X. The Glimpse

40 10 0
                                    

Sekarang aku paham arti tatapan Sylus padaku saat pertama kali kami bertemu, arti dari ucapannya ketika membawaku kerumahnya, ia ingin menguji apa aku benar-benar melupakan kejadian saat itu.

Otakku mengingat kembali setiap detail dari perkataan hingga gerakannya, ia memang sering memperhatikanku secara terang-terangan.

Ia juga membuat alasan yang tidak logis untuk menuntutku sampai datang ke kantor.

Kenapa aku bisa melupakan kejadian saat dulu?

James sudah meninggalkan ruanganku sejak tadi, aku masih terdiam merenungi semua hal yang terjadi.

Setelah dipikir-pikir mimpi erotis itu juga baru ada sejak pertama kali aku bertemu Sylus.

Mungkinkah tubuh dan alam sadarku masih mengenal Sylus yang dulu?

Aku menggigit bibirku gelisah, ini hal yang rumit, kita sama-sama memiliki kenangan pahit saat itu.

Delapan tahun lalu, ketika aku masih berumur belasan tahun, aku tinggal bersama nenekku di sebuah Villa keluarga yang terletak cukup jauh dari perkotaan.

Ayah dan Ibu masih sering memiliki konflik tentang saham, mereka memutuskan untuk menitipkanku di Villa bersama nenek sampai konflik itu selesai.

Nenek termasuk orang yang cekatan dan pintar, meski umurnya sudah puluhan tahun, ia masih bisa bekerja di kebun sambil merawatku setiap hari. Perusahaan yang dijalankan orangtua ku juga sebenarnya hasil kerja keras Nenek, ia mewarisi saham yang berjumlah besar dari buyutnya dan mengembangkannya sangat pesat.

Kakek bisa diibaratkan satu lubang hitam dalam keluarga kami, ia hanya menikmati hasil kerja keras Nenek dan anak-anaknya, kemudian menghilang lalu datang begitu saja jika ia membutuhkan sesuatu.

Aku sering melihatnya mampir membawa beberapa gerombolan orang berbaju hitam kemudian pergi lagi, Nenek pun seperti sudah terbiasa dengan itu.

Hari itu aku kembali melihat Kakek datang ke Villa kami dengan segerombolan anak buahnya, mereka seperti memohon ampun kepada Kakek sedangkan Kakek sibuk mencari sesuatu di dalam Villa kami.

Villa ini memang sudah cukup tua, peninggalannya sangat banyak.

Entah bagaimana ceritanya, kejadian buruk tiba-tiba menimpa Villa kami, gerombolan anak buah Kakek memberontak pada Kakek dan menggeledah seluruh isi Villa kami.

Nenek yang sedang memasak seketika menarikku masuk ke suatu pintu besi yang mengantarku ke dalam ruangan berukuran lebih besar sedikit dari tinggi badanku, seperti sudah disiapkan sejak awal oleh Nenek.

Sebelumnya Nenek sudah menyuruhku memegang suatu kotak dan mengunci pintu itu dari dalam.

"Jangan tinggalkan rumah ini sampai Orangtua mu kembali." Perkataan terakhir Nenek.

Saat masuk kuperhatikan ruangan tersebut secara seksama lalu melihat beberapa rak yang berisikan benda-benda antik.

Ku kelilingi ruangan persegi yang cukup luas ini tanpa mengerti apapun, kulihat ada satu kasur kecil dipojok ruangan.

Tanpa ku duga, disitulah tempat awal aku dan Sylus bertemu.

Awalnya Sylus terkesan sangat dingin, tatapannya dingin dan ia seperti menganggapku tidak ada.

Penampilannya cukup berantakan, tentu saja ia masih lebih tinggi dariku namun tubuhnya kurus dan penuh luka lebam.

Ia duduk menatap jendela kecil di samping kasur, memperhatikan seekor burung gagak yang sedang terbang.

The IntimacyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang