Bab 2

533 86 11
                                    


Anak baru itu tersenyum lebar menatap Shani, lalu menyapukan pandangannya ke seisi kelas.

"Kak Shani makasih ya, udah ijinin aku duduk di sini."

"Shani!!!!" teriak Shani karna jengkel Zean memangilnya dengan embel-embel 'Kakak' lagi.

"I...i...iya Shani," jawab Zean dengan gugup

Mulut Shani bersungut-sungut kesal, beberapa teman kelas menatap mereka berdua kini terlihat berusaha memperingati Zean agar berhati-hati terhadapnya dengan cara berbisik. Namun Zean tidak menghiraukan hal itu.

"Aku pindahan dari Bandung, tujuannya karna pengen nyari pengalaman baru di Kota Jakarta" jelas Zean

"Siapa?" tanya Shani

"Aku Shan!"

"Yang nanya!" jawab Shani tanpa menatap Zean karna fokus menulis

Sudah tujuh tahun Shani mengenal Zean, atau mungkin bisa di sebut mereka berdua bersahabat, sejak pertama kali dia memaksa untuk duduk bersama di kursi Shani.

Bangku kuliah sudah Shani rasakan atas paksaan Papa dan Mamanya karna mereka ingin Shani seperti saudara yang lain. Papanya sangat obsesi tinggi terhadap Shani. Karna kakak perempuan nya yang bernama Gaby kini sedang menempuh studi di Australia, mengambil bidang Hukum. Dan Sisca adiknya dia masih duduk di bangku SMA.

"Papa pengen kamu yang nerusin perusahaan Shan!"

"Kenapa harus Shani sih Pa." Shani menolak permintaan Papanya, inilah yang di takutkan Boby karna pasti Shani akan menolak keinginannya

"Karna cuma kamu satu-satunya yang Papa harapkan Shan, Kakak kamu kan kuliah hukum di Australia. Sedangkan Sisca dia masih SMA, makanya Papa pengen kamu yang lanjutin perusahaan."

Boby tidak langsung menyerah begitu saja, apapun akan dia lakukan supaya Shani ingin melanjutkan Bisnis yang selama ini dia bangun dari nol sampai sebesar sekarang. Shani pun akhirnya memilih mengalah dia mau untuk melanjutkan Bisnis Papanya, karna Papanya selalu mengancam dengan alibi bahwa dia sudah tua, dan bagaimana kalo suatu saat nanti dia tiada tapi Shani tidak bisa menuruti keinginan terakhir nya supaya mau untuk mengelola perusahaan. 

Ingat yang pernah Melody katakan pada Shani? 'Minimal lulus SMA Shan, habis itu kalo kamu mau jadi apapun atau kuliah ngambil jurusan yang kamu suka silahkan.' Namun, kenyataan tidak seindah impian. Sebaliknya, setelah lulus, Shani menemukan dirinya terperangkap dalam tanggung jawab yang berat mengelola perusahaan milik Papanya yang sudah diwariskan. Setiap hari, dia bangun dengan perasaan tertekan, merasa seolah kehidupannya diatur oleh harapan dan ekspektasi orang lain. Keinginannya untuk mengeksplorasi dunia, untuk mengejar passion yang sebenarnya, sirna begitu saja.

Lain ceritanya dengan Zean dia terlalu pintar untuk mengabaikan sekolahnya. Namun, kepintaran nya itu yang membuat dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah, awalnya Zean putus asa bagaimana jika saat lulus sekolah dia tidak bisa melanjutkan kuliahnya karna kematian sang paman yang tiba-tiba, selama ini kebutuhan sekolahnya itu sang paman yang membiayai. Tapi ternyata takdir kali ini berpihak bersama dengannya.

Melihat Zean yang sebatang kara membuat hati Shani tersentuh. Keteguhan hatinya yang selalu mendampingi Shani si keras kepala, akhirnya merasa peduli padanya. Rasanya tidak ada manusia sesabar Zean di dunia ini.

Shani berhasil membujuk Zean untuk bekerja di perusahaannya, awalnya Zean menolak dengan alasan dia tidak mau bergantung dengan siapapun. Dia ingin mendapatkan pekerjaan dengan usahanya sendiri, tapi Shani bukan tipe orang yang suka di tolak. Jadi mau ataupun tidak Zean akan tetap bekerja dengannya. Zean sendiri mendapat posisi sebagai Sekretaris Shani.

Zean Pradana Abimanyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang