Lima tahun kemudian...
Pagi yang cerah di Ibu Kota membuka hari di Rumah Sakit Pendidikan Utama. Suara langkah-langkah kecil yang riang menggema di koridor lantai 12, disertai tawa menggemaskan seorang gadis kecil. Delynn Sanjaya, berusia empat tahun, berlari dengan penuh semangat menyusuri koridor yang sudah sangat dia kenal.
Rambut lurusnya yang hitam legam dikuncir dua dengan pita merah muda—warna kesukaannya—berayun mengikuti setiap langkahnya. Jas dokter mini yang dia kenakan—hadiah ulang tahun dari Prof. Daniel—berkibar lembut, dengan name tag kecil berkilau di dadanya bertuliskan "Delynn Sanjaya - Future Doctor" dalam huruf-huruf berwarna pelangi.
"Delynn! Sudah berapa kali Mommy bilang tidak boleh lari-lari di koridor!" Marsha berseru dari belakang, berjalan cepat dengan satu tangan menggendong Michael, putra keduanya yang berusia enam bulan. Bayi laki-laki itu tertidur lelap dalam balutan selimut biru lembut, tidak terusik oleh keceriaan kakaknya.
Marsha, yang kini menjabat sebagai Kepala Divisi Perinatologi, masih terlihat anggun dalam balutan jas dokternya meski dengan tambahan beban di gendongannya. Lima tahun pernikahan dan dua anak kemudian, pancaran matanya masih sama—penuh kasih dan dedikasi, kini dengan tambahan kebijaksanaan seorang ibu.
Delynn berhenti mendadak di depan pintu kaca besar bertuliskan "Healing Garden" dengan logo minimalis berupa daun dan simbol kesehatan. Dia menempelkan wajah mungilnya ke kaca, matanya berbinar melihat sosok yang sangat dia kenal di dalam.
Farrel sedang memberikan kuliah lapangan kepada sekelompok mahasiswa kedokteran tahun ketiga. Mereka duduk dalam formasi setengah lingkaran di bangku-bangku kayu yang tersebar di antara tanaman herbal dan bunga-bunga terapi.
Healing Garden—salah satu inovasi terbaru rumah sakit—adalah ruang indoor seluas 500 meter persegi yang menggabungkan konsep taman penyembuhan dengan pusat pendidikan.
"Mommy! Daddy sedang mengajar tentang jantung lagi!" Delynn berseru antusias, mengenali diagram hologram yang melayang di tengah lingkaran mahasiswa—teknologi baru yang diimplementasikan tahun lalu.
Marsha tersenyum lembut, mengusap kepala putrinya. "Ya sayang, dan apa yang selalu Daddy katakan tentang mengajar?"
"Dokter bukan hanya menyembuhkan, tapi juga mengajarkan!" Delynn menjawab dengan bangga, mengulang motto yang sudah menjadi semacam mantra keluarga mereka. "Dan suatu hari nanti, aku juga akan mengajar di sini, seperti Daddy!"
Di dalam Healing Garden, berbagai aktivitas berlangsung secara harmonis. Di sudut timur, sekelompok pasien lansia melakukan tai chi di bawah bimbingan terapis mereka. Air mancur kecil di tengah ruangan menciptakan suara gemericik yang menenangkan, sementara aroma lavender dan rosemary dari tanaman-tanaman terapi menciptakan atmosfer yang menyembuhkan.
"Aunt Lulu!" Delynn tiba-tiba berseru, melambai pada sosok yang baru keluar dari lift.
Lulu, dengan perut membuncit di usia kehamilan tujuh bulan, tersenyum lebar. Kamera profesional tetap setia menggantung di lehernya—ciri khas yang tidak berubah meski kini dia adalah produser eksekutif serial dokumenter mereka. "Hey, Princess! Kebetulan sekali! Mau ikut Aunty shooting untuk episode spesial?"
"Documentary Series: The Healing System" yang diproduseri Lulu telah menjadi fenomena tersendiri di dalam dunia kesehatan nasional. Serial yang awalnya hanya dimaksudkan sebagai dokumentasi internal ini telah memenangkan berbagai penghargaan, termasuk Asian Television Award dan penghargaan khusus dari WHO. Episode-episodenya telah ditayangkan di berbagai negara, menginspirasi reformasi sistem kesehatan di berbagai belahan dunia.
![](https://img.wattpad.com/cover/381676383-288-k527813.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Fiksi RemajaMenceritakan tentang seorang dokter yang frustasi dengan sistem dan politik di rumah sakit tempatnya bekerja, mendapat kesempatan kedua ketika dia kembali ke masa lalunya saat masih mahasiswa kedokteran tahun pertama di tahun 2005. Dengan pengetahua...