Fortune Cookie 10

5.7K 500 12
                                    

"Sudahlah. Lebih baik kita langsung ke dapur saja." Ryota berdiri dan mulai berjalan menuju dapur. Shinji mengikuti dari belakang.



Begitu sampai di sana, terlihat beberapa bahan-bahan untuk membuat kue sudah disiapkan diatas meja.



"Sejak kapan kamu menyiapkan semua ini?" tanya Shinji berseri-seri.



"Tadi sepulang sekolah. Nih, pakai ini dulu." Ryota memberikan Shinji sebuah celemek. Ryota juga memakai celemek.



Warnanya merah dengan motif polkadot putih kuning. Bagus sekali.



"Baiklah! Sekarang kita mulai!" teriak Shinji bersemangat.



"Memang kamu tahu pertama harus bikin apanya dulu?" tanya Ryota mencibir. Shinji tersenyum meringis sambil menggeleng, dan sukses membuat Ryota tertawa kecil. Ryota suka sekali ketika Shinji berekspresi seperti itu.



Ryota menyuruh Shinji untuk membuat adonan tepung terigu, telur, dan bahan-bahan lainnya. Ryota mengarahkan dan memberitahu takarannya, sedangkan Shinji yang mengerjakan hampir 70%.



"Tepung terigunya bukan 250 gram! Tapi 350 gram! Aduuh! Kamu ini gimana sih?" Ryota mengeluh ketika Shinji salah menuangkan tepung.



"Nggak usah sewot lah. Kan masih bisa ditambahi lagi 100 gram." balas Shinji sambil tetap fokus mencampur semua adonan.



Tapi tiba-tiba Ryota merenggut adonan Shinji dan meletakkannya di atas meja. Kedua tangannya langsung memegang kedua pipi Shinji. Shinji tersentak. Ryota memandang Shinji dengan tatapan yang entah itu tatapan apa.



"Ada apa?" tanya Shinji gugup. Dalam hati ia merasakan tiba-tiba saja kedua tangan Ryota yang menempel di kedua pipinya terasa kasar seperti tangan para pekerja konstruksi.



Tapi tak lama, Ryota malah seperti menahan tawa.



Atau jangan-jangan....



Dengan cepat, Shinji melepas tangan Ryota dari pipinya. Ketika ia mengusap pipinya, terlihat butiran terigu putih ditangannya. Oh my god!



Sontak, Ryota langsung tertawa terpingkal-pingkal.



Shinji memanyunkan bibirnya. Ia harus balas dendam. Dengan gerakan cepat, Shinji meraup satu genggam tepung dan melemparnya ke wajah Ryota.



Ryota sempat berusaha mencegahnya, namun Shinji lebih cepat. Wajah Ryota yang tampan berubah seperti wajah seorang geisha. Putih sekali.



Gantian Shinji sekarang yang tertawa terbahak-bahak.



"Puas sekarang?" tanya Ryota sambil mengusap-usap wajahnya, berusaha membershkan tepung yang ada.



"Kamu yang mulai kok. Huuu!"



"Sekarang giliranku!" ucap Ryota sambil meraup segenggam tepung.



Dengan cepat, Shinji berlari menjauh. Ryota berlari mengejar Shinji.



Shinji malah terkikik sambil berlari memutari meja makan. Ryota sesekali melempar tepung pada Shinji, namun Shinji cukup gesit sehingga bisa menghindar.



Tapi Shinji tak cukup cepat berlari. Sehingga Ryota berhasil menggapai pundak Shinji dan menariknya.



Nahas, lantai ruang makan yang hampir rata dengan tepung membuat Shinji terpeleset dan tubuhnya terhuyung ke arah Ryota.



Gedebug!!



Tubuh Shinji tersungkur di atas tubuh Ryota yang sudah terjatuh lebih dulu. Wajah Shinji membentur dada kiri Ryota.



"Auch!" teriak mereka serentak.



Shinji mendongak memandang Ryota yang terpejam tidak bergerak.



Deg!



Shinji segera menegakkan tubuhnya sendiri lalu mendekatkan posisi duduknya ke kepala Ryota.



"Hei! Ryota!" kata Shinji sambil mengguncang-guncang tubuh Ryota. Namun tidak ada respon. Tubuhnya tidak bergerak sama sekali.



Deg!


Shinji jadi cemas.



Ia mengangkat kepada Ryota dan meletakkannya di atas pahanya.



"Hei! Bangun! Bangun! Astaga! Ryota! Bangun!" teriak Shinji mencoba membangunkan Ryota sambil menepuk-nepuk kedua pipinya.



Tapi masih tetap saja Ryota tidak bergerak.



"Ryota! Bangun! Jangan bikin aku takut begini dong!" Shinji mulai terisak. Ia tidak tahu harus melakukan apa.



"Whaaaaaa!" teriak Ryota tiba-tiba yang langsung membuat Shinji terlonjak kaget. Ryota malah tertawa keras melihat wajah Shinji yang berlinang airmata.



"Iiiih! Kamu gila!" gerutu Shinji sambil berusaha berdiri dan menghapus sisa airmata di pipinya. Ryota juga berdiri.



"Kamu kenapa menangis sih? Orang aku masih hidup juga!" Ryota masih tertawa.



"Habisnya tadi kamu nggak bergerak. Aku kira kamu kenapa-kenapa." jawab Shinji dengan lugunya, masih dengan napas yang sesenggukan.



"Kamu kaget, kan?" tanya Ryota.



"Aku ketakutan tadi!" teriak Shinji.



Tawa Ryota mulai reda, berganti dengan seulas senyum yang lembut.



Ryota langsung mendekap tubuh Shinji dan mendorong kepala Shinji untuk bersandar di lehernya.



"Sudah. Jangan nangis lagi. Aku minta maaf deh." ujar Ryota merasa bersalah.



Shinji hanya menurut ketika Ryota melakukannya. Entah kenapa, sepertinya Shinji bisa merasa lebih tenang.



***



Shinji mendekatkan bibirnya dengan ragu.



"Ayolah, Shinji!" ucap Ryota mencoba membujuk Shinji.



"Tapi...,"



"Nanti kamu juga tahu sendiri. Kan kamu belum pernah mencobanya." Ryota memotong kalimat Shinji.



Sekali lagi, Shinji mendekatkan bibirnya lagi dan....



"Enak kan?" tanya Ryota.



Shinji mengangguk-angguk ceria sambil menikmati fortune cookie dari tangan Ryota.



"Berarti kita berhasil! Siapa dulu dong yang bikin," ucap Ryota.



"Jangan puji aku berlebih gitu!" balas Shinji malu-malu.



"Eh, siapa juga yang memuji kamu? Kan yang bikin fortune cookie aku."



"Hei! Aku yang mengerjakan hampir semuanya!" protes Shinji.



"Tapi kan kalo tidak ada aku, kamu pasti tidak bisa bikin. Jadi aku kerja 70%, kamu 30%."



"70% apanya? Kamu kebanyakan ngomongnya. 50% : 50% yang bener," protes Shinji lagi.



"Oke, oke. Terserah kamu lah. Sekarang ganti kamu yang menyuapiku." kata Ryota.



"Ogah! Males!"



"Lho? Kok gitu? Nggak fair nih. Tadi kan aku sudah menyuapimu. Sekarang gantian dong!"



Shinji cemberut. Dengan malas ia mengambil sepotong fortune cookie dan mengarahkannya ke mulut Ryota.



Namun Ryota malah melakukan gerakan cepat pada rahangnya yang membuat Shinji kaget.



"Aaaiih!"



Ryota tertawa lagi.



(Bersambung...)

FORTUNE COOKIE (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang