29 ; realize

711 130 11
                                    

.

.

.

•••

——

"Jadi... kok lu disini juga?" Tanya lelaki bersurai ungu disana, yang tengah menatap dua wanita dihadapannya dengan tatapan keheranan. Terdapat Vanesa dan... Nata disana. Arion tidak ingat Vanesa pernah mengatakan jika Nata akan ikut, membuatnya sedikit terkejut dengan kehadiran Nata disini.

"Eee, dia juga kenapa ikut, ya? haha..." Sambung Vanesa, balas bertanya kepada Arion dengan heran. Menunjuk seseorang yang berada disamping Arion dengan jari telunjuknya, sembari ia terkekeh canggung.

Situasi pun berubah menjadi canggung, terutama Arion dan Vanesa, yang sama-sama malah membawa partner. Dengan Vanesa yang membawa Nata, dan Arion, yang membawa Harris.

Harris dan Nata kini hanya saling bertatapan, namun berbeda dengan Nata yang sedikit terlihat takut-takut, Harris malah memelototi Nata, merasa kesal kenapa perempuan itu ikut-ikutan berada disini. Ia entah mengapa menjadi sangat lega telah ikut bersama Arion, jika saja ia tidak ikut, mungkin saja hal-hal yang tidak disukai Harris akan terjadi.

Sebelum itu, kenapa Harris bisa tiba-tiba ikut bersama Arion? Itu semua bermula dari hari jumat.

Saat itu, Arion benar-benar kacau, ia tak tahu apakah semalam (chap 28) ia membuat kesalahan lagi dan membuat Harris memberinya silent treatment seharian. Kini jam pulang telah tiba, ia masih saja mencoba membuka pembicaraan dengan Harris, yang hanya terus diabaikan oleh Si surai merah.

"Ris, kenapa si? Ngomong."

Harris lagi-lagi mengabaikannya dan tidak memberi sedikit pun respon. Ia hanya terus sibuk dengan layar ponselnya. Membuat Arion yang melihat itu hanya menghela nafas berat, sebelum terdiam sesaat.

"Marah, ya? Karena gua milih ikut bareng Vanesa?" Duga Arion, yang sepertinya benar. Terlihat dari Harris yang reflek melirik kearahnya, walaupun kembali mengalihkan pandangannya ke layar ponselnya.

"Trus maunya apa? Kemarin kan gua udah tanyain, mau jalan apa engga." Lanjut Arion, sembari ia meraih tangan Harris yang free untuk ia genggam. Mencoba tetap bersikap lembut kepada sang empu.

"Tck. Gue kan emang gamau jalan." Sinis Harris dengan nada pelan, hampir terdengar samar.

Arion yang kebetulan mendengarnya pun hanya mengerutkan keningnya. "Nah, trus salahnya gua ikut Vanes apa?" Tanya Arion, merasa bingung dengan kesalahannya.

Harris yang lelah pun kemudian menyimpan ponselnya di tas dengan kasar, sembari ia memutar matanya malas. "Ga salah, kok. Gue nya aja yang kekanak-kanakan." Ucapnya dengan ketus, dan beranjak dari kursi dan hendak berjalan pergi, yang langsung ditahan oleh Arion.

Arion yang awalnya berjongkok dihadapan Harris, kini berdiri dan menghampiri si empu. "Ngomong ris, salah gua dimana. Sorry, gua kurang peka." Ucapnya, sembari ia menangkup kedua pipi lembut milik Si surai merah.

"Ga penting." Sahutnya sembari mencoba menjauhkan tangan Arion dari wajahnya. Namun bukannya lepas, Arion malah menarik kedua pipi Si empu hingga membuat yang lebih muda meringis sakit.

"Ah! Rion!" Ringisnya dengan pipinya yang masih dicubit dan terlihat melar.

"Ngomong, cepet."

"Ih! Iya, iya! Lepasin dulu makanya!" Harris memberontak, memukul-mukuli tangan Arion, membuat Si surai ungu pun akhirnya melepaskan cubitannya. Meninggalkan bekas kemerahan di pipi Sang empu.

¿BE MINE? || Arion X Harris ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang