

Jemari Farrel menari di atas keyboard, memasukkan beberapa query yang dia ingat dari pengalamannya sebagai salah satu wakil kepala departemen di masa depan. Serangkaian data muncul di layar.

"Got it," Farrel berbisik. "Lihat ini. Bukan hanya kasus Maret. Ada pola yang sama di hampir semua kasus gawat darurat kategori satu. Response time selalu 'diperbaiki' di laporan final."

Marsha yang berdiri di belakangnya menahan napas. "Dan selalu ada approval dari..."

"Dr. Zean," Ollan menyelesaikan kalimat Marsha. "Selalu dia."

Mereka bekerja dalam diam selama beberapa jam berikutnya, masing-masing fokus pada tugasnya. Marsha menyusun timeline kejadian, mencatat setiap anomali dengan detail yang mengagumkan. Ollan membangun database digital yang aman, dengan sistem enkripsi yang dia pelajari dari kursus cyber security-nya.

Sekitar pukul lima pagi, saat fajar mulai mengintip dari jendela kecil di dekat langit-langit, Farrel menemukan sesuatu yang membuat darahnya berdesir.

"Marsha, Ollan," panggilnya dengan suara tertahan. "Kalian perlu lihat ini."

Di layarnya terpampang serangkaian transaksi keuangan yang mencurigakan. Dana yang seharusnya untuk pengembangan UGD dialihkan ke berbagai proyek yang terlihat legitimate di atas kertas.

"RS Sahabat?" Marsha membaca salah satu nama yang muncul. "Bukankah itu rumah sakit yang..."

"Yang tidak pernah selesai dibangun," Farrel mengangguk. "Tapi lihat angka-angka ini. Peralatan yang dibeli, sistem yang di-upgrade..."

Second Chance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang