Temani Aku

76 19 5
                                    

Seokmin menutup aplikasi X di ponsel genggamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seokmin menutup aplikasi X di ponsel genggamnya. Memberi sugesti pada diri sendiri. Jangan jatuh cinta. Jangan jatuh cinta. Jangan jatuh cinta.

"Seokmin!"

Napas Seokmin tertahan. Mata melebar sesaat. Putar balik. Menundukkan kepala. Jangan lihat, jangan lihat, jangan lihat, doa Seokmin dalam hati. Tapi tangan lelaki itu terlanjur diraih oleh perempuan yang memanggilnya tadi. Habislah sudah. Runtuh pertahanannya yang memang tak seberapa.

"Memang tidak lihat apa pura-pura tidak lihat?" sergapnya.

"Eh, Jisoo..." Seokmin cengengesan. Tak tahu harus membuat alasan apa. "Memang tidak lihat, sumpah. Aku mau ke perpustakaan sebentar, mengembalikan buku yang kupinjam kemarin."

Bibir Jisoo mengerucut selagi mengangguk. Sebenarnya tidak percaya. Jelas-jelas tadi Seokmin langsung berpaling begitu ia panggil. Padahal Jisoo sudah melambaikan tangan setinggi harapan orangtua. Tapi aneh juga kalau sampai Seokmin sungguhan menghindar. Memangnya kenapa? Jisoo salah apa? Padahal baru kemarin mereka menghabiskan waktu bersama hingga larut malam. Yang ajaibnya orangtua Jisoo seperti tidak masalah asalkan keluarnya bersama Seokmin, padahal biasanya terlambat tigapuluh menit saja keduanya pasti spam chat dan telepon. Ujung-ujungnya Jisoo hanya bisa mengangguk. "Kita ke kelas bareng, ya."

"Kenapa? Jeonghan ke mana?"

"Kamu tidak mau?"

"Bukan begitu..." Seokmin meringis. Masalahnya kalau Jisoo ikut ke perpustakaan, terbongkarlah kebohongannya beberapa detik lalu. "Kamu tunggu di sini sebentar, ya. Aku mengembalikan buku dulu. Sebenar saja, oke? Jangan ke mana-mana."

Tanpa menunggu persetujuan Jisoo, langsung saja Seokmin kabur. Tingkah aneh yang membuat Jisoo semakin yakin kalau ada hal yang mengganggu Seokmin. Tapi apa? Jisoo sangat penasaran. Guratan di kening Jisoo mengisyaratkan banyaknya pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan Seokmin yang terlalu abu bagi Jisoo. Padahal keduanya sudah saling mengenal sejak semester lalu. Memang belum terlalu lama. Tapi bukankah itu sudah waktu yang cukup untuk saling kenal walau sekadar hal-hal umum? Namun pada kenyataannya, Seokmin tinggal di mana saja Jisoo tidak tahu.

"Sudah?"

Seokmin mengangguk dan senyum. "Ayo."

Rasanya baru kemarin mereka berkenalan. Itupun bukan berkenalan yang secara prepare. Hanya sekadar tahu nama karena berada di kelas yang sama. Saat mendapat kesempatan duduk bersebelahan, Jisoo merasa Seokmin memiliki hal keren dibanding mahasiswa lainnya. Ia pintar, aktif, dan yang paling penting tidak bau rokok. Hidup di tengah keluarga tanpa asap rokok, membuat Jisoo sangat benci dengan seorang perokok. Bahkan memasukan kriteria bukan seorang perokok ke dalam list pria idamannya. Semester itu telah berlalu dan mereka memasuki semester baru. Syukurnya mereka masih memiliki beberapa kelas yang sama sehingga tidak terputus kontak seperti beberapa kawan lainnya. Seokmin kini telah menjadi sahabat bagi Jisoo. Entah Seokmin menganggap Jisoo apa. Sahabat juga? Atau lebih dari itu? Apa malah kurang dari itu?

TIRA(MISS-YOU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang