The Lady and Cassanova

98 19 30
                                    

"Hati itu milikmu, simpan untukmu sendiri jika tidak ingin terluka. Karena tidak ada yang bisa mematahkan hatimu, kecuali kau mengizinkannya"

Lexa mengerjapkan matanya beberapa kali, sinar matahari menerobos masuk lewat kaca jendela besar yang tirainya dibiarkan terbuka. Dia memperhatikan sekitar, kamar ini didominasi oleh warna merah muda dan broken white, jelas bukan kamarnya. Kepalanya kembali berdenyut ketika dia mencoba menenggakkan tubuhnya, Lexa menyenderkan tubuhnya dikepala ranjang bernuansa putih itu, tangannya menyentuh jidat, plester? dan satu hal lagi yang dia sadari kemudian, pakaiannya sudah berganti dengan gaun tidur – gaun tidur siapa ? Bukankah tadi malam..

Pintu kamar terbuka, menampilkan seorang cowok tinggi dengan pakaian santai membawa sebuah nampan, "Hei, lo udah bangun? Sorry gue masuk tanpa ngetuk. Gimana keadaan lo?" tanya cowok itu berjalan mendekati Lexa.

"Stop.. diam ditempat" perintah Lexa.

Cowok itu menyerngit bingung, tetap melanjutkan langkahnya dan meletakkan nampan yang dibawanya diatas nakas. "Lo masih demam ya? Tuhkan, gue juga nggak yakin plesternya ampuh.. sialan gue dikerjain tuh anak."

Lexa memperhatikan cowok itu dengan tajam sekaligus heran, tidak mengerti apa yang baru saja dikatakan cowok ini, cowok yang semalam baru saja ditampar kan? Yossi? keningnya berkerut. "Lo cowok yang semalam ditampar kan ?"

"Yossi.. gue Yossi dan lo cewek yang pingsan sembarangan, gimana keadaan lo?" Yossi mendengus tidak suka dengan julukan baru dari cewek ini, cowok yang semalam ditampar, oh yang benar saja.

Lexa menenggakkan badannya, scanningnya mulai berjalan, menganalisis situasi. Ayolah Lexa, lo bangun pagi-pagi dikamar entah siapa dengan gaun tidur dan seorang cowok masuk nyamperin lo dengan santainya, ngata-ngatain lo, dan cowok itu Yossi, Yossi Reganta Harries? kira-kira situasi apa ini? batin Lexa tengah mencoba menyadarkannya.

"Hei.." Yossi melambaikan tangannya dihadapan Lexa – cewek aneh yang baru ditemuinya semalam, dan sialnya terlalu cantik untuk diabaikan- yang hanya sedari tadi menatapnya tajam, mengembalikan cewek itu ke alam sadarnya dan..

"Plak" satu tamparan mendarat dengan mulus di pipinya.

Yossi mengerjapkan matanya beberapa kali, "Lo? Barusan.. nampar gue?" katanya penuh penekanan. Whut the hello ? semalam dia baru saja ditampar oleh cewek yang bahkan dia tidak tahu namanya, dan pagi ini sebuah tamparan kembali mendarat dengan mulus dari cewek yang bahkan dia hanya tahu namanya. Oh Tuhan, apakah ini yang namanya sudah jatuh dilindas truk.

"Pertama, jauh-jauh dari gue" kata Lexa dengan nada yang cukup membuat Yossi berjengit kaget dan mundur. "Woo.. santai bisa kali" balas Yossi sedikit tidak terima. See, tadi dia ditampar dan sekarang.. dibentak?

Lexa mengangkat sebelah tangannya–kode untuk stop alias berhenti alias tidak perlu dilanjutkan, alias meminta Yossi untuk tetap diam. "Kedua, kenapa gue bisa ada disini? Ketiga, mana handphone gue? Dan terakhir, jangan bilang kalau lo yang..." Lexa melirik Yossi tajam dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

"No..no..no..no" tembak Yossi langsung. Situasi macam apa ini, sepertinya cewek aneh dan sedikit gila dihadapannya ini butuh banyak klarifikasi.

Yossi menarik napas dalam. Sabar yos, lo nggak boleh marah sama cewek cantik, nggak boleh, lo bisa kualat tujuh turunan, nggak boleh ya.. cup cup cup."Pertama, gue nggak ada maksud jahat ke elo, jadi singkirin segala macam pikiran buruk yang melintas dikepala lo saat ini" jawab Yossi mencoba sesantai mungkin.

"Kedua, semalam lo pingsan sembarangan, remember? gue nggak tahu apartment lo lantai berapa dan nomor berapa, jadi lo.." tunjuk Yossi kearah Lexa "dengan susah payah, gue bopong kesini"

The SeasonWhere stories live. Discover now