A Mission, again ?

68 20 2
                                    

"Kadang kita begitu egois, memilih melupakan untuk merasa lebih baik, padahal kita menyadari sepenuhnya; terlupakan begitu menyakitkan"

"Vanessa.. gue vanessa"

Relyn memerhatikan perempuan dengan dress ungu yang bernama Vanessa itu dengan seksama "Gue belum pernah liat lo sebelumnya" katanya sambil masih berpikir, tapi cewek ini kelihatan tidak asing.

"Gue udah lama merhatiin lo" ujarnya tanpa merubah ekspresinya sama sekali "dan kita pernah ketemu beberapa kali dulu" cewek itu tersenyum samar sekilas, tapi Relyn dapat menangkap raut sedih dari senyumnya.

Relyn hanya memerhatikan sambil menunggu cewek itu menyampaikan maksudnya. Bertemu sebelumnya? Kapan? dimana?, Relyn sedikit berdebat dengan pikirannya tanpa mengalihkan pandangannya dari cewek bernama vanessa itu.

"Gue butuh bantuan lo" katanya akhirnya. "Nggak.. gue butuh lo" ralatnya dengan penekanan, seolah kalimat itu lebih tepat. "Tolong pertemuin gue dengan Devan, sekali aja" lanjutnya lagi dan kalimat terakhirnya membuat mata Relyn membulat sempurna.

"Devan?" tanya Relyn memastikan. Dia tidak salah dengar kan? cewek ini benar-benar menyebut nama Devan.. kan? Tapi apa hubungan cewek ini dan Devan? Relyn berpikir keras, mencoba mengingat-ngingat kemungkinan apa saja yang dapat membuat situasi ini tidak membuatnya kalut.

"Lo tahu siapa yang gue maksud, Lyn" dia menghela nafas sejenak, sudah menduga kalau Relyn tidak akan langsung bersedia dan menyanggupi permintaannya.

"Sebelum september" kali ini raut sedih terpancar jelas dari kedua bola matanya yang sayu. "Gue mohon"

"Tapi.." Relyn sudah akan mencari alasan untuk menolak permintaan itu, tapi kembali diurungkannya. Dia bingung harus menanggapi bagaimana dalam situasi yang bahkan belum sepenuhnya dia mengerti ini. Relyn memutuskan kontak matanya dan memilih diam.

"Gue pergi, kalau lo berubah pikiran, lo pasti tahu harus nyari gue dimana" kata cewek itu akhirnya sebelum menghilang dari hadapan Relyn.

"Kalau lo berubah pikiran, lo pasti tahu harus nyari gue dimana.." ujar Relyn mengikuti perkataan cewek tadi. "Kalau gue berubah pikiran ya?" katanya kembali menimang-nimang. "Tapi gue harus nyari lo dimana? gue bahkan cuma tahu nama lo" Relyn menghela napas berat, lalu kembali menyandarkan kepalanya di atas kemudi. "Vanessa ya? Vanessa? Vanes.. sa" Relyn seketika mendonnggak setelah menyadari sesuatu. Dia Vanessa, cewek itu adalah Vanessa.

Relyn hampir saja memekik ketika menyadari siapa gadis itu, semua terasa lebih jelas sekarang dan situasi beberapa saat yang lalu sudah dapat dimengerti olehnya. 'Vanessa ingin bertemu dengan Devan, tapi.. kenapa?' Ah, sebuah opsi muncul lagi dipikirannya, seolah-olah bagian dari dirinya yang lain kini mampu menjelaskan semuanya dan mengetahui setiap hal yang terlintas dibenaknya. 'Dan jika opsi tersebut benar, haruskah dia menemui Vanessa?'

Relyn lagi-lagi beradu argumen dengan dirinya, merasa jengah. Dia memilih keluar dari mobilnya dan berjalan menuju taman yang masih berada di pekarangan kampus. Dia menghempaskan tubuhnya disalah satu bangku taman, merogoh saku dressnya, mengambil ponsel yang berdering tidak karuan sedari tadi. Ada banyak notif line, dia memilih membuka room chat dengan notif terbanyak dan terheboh sejak pertama kali dibentuk tadi malam, terlihat dari keadaannya yang tidak pernah sepi.

PMR (4)

Revan A : Bentar lagi pulang, yeyeye

RaphaelR : Ingat misi woy, jangan kegirangan

Revan A : Salah kalau gue bahagia ?

Revan A : SALAH ?

RaphaelR : Salah, banget

The SeasonWhere stories live. Discover now