that's so true

369 82 4
                                    

"Sasuke, aku suka kau. Suka dalam artian cinta. Benar-benar suka. Tapi kau tidak perlu menjawabnya. Aku tahu kau suka Kak Izumi. Aku hanya ingin menyatakan perasaanku agar bebanku berkurang. Ah... leganya. Bye, Sasuke. Sampai berjumpa besok."

Wajah Sasuke terasa panas. Jika dia bercermin, pasti akan terlihat merah. Sakura memang gemar membuatnya terkejut dengan banyak hal lalu pergi begitu saja.

"Memangnya dia pikir setelah mendapat pernyataan cinta begini aku bisa biasa saja? Dasar gadis aneh." Rutuk Sasuke ketika punggung Sakura menghilang di sudut lorong deretan ruang-ruang klub ekstrakulikuler.

●●●

Mendengar cerita Sakura membuat Ino dan Hinata sampai menggeleng-gelengkan kepala tak percaya. Bagaimana bisa sahabat mereka itu dengan mudahnya menyatakan cinta pada Sasuke begitu saja dan kembali ke kelas dengan wajah santai seolah tidak terjadi apa-apa?

"Aku hanya ingin menghilangkan beban. Tidak butuh balasan." Katanya enteng dan mengikat rambut panjangnya membentuk satu kuncir kuda. Sakura yang cantik seperti boneka makin terlihat menggemaskan bila dalam model rambut demikian pikir kedua sahabatnya (dan ini juga diamini oleh banyak orang).

"Bagaimana reaksi Sasuke? Tanya Ino penasaran. Mereka semua tahu kalau pangeran es itu selalu terlihat tanpa ekspresi dan sangat dingin bila didekati. Nol emosi. Sejauh ini hanya dua orang yang bisa membuatnya menghangat, yaitu Naruto yang notabene adalah sahabatnya sedari dalam kandungan dan juga Izumi, seseorang yang mereka sebut kakak sekaligus guru magang pelajaran matematika yang juga kekasih mendiang kakak kandungnya, Itachi.

"Dia diam saja. Mungkin karena aku bilang aku tidak butuh jawaban. Tapi itu lebih baik. Kalau dia menjawab, bisa-bisa aku akan bersedih dan kalian akan kesulitan menghiburku." Ikatan rambutnya selesai bersamaan dengan ucapannya yang berakhir.

Untuk beberapa saat yang terasa berjeda sangat panjang, Hinata dan Ino saling pandang. Mereka tidak mengerti jalan pikiran Sakura yang hari ini terkesan sangat rumit. Sakura memang rumit, tapi tidak pernah serumit hari ini.

"Sudahlah. Tidak apa-apa. Aku benar-benar hanya butuh menyampaikan perasaanku saja. Selebihnya, tidak ada yang aku harapkan. Sumpah!" Kata Sakura meyakinkan. "Lebih baik kita cepat-cepat ganti baju. Kalian tidak mau lihat pelatih Kurenai marah-marah sambil menggendong bayinya yang masih merah itu kan?"

Ino dan Hinata mendesah. Ada saja alasan yang diberi Sakura untuk menghindarkannya dari interogasi keduanya.

"Kau selamat kali ini Sakura." Ujar Ino yang disambut dengan anggukan penuh semangat dari Hinata.

Sakura mengangkat bahu. Dia bukannya mau cari selamat, tapi keselamatan memang selalu menyertainya. Terutama dari keingintahuan Ino dan Hinata yang hanya bisa ikut saja semua tindakan merepotkan Ino.

***

Jumat pagi Sasuke berjalan melewati ruang latihan tim cheers yang Sakura merupakan salah satu anggotanya. Dia sempat berhenti sebentar untuk mengintip ketika mendengar suara Sakura yang menjerit keras memberi semangat pada seluruh anggota timnya.

"Kau sedang apa?"

Kak Izumi mengagetkannya. Wanita itu ikut mengintip ke dalam ruangan yang dipenuhi para siswi berpakaian kaos putih dan celana pendek ketat.

"Melihat siapa? Kau tidak latihan di ruang olahraga? Aku yakin sekali kalau ruang olahraga tidak berada di gedung ini." Kata Izumi penuh selidik kali ini.

HEART OF BLUE - ONESHOT VOL. VIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang