PROLOG

879 40 3
                                    


Malam itu gelap. hanya sedikit cahaya yang menyinari Lavender City, saat hujan rintik-rintik membasahi jalan-jalan kota yang kosong. Lampu-lampu jalan yang remang-remang menggantung di pinggir jalan, menerangi trotoar yang basah dan sepi. Tak ada suara, hanya desiran angin yang terdengar, berbaur dengan suara hujan yang jatuh pelan ke tanah.

Suasana yang sepi dan sunyi, hujan gerimis membasahi jalanan kota sepi itu. seiring dengan dentuman musik yang masih terngiang di telinga, empat gadis muda berjalan beriringan, langkah mereka sempoyongan, menunjukkan tanda-tanda mabuk berat setelah pesta di bar. mereka tak sadar sedang dipantau dari balik tembok tua yang tertutupi tanaman merambat, sepasang mata merah menyala mengamati mereka.

Lazarus lucien, raja vampir yang tak lekang oleh waktu, menunggu dengan sabar. Dia telah hidup selama berabad-abad, menyaksikan pasang surut manusia dan kerajaan mereka. Kehausan darahnya tak pernah padam, dan malam ini, dia akan memuaskan dahaganya.

"Mereka tampak lezat,"

gumamnya, suaranya serak, seperti bisikan angin malam. "Darah muda, penuh energi dan semangat. Sungguh hidangan yang lezat."

Dengan gerakan cepat dan senyap, Lazarus melompat dari persembunyiannya. Dia bergerak seperti bayangan, menyergap para gadis dari belakang, menutup mulut mereka dengan tangan kekar dan dingin. Mereka terkesiap, mata mereka melebar karena panik, namun tak dapat berteriak.

"Tenanglah, sayangku," bisik Lazarus, suaranya lembut namun mengancam. "Ini akan cepat. Kamu akan merasakan sensasi yang tak terlupakan."

Dia membawa para gadis ke dalam gang gelap yang terpencil, tempat tak seorang pun akan mendengar jeritan mereka. Di sana, di bawah cahaya bulan yang remang-remang, Lazarus menunjukkan wujud aslinya. Gigi taringnya memanjang, menyeramkan.

"Darahmu akan menjadi milikku," desisnya, mata merahnya menyala dengan gairah.

Dengan gerakan cepat dan ganas, Lazarus menggigit leher para gadis, menghisap darah mereka dengan rakus. Mereka meringis kesakitan, berusaha melawan, namun tak berdaya. Kekuatan Lazarus jauh melebihi mereka.

Dalam hitungan menit, para gadis itu menjadi pucat pasi, jiwa mereka tersiksa oleh rasa haus yang tak tertahankan. Umur mereka tersedot oleh Lazarus, meninggalkan mereka lemah dan kosong.

"Sungguh nikmat," gumam Lazarus, menjilati darah yang menetes dari bibirnya. "Aku tak pernah bosan dengan rasa darah muda."

Dia meninggalkan para gadis yang sekarat di gang gelap, meninggalkan mereka sebagai bukti kekuatan dan kekejamannya. Lucien kembali ke tempat tinggalnya, sebuah hutan lebat dan gelap yang menyelimuti istana besar dan mewah yang sudah tua. Di sanalah dia dan keluarganya tinggal bersama.

Keluarga Lucien terdiri dari tujuh bersaudara: Alistair, Beatrix, Cassius, Diana, Eric, fiona. Mereka adalah keluarga vampir yang kuat dan disegani di dunia.

Malam itu, Lucien akan menceritakan kisah buruannya kepada saudara-saudaranya, menceritakan bagaimana dia menikmati darah manusia yang segar. Dia akan berbagi cerita tentang kekuatannya, kekejamannya, dan ambisinya untuk menguasai dunia.

"Aku akan menguasai dunia ini,"

desisnya, matanya menyala dengan tekad. "Dan untuk itu, aku membutuhkan darah suci. Aku telah mencarinya selama beribu-ribu tahun, dan aku akan menemukannya."

Lucien akan menceritakan kisah-kisah tentang pencariannya, tentang petunjuk-petunjuk yang telah dia temukan, dan tentang bahaya yang telah dia hadapi. Dia akan berbagi impiannya untuk menjadi penguasa dunia, dan bagaimana darah suci akan membantunya mencapai tujuannya.

Thank you for reading

The VAMPIRE [POST SETIAP HARI MINGGU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang