"Kau dan aku; kepingan, salah satu diantara sekian. Bersediakah menjadi kita? Bersamaku; menyatukan kepingan lainnya"
*
"Oh ya sebelum gue pamit, ada pesan dari Mrs. Dista untuk Nathaniel Arvano Abiputra dan Revalisha Arega, ditunggu diruang dekan setelah istirahat makan siang" katanya yang membuat Reva membelalakkan matanya. Dia tidak salah sebut kan?
"Hah? Gue? Nathan?" Reva menyerngit bingung, juga tidak suka mendapati kenyataan harus berhadapan dengan makhluk bernama Nathan, again and again. Reva memilih pura-pura tidak mendengar.
"Gue ulangi, untuk Nathaniel Arvano Abiputra dan Revalisha Arega, ditunggu diruang dekan setelah jam istirahat. Oke, enjoy your day. Daaah"
Reva merengut kesal, kalau begini kan mau tidak mau harus mau. Tidak mungkin pura-pura tidak mendengar kalau sudah diulangi begitu, masak iya harus pura-pura budeg juga "Kenapa harus gue sama dia sih? Ini Tante gue kenapa coba"
"Mau dijodohin kali" ledek Yossi menggoda Reva yang langsung dihadiahi sebuah jitakan.
"Asal tuh mulut ya, yaudah gue balik" seru Reva kesal lalu beranjak dari bangkunya. Reva mendelik kesal pada Yossi, mulutnya minta dicabein, tapi dia tidak punya waktu sekarang. Next time, tunggu saja.
"Ciye yang udah nggak sabaran" ledek Yossi, lagi.
"Lo yang bayar, wek" Reva tidak menggubris ledekan Yossi, tidak bakal ada habisnya. Dia melirik Nathan sekilas, lalu berlari meninggalkan kantin. Bukan karena dia tidak ingin dicegat Yossi, toh Yossi juga tidak protes. Lagian Yossi juga yang menghabiskan minumannya. Alasannya saat ini adalah dia tidak ingin keduluan oleh Nathan, tidak boleh terjadi.
Melihat Reva yang sudah beranjak meninggalkan kantin, Nathan langsung pamit pada teman-temannya. Dia tidak mengikuti Reva yang berjalan dikoridor menuju lift. Tapi mengambil jalan pintas lain, tangga darurat. Walaupun tidak dipungkiri, lift lebih efektif, mengingat tujuan mereka sama. Tapi cih, mana sudi, apalagi dia akan kelihatan seperti mengekori Reva. Tidak akan pernah. Nathan menaiki anak tangga dengan cepat, bahkan kadang dua atau tiga anak tangga dilangkahi sekaligus.
Nathan sampai dilantai tiga dengan tetap melangkah lebar menuju ruang dekan, dari arah yang berlawanan terlihat Reva sedang berlari kecil mencoba untuk sampai lebih dulu, membuat Nathan mempercepat langkah kakinya. Mereka tiba didepan pintu ruang dekan secara bersamaan dan dengan gerakan cepat langsung berebut meraih handle pintunya.
Sreettt.. Reva refleks melepaskan genggaman tangannya ketika tangan mereka bersentuhan. Nathan kembali menyunggingkan senyuman devilnya, merasa menang, lalu dengan gerakan ringan mendorong pintu kaca tersebut. Tapi Reva tidak kehabisan akal, tidak untuk dilecehkan oleh makhluk setengah manusia bernama Nathan. Tidak boleh.
"Ladies first? thanks" ujar Reva enteng sambil menyelip lewat celah pintu yang sudah terbuka cukup lebar, cukup untuk meloloskan tubuhnya dengan mulus seperti dalam iklan susu diet WRP.
"And all along I believed I would find you, time has brought heart to me. I love you for a thousand years, I'll love you for a thousand more .. "
Adegan tersebut tampak seperti Nathan dengan senang hati membukakan pintu untuk Reva. Adegan yang terlampau manis untuk bahkan dibayangkan oleh mereka berdua. Mereka terlihat seperti sepasang model video klip yang sedang kasmaran, sangat natural, ugh sweet.. jika saja si kameraman tidak menzoom wajah tersenyum Reva. Perhatikan baik-baik, itu bukan jenis senyum tulus atau bahagia juga terharu, melainkan sebuah senyum miring. Cut,cut,cut. Momen rusak.
YOU ARE READING
The Season
Fiksi RemajaBerawal dari klub jurnalistik Universitas Arega yang setiap tahunnya mengadakan voting pemilihan 4 mahasiswa icon campus yang dijuluki dengan 'The Season', dan ulang tahun universitas yang mengharuskan mereka bertemu dan berbagi waktu, meski tidak...