"Tapi serius, Zean, jangan pernah bikin aku khawatir lagi?" lanjutnya dengan nada yang lembut namun tegas.Zean mengangguk sambil tersenyum, senang melihat Shani sedikit lebih tenang sekarang.
Zean meraih tangan Shani dan menatapnya dengan penuh perhatian.
"Aku janji, Shani. Aku bakalan berusaha semampu aku buat selalu ada di samping kamu, dan gak akan bikin khawatir kamu lagi."
Shani tersenyum tipis, tapi ada ketegangan yang masih tampak di matanya.
"Aku cuma takut kehilangan sahabat aku, yaitu kamu Zean. Cuma kamu yang bisa ngerti aku."
Zean menghela napas dalam, lalu mengusap lembut punggung tangan Shani.
"Aku tau, Shani. Kamu percaya sama aku, kalo aku gak bakal ninggalin kamu lagi."
Keduanya saling menatap dalam keheningan, seolah berbicara melalui tatapan yang penuh arti. Momen tersebut menguatkan perasaan mereka satu sama lain, membangun janji tak terucap di antara mereka, meskipun masing-masing tahu bahwa janji itu tak selalu mudah untuk ditepati.
Perlahan, Zean menarik Shani ke dalam pelukannya, seolah ingin menyampaikan bahwa ia tak akan pernah pergi jauh darinya. Shani memejamkan mata, meresapi kehangatan dari pelukan itu, berharap momen seperti ini bisa bertahan selamanya.
Namun, di balik semua ketenangan itu, ada kekhawatiran yang tak bisa dia hilangkan. Seolah ada firasat bahwa kedamaian ini hanya sementara, bahwa ujian yang lebih besar sedang menunggu di depan. Tapi untuk saat ini, dia memilih menyingkirkan rasa takut itu, membiarkan dirinya larut dalam kenyamanan yang diberikan Zean.
"Aku percaya sama kamu, Zean," bisik Shani pelan, hampir tak terdengar.
Zean mengangguk, mendekapnya lebih erat. dia tahu bahwa persahabatan mereka harus bertahan di tengah badai yang mungkin akan datang nantinya.
Sore itu, dengan angin pantai yang lembut menyapu wajah mereka, Zean dan Shani duduk di tepian, menikmati suasana sambil menunggu matahari terbenam. Setelah kekacauan yang terjadi sebelumnya, di mana Zean tiba-tiba menghilang tanpa kabar dan membuat Shani kesal, kini mereka memutuskan untuk melupakan kejadian itu dan berfokus pada momen yang sedang mereka jalani. Rasa kekesalan yang sempat ada perlahan memudar, digantikan oleh kehangatan.
Zean melihat Shani dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. dia tidak pernah menyangka bahwa di balik sikapnya yang sering kali terlihat mudah tersinggung dan mudah marah, Shani ternyata memiliki sisi lain yang lembut dan penuh perhatian. Dalam percakapan mereka yang santai, Shani bercerita tentang hal-hal kecil yang membuatnya bahagia, menceritakan mimpi-mimpi dan ketakutannya, semua dengan mata yang berbinar.
Bagi Zean, ini adalah sisi yang tak pernah dia duga. Biasanya, dia selama ini melihat Shani sebagai gadis yang tangguh, keras kepala, dan sulit dibaca. Namun, sore itu di tepi pantai, dia menyadari bahwa di balik sikap keras Shani terdapat kelembutan yang jarang ia tunjukkan pada orang lain. Shani sudah berubah semenjak hadirnya Zean di dalam hidupnya!
"Sebenernya, kamu itu asik lho Shan kalau nggak marah-marah terus," goda Zean sambil tersenyum.
Shani tertawa kecil. "Gausah bikin aku kesel lagi deh!" jawabnya dengan nada bercanda.
Suara ombak yang menghantam pasir menciptakan suasana yang tenang, sementara Zean dan Shani duduk di atas tikar yang mereka sebar.
"Cobain deh snack ini, enak banget!" seru Zean, menawarkan makanan ringan yang baru saja dibelinya. Shani menerima dengan senyuman, mengunyahnya sambil tertawa.
"Aku baru tau kamu bisa pilih snack yang enak," balas Shani, menggoda.
Zean pura-pura merajuk. Mereka berdua tertawa lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Zean Pradana Abimanyu
Fanfiction"Shani kamu itu unik dan istimewa." Zean Pradana Abimanyu "Tuhan mengirimkan Zean untuk Shani, Ma!" Shani Davina Prameswara