Aku baru saja dipanggil untuk menerima penghargaan Direktur termuda dan sukses tahun ini, entah bagaimana cara mereka memvotingku.
Sylus tidak terlihat dimanapun padahal sedari tadi aku selalu ingat tempat ia berdiri.
Aku menerima banyak sekali buket bunga lalu sempat kewalahan memegangnya, bodyguardku dan Chloe membantu membawakan bunga ke dalam lift.
Pintu lift hendak tertutup ketika aku menekan lantai 34 yang akan menuju ke kamar hotelku, namun tiba-tiba aku melihat Sylus dari celah pintu lift, lift kembali terbuka lalu ia masuk tepat di sebelahku.
Jantungku mulai berdetak tidak karuan dan sepertinya ini bukan pertama kalinya aku gugup berada dekatnya.
Aku dan Chloe bertukar pandangan sekilas, ia seperti tahu isi pikiranku.
"Jadi kau tidak akan menyapaku." Ucap Sylus tanpa melihat ke arahku.
Aku terdiam seribu bahasa, antara tidak tahu cara membalas perkataannya atau terlalu gugup.
Ia menoleh padaku seperti menunggu jawaban, "Kau akan berpura-pura tidak mengenalku?" Tanyanya, aku masih memalingkan wajah.
Bodyguardku ikut berbalik sedangkan Chloe mengisyaratkannya untuk diam.
"Siapa bilang kau bisa bertindak seperti ini padaku?" Seru Sylus dengan suara bariton khasnya, ku akui kini aku sedikit merinding.
Aku memantapkan diri untuk menatap kedua mata Sylus, mata merah gelapnya dengan rambutnya yang sangat rapih malam ini, berbeda saat kami tidur bersama, penampilannya menunjukkan bahwa keadaan beberapa hari terakhir sangat baik.
"Kalian, keluarlah." Perintahku pada Chloe dan Bodyguardku ketika lift terbuka sejenak di lantai 12.
Mereka keluar dengan tatapan bingung, kemudian pintu lift kembali tertutup menyisakan aku dan Sylus.
Sylus merendahkan kepalanya lalu menatapku lebih dekat dengan tatapan dingin.
"Bukankah hidupmu terlalu damai untuk berhubungan denganku lagi?" Sarkasku sembari membalas tatapannya tak kalah dingin.
"Ini yang kau katakan setelah kita tidak bertemu lama?" Tangannya bergerak meraih ujung daguku lalu menarik daguku tambah dekat dengannya.
Aku menepis tangannya dari daguku kemudian mengacak rambutku frustasi, "Kau tahu, Sylus."
Aku menarik nafas pelan, "Fuck off! Pergilah sesukamu dan jangan datang lagi, kau pikir aku akan terus menerimamu kembali? aku bahkan tidak tahu apa yang kau lakukan diluar sana, kita tidak sedekat itu! jadi berhentilah menghantui mimpiku, kau pikir aku akan terus mengejarmu karena aku membutuhkanmu? Teruslah menyimpan rahasiamu sendiri, aku tidak peduli lagi" Ocehku panjang lebar dengan sedikit meneriakinya.
Sylus memperhatikanku dengan seksama lalu seperti mengijinkanku mengambil nafas beberapa menit, "Lanjutkan." Ucapnya setelah mengelap keringat di dahiku.
Aku mengernyit tidak habis pikir dengannya, kenapa juga ia harus seperhatian ini padaku?
"Jangan berharap aku akan menyapamu lagi, dan apa kau bilang kemarin? jangan mencarimu kemanapun 'kan? bukankah kau senang aku tidak mengganggumu lagi? kau bisa tenang sekarang, jadi berhentilah mengganggu tidurku!"
Ia menarik daguku lagi lalu menatap kedua mataku bergantian, "Jadi kau memimpikanku?" Tanyanya.
"Berhentilah, kau akan menikah." Ucapku ketika kami bertatapan.
"Aku?" Tanyanya dengan nada geli, kemudian pintu lift terbuka, aku segera keluar hendak menuju ke kamarku.
Sylus masih mengikutiku dengan santai, bahkan ia berjalan mendahuluiku lalu berhenti tepat depan pintu kamar hotelku, "Mana kartunya." Ia mengulurkan tangan menunggu aku menyodorkan kartu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Intimacy
FanfictionAnother fanfiction about Sylus from game Love and Deepspace, This time Sylus will blow you up with intimate story of him. ------ Cessa Adelaide adalah seorang anak dari keluarga Konglomerat yang cukup terkenal, orang sekitar sering menyebutnya Nepo...