Arnold segera mengemasi barang-barangnya, pria itu bergerak cepat bagaikan kilat. Ia telah tiba di bandara dengan penerbangan menuju Dubai, langkahnya yang tergesa segera menaiki pesawat dan menghela nafas panjang saat telah duduk dengan nyaman di kursi penumpang.
Tak lama kemudian, ponselnya berdering menunjukkan notifikasi di bar atas.
Arun
|Paman, kau dimana?Arnold segera mematikan daya ponselnya dan mengambil secangkir wine yang ditawarkan padanya dengan senang hati.
"Terima kasih"
Pria itu mendengus kesal, pasalnya pamannya terus mengabaikan pesannya sejak beberapa hari terakhir. Ia mengernyit kala melihat seorang satpam datang melapor padanya. "Tuan, ada pria yang ingin bertemu dengan anda"
Arun mengernyit, "Siapa?"
"Saya tidak tahu, tapi dia bilang ada hal penting yang harus dibicarakan"
Tak lama berselang, pria itu telah sampai di halaman rumahnya. Kedua mata mereka saling beradu sebelum menyadari sesuatu.
"Hai, boleh aku masuk?"
Arun menatap laki-laki di hadapannya yang kini duduk berseberangan dengannya diatas sofa. "Apa maumu?" Tanya Arun dingin membuat laki-laki itu tersenyum.
"Jangan terlalu dingin padaku.. Kita masih saudara ingat? Ya, meskipun bukan saudara kandung"
Veer membuat pria itu menghela nafas panjang, "Baiklah. Cepat katakan apa yang kau inginkan, bukankah urusan kita sudah usai? Kau juga sudah mendapatkan bagianmu bukan?" Ucap Arun membuat Veer mengangguk.
"Tapi bukan itu yang ingin kubicarakan"
Arun menaikkan alisnya, "Lalu?"
"Ini soal pria itu.."
"Pria siapa? Katakan dengan jelas"
"Laki-laki yang mengadopsimu"
"Paman Arnold?"
"Hmm"
"Apa yang ingin kau bicarakan tentangnya? Kalian bahkan tidak saling mengenal"
"Kau berkata seolah kau yang paling mengenalnya, Arun.."
"Apa maksudmu?"
"Tidakkah kau tahu, dia berusaha mengincar harta yang kau miliki selama ini?"
Mata Arun meredup, "Apa? Itu tidak mungkin. Dia justru berperan penting dalam membantuku mendapatkan semua hak-hakku, kau tidak tahu apapun tentang hal itu!" Ucap Arun membuat Veer tertawa pelan.
"Kau yakin Arun? Apa kau sebodoh itu? Kau tidak pernah memastikan dia mengadopsimu karena memiliki maksud lain dibaliknya?"
"Hentikan. Berhenti mengadu domba kami. Aku tidak akan terpengaruh oleh ucapanmu" Ucapnya membuat Veer tersenyum.
"Baiklah. Anggap saja begitu, sekarang coba hubungi dia dan tanyakan atas nama siapa semua harta kekayaan di rumah ini"
Arun terdiam, "Kenapa kau diam? Lakukan saja. Kau akan tahu.."
"Tidak bisa"
Veer mengernyit, "Kenapa? Kau takut?"
"Tentu saja tidak!"
"Lalu kenapa? Apa ada masalah?"
"Dia mematikan ponselnya. Sudah beberapa hari ini dia menghilang tanpa kabar, pesan-pesanku selalu diabaikannya bagai angin lalu. Apa yang telah dilakukannya?" Ucap Arun seolah mengajukan pertanyaan pada Veer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamer's | SrKajol X AryaNysa
AcakHubungan ini rumit, kami saling mencintai tapi tidak pernah ditakdirkan untuk bersama. Kami saling menjauh, tapi hati kami tetap terhubung. Apa aku salah jika terus bermimpi agar kami dapat bersatu suatu hari nanti? •• ✾A Fanfiction based from DIL...