"7"

444 17 0
                                    

Setelah pergi dari markas milik nya, Ansa pulang ke rumah untuk membersihkan dirinya dari bercak darah ketiga perempuan sialan itu.

Setelah semuanya beres, Ansa kembali kerumah sakit untuk melihat kondisi gadisnya.

Saat tiba dirumah sakit dan memasuki ruang VVIP yang di tempati Winera, ia melihat bahwa gadis itu sudah tersadar.

"Kamu sudah bangun sayang?." Sapa lelaki itu sambil berjalan mendekatinya.

"Apa kepala mu masih terasa sakit?." Ansa bertanya memastikan bahwa kondisi gadisnya itu sudah lebih baik atau tetap sama.

"Sedikit." Winera yang mendengar pertanyaan itu pun menjawabnya dengan menundukkan kepalanya, tidak berani menatap mata tajam pacarnya itu.

"Kalau ada yang mengganggu mu lagi, jangan lupa untuk melaporkan nya kepada ku sayang, akan ku habisi dia."

"Siapapun yang berani mengganggu milikku maka dia akan berhadapan dengan kematian." Ucap lelaki itu dengan tersenyum, namun bukannya senyuman hangat yang di tampilkan di wajahnya melainkan adalah senyuman yang sangat menakutkan.

Ansa mengelus rambut panjang milik Winera dan menghirup rakus bau wangi dari tubuh gadisnya.

"Aku mau pulang ansa, aku ga betah disini." Mendengar pertanyaan dari gadisnya tangan lelaki itu tiba tiba berhenti dari acara mengelus rambut Winera.

"Ga, kamu ga boleh pulang dulu, kamu harus dirawat selama satu minggu." Jawab lelaki itu.

"Tapi aku udah gapapa Ansa, hanya sakit sedikit ga bikin aku lumpuh." Ucap Winera terlampau kesal karena pacarnya itu sangat posesif sekali.

"Aku tidak suka jika ada yang membantah ucapan ku sayang." Tekan lelaki itu agar Winera tidak membantah ucapannya.

"Maaf." Ucap Winera sambil menunduk dan meremas tangannya tanda bahwa dia ketakutan.

"Bunda sama Ayah kamu ada di luar negeri ga akan pulang selama dua Minggu kedepan. Sehabis urusan nya sama nenek kamu, mereka langsung pergi ke luar negeri karena ada masalah sama bisnis mereka."

"Mereka udh tau keadaan kamu dan mereka nitipin kamu ke aku, jadi kamu ga boleh ngelawan ucapanku sayang." Saat Winera hendak berbicara menanyakan tentang kedua orang tua nya, ucapannya dipotong oleh lelaki itu.

"Udah makan?." Tanya lelaki itu. Winera hanya menjawabnya dengan gelengan kepala.

"Yaudah sekarang waktunya makan." Setelah mengatakan itu Ansa meraih bubur yang telah disediakan oleh perawat yang berada di atas nakas.

Winera yang melihat itu, seketika nafsu makannya menghilang dan menatap tidak selera ke arah mangkok berisi bubur yang ada di genggaman Ansa.

"Aku ga mau makan itu Ansa, aku mau makan yang pedas pedas." Ucap Winera pelan sambil menunduk.

"Ga ada! Kamu lagi sakit, jadi kamu ga boleh makan yang pedes pedes." Tegas lelaki itu memberitahu ke gadisnya.

"Pliss?? Aku mohon??." Dengan tiba tiba Winera mendongakkan kepalanya dan menatap Ansa dengan sorot mata dan ekspresi yang menggemaskan.

Ansa yang melihat ekspresi menggemaskan dari gadisnya itu tiba tiba jantung nya berdetak kencang, dengan susah payah lelaki itu menyembunyikan ekspresi raut wajah nya.

"Baiklah, tapi hanya untuk kali ini saja." Ansa yang tidak tega pun, mengiyakan keinginan gadisnya itu.

"Yeyy." Sorak Winera karena merasa senang.

"Emangnya kamu mau makan apa sayang?." Tanya Ansa.

"Aku mau bakso, mie ayam sama es teh." Jawab Winera dengan cepat karena ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, karena ia tau kesempatan ini tidak datang dua kali.

Setelah mendengar itu, Ansa langsung menyuruh orang suruhannya untuk membelikan makanan yang di minta oleh gadisnya, dan harus datang dalam waktu lima menit.

Walaupun ia mengiyakan ucapan gadisnya itu, ia tetap tidak memesankan makanan itu dengan level yang pedas, hanya sedikit saja level pedas nya.

"Cuma kali ini aja." Tekan lelaki itu kepada gadisnya.

"Iyaa iyaa tapi walaupun begitu, terimakasih." Ucap Winera sambil tersenyum tulus tanda dia berterima kasih kepada laki laki itu.

Ansa yang melihat senyuman dari gadisnya itu, detak jantungnya bertambah tambah berdetak kencang rasanya seperti ingin keluar dari tempatnya.

"Ansa dua Minggu lagi kelas IX bakal pawidya, tapi aku belum siapin baju kebaya nya." Ucap Winera yang baru teringat tentang sekolah nya.

"Ga usah mikirin tentang itu, aku udah siapin kebaya yang bakal kamu pake pas pawidya nanti." Jawab Ansa dengan santainya, karena memang dia sudah menyiapkan semua itu dari dua bulan lalu bahkan saat sebelum Winera menyatakan perasaannya padanya.

"Tapi emangnya kamu tau kriteria baju yang aku mau?." Tanya Winera memastikan bahwa lelaki itu tidak salah memilih baju.

Ansa memajukan tubuhnya mendekatkan wajahnya ke arah gadis itu.

"Aku tau semua tentang mu sayang." Ucapnya sambil tersenyum smirk.

"Tok tok" tiba tiba pintu ruangan tersebut diketuk dari luar.

Ansa yang mendengar ketukan itu pun berjalan mendekati pintu dan membukanya, terlihat bahwa ada orang suruhannya yang menenteng dua pesanan makanan yang ditunggu oleh gadisnya.

Winera yang melihat Ansa membawa makanan yang ia minta pun bersorak senang.

"Cepetan Ansaa aku lapar mau makan makanan itu." Rengek gadis itu yang sudah tidak sabar untuk memakan itu semua.

Ansa yang mendengar rengekan dari Winera pun langsung membuka bungkus makanan itu.

"Kok ga merah banget warnanya? Kamu ga beli yang level paling pedes yaa Ansaa??." Tanya gadis itu dengan muka yang cemberut karena melihat makanannya yang tidak sesuai ekspektasi.

"Ga usah protes, ini sama sama pedes, cuma bedanya ini level 1." Ucap lelaki itu dengan santainya.

Winera yang mendengar jawaban itu pun hanya melongo tak percaya, tapi walau bagaimanapun ia tetap memakan makanan itu karena ia sangat ingin makan bakso dan mie ayam.

"Ini enak banget Ansa, aku suka." Ucapnya sambil makan dengan lahap.

"Jadi kamu ga suka aku sayang?." Tanya Ansa.

"Nggak." Dengan santainya Winera menjawab demikian, bahkan hanya mengucapkan satu kata.

"Winera." Tekan lelaki itu sambil menatap nya tajam.

"Maaf aku cuma bercanda Ansa." Winera menyesal karena telah mengatakan itu.

"Hmm." Jawab laki laki itu dengan berdehem.

Setelah mendengar jawaban itu, Winera kembali makan dengan lahap. Lalu dengan telaten Ansa mengusap sisa makanan yang ada pada sudut bibir gadis nya.

Winera yang merasakan usapan itupun dengan gugup berusaha menghidupkan apa yang dilakukan oleh lelaki itu.

"Sekarang waktunya tidur, udah kenyang kan?." Setelah acara makan itu selesai, Ansa menyuruh Winera untuk kembali tidur.

"Eum, kenyang banget, sekali lagi terimakasih Ansa." Ucap Winera dengan tulus berterima kasih kepada laki laki itu.

"Tapi semua itu tidak gratis sayang." Jawab Ansa dengan tersenyum smirk.

"Apa aku harus bayar makanan tadi? Oke akan aku bayar nanti."

"Aku tidak semiskin itu sayang, kamu bakal tau nanti saat kamu udah keluar dari rumah sakit." Ansa kesal mendengar ucapan dari gadisnya itu, memang dirinya kurang cukup kaya kah?.

"Sekarang tidur!." Perintahnya tidak ingin dibantah.

Winera pun dengan segera menutup matanya supaya bisa tertidur kembali, dan Ansa pun mengelus rambut Winera supaya bisa tertidur.

Baru beberapa menit berlalu, Ansa melihat bahwa gadisnya itu sudah tertidur lelap. Ia pun dengan penuh kasih sayang mencium kening Winera.

His ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang