Eps 4 : Jejak kebenaran

2 0 0
                                    

Pagi yang tenang menyelimuti kota, namun ketenangan itu terasa seperti topeng yang menutupi kekacauan di dalam pikiran Sofia. Pikirannya kembali pada percakapan dengan Jasper malam sebelumnya. Ada sesuatu dalam tatapan dan nada bicara Jasper yang membuat Sofia sadar bahwa keraguan terhadap sistem mungkin bukan miliknya seorang. Tapi, seberapa besar kemungkinan bahwa lebih banyak eksekutor yang merasakan hal yang sama?

Sofia tahu bahwa jika ia ingin bertahan, ia harus berhati-hati. Dia harus tetap memainkan peran sebagai eksekutor yang loyal, sambil diam-diam mencari jejak yang membantunya memahami lebih dalam tentang sistem yang mengendalikan hidup semua orang. Selama bertahun-tahun, dia tidak pernah mempertanyakan sistem; tetapi sekarang, dia merasa ada yang salah, sangat salah. Dan jika benar ada eksekutor lain yang meragukan sistem, mereka mungkin bisa menjadi sekutu di jalan berbahaya ini.

Hari itu, Sofia melapor ke kantor pusat eksekutor seperti biasa. Bangunan itu berdiri megah dengan dinding berwarna abu-abu dingin, mencerminkan ketidakpedulian sistem terhadap kehidupan. Begitu memasuki ruangan eksekusi, Sofia melihat wajah-wajah yang tampak lelah namun tidak bisa membaca apa yang ada di pikiran mereka. Mereka semua membawa beban angka-angka, seperti yang ia lakukan bertahun-tahun tanpa ragu.

Ketika tengah melangkah menuju mejanya, Sofia berpapasan dengan Petugas Hensley, yang langsung menghentikannya. “Sofia, kau memiliki tugas baru,” katanya sambil menyerahkan sebuah dokumen kecil.

Jantung Sofia berdebar saat menerima dokumen itu, takut-takut bahwa nama Daniel Kline mungkin ada di dalamnya. Namun saat ia membukanya, ia merasa sedikit lega. Targetnya kali ini adalah pria bernama Adrian, berusia sekitar empat puluhan, dengan angka 333.

“Aku akan menyelesaikannya hari ini,” jawab Sofia sambil berusaha terdengar netral. Petugas Hensley mengangguk, memandangnya sejenak, sebelum berlalu tanpa kata lagi. Ada sesuatu dalam cara Hensley menatapnya yang membuat Sofia merasa ia sedang diawasi lebih ketat dari biasanya. Dia tahu dia harus lebih berhati-hati.

Sofia mendapati dirinya berada di jalan menuju lokasi Adrian, tetapi kali ini pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang terus menghantuinya. Apakah Adrian juga seseorang yang tak bersalah yang hidupnya harus berakhir karena angka yang ditentukan oleh sistem? Sambil berusaha membungkam hati nuraninya, Sofia tetap berjalan, tapi kali ini ada sesuatu yang mendorongnya untuk mencari tahu lebih banyak tentang pria yang menjadi targetnya.

Sebelum tiba di alamat Adrian, Sofia mengambil jalan memutar menuju perpustakaan tua yang terletak tidak jauh dari sana. Di tempat itulah, informasi mengenai penduduk dan angka mereka tercatat sebuah arsip yang hanya bisa diakses oleh eksekutor. Ia berharap bisa menemukan sesuatu tentang Adrian yang membantunya memahami alasan di balik angka-angka ini.

Di dalam perpustakaan, Sofia membuka file penduduk Adrian dan mulai membaca. Adrian pernah menjadi aktivis yang mencoba membongkar kelemahan sistem. Ia adalah seseorang yang berani mempertanyakan kebijakan pemerintah dan mencetuskan gagasan bahwa semua orang berhak memilih hidup mereka sendiri. Namun, karena tindakannya, ia ditandai dengan angka rendah—angka yang akhirnya membuatnya menjadi target.

Sofia merasa amarah dan keadilan berkecamuk dalam dirinya. Sistem ini tidak hanya mengatur hidup dan mati berdasarkan angka, tapi juga menekan suara-suara yang menentang mereka. Ia menyadari bahwa angka Adrian adalah hukuman atas keberaniannya mempertanyakan otoritas. Sistem ini tidak hanya menentukan siapa yang hidup dan mati, tapi juga merampas kebebasan berpikir.

Sofia tiba di kediaman Adrian dan melihat pria itu sedang duduk di taman rumahnya, melihat langit dengan wajah yang tenang. Seolah-olah ia tahu bahwa ini mungkin menjadi hari terakhirnya. Adrian melihat Sofia mendekat dan langsung tahu siapa dia. Namun, yang mengejutkan Sofia, Adrian tidak menunjukkan ketakutan atau mencoba melarikan diri. Dia hanya menatap Sofia dengan pandangan penuh pemahaman.

“Kau datang untuk menjemputku, bukan?” tanya Adrian dengan nada tenang.

Sofia tak bisa menjawab, tetapi ia mengangguk pelan. Dalam hatinya, ia merasa seolah terjebak antara tugas dan hati nuraninya.

“Kau tahu, Sofia,” lanjut Adrian, “aku pernah berpikir bahwa hidup itu harus diperjuangkan, tapi ketika kau hidup dalam dunia yang menentukan nilai hidup hanya berdasarkan angka, kita kehilangan makna perjuangan itu.”

“Apa yang membuatmu tetap melawan, meskipun kau tahu risikonya?” Sofia bertanya, penasaran pada tekad Adrian.

Adrian tersenyum kecil. “Karena aku percaya bahwa hidup ini berharga, terlepas dari apa yang sistem katakan. Kau juga harus ingat itu, Sofia. Angka hanya angka mereka tidak mendefinisikan siapa kita sebenarnya.”

Kata-kata Adrian menembus hati Sofia, mengingatkannya pada percakapan dengan Jasper. Mungkin, mereka semua adalah manusia yang terjebak dalam roda sistem yang menggilas nurani. Mereka yang mempertanyakan dan menolak hanya dihadapkan pada kematian, sedangkan yang patuh kehilangan kebebasan berpikir.

Akhirnya, Sofia menarik napas dalam, mencoba mengambil keputusan. Ia tahu bahwa jika ia mengabaikan perintah, ia akan semakin dalam terjebak dalam pemberontakan ini. Namun, ia tidak bisa membiarkan pria seperti Adrian dibunuh hanya karena sistem menandainya sebagai ancaman. Setelah berpikir sejenak, ia memutuskan untuk melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada Daniel.

“Kau tidak akan mati hari ini, Adrian,” bisik Sofia, suaranya bergetar.

Adrian terlihat terkejut, tetapi ada secercah harapan di matanya. Sofia tahu, keputusan ini akan mengubah segalanya. Dia memberi tahu Adrian untuk meninggalkan tempat itu, menghindari pengawasan, dan mencoba menemukan tempat aman di mana sistem tidak bisa menjangkaunya.

“Aku akan pergi, tapi ingatlah, Sofia, apa yang kau lakukan hari ini adalah langkah pertama untuk membuka kebenaran bagi banyak orang. Kau bukan hanya seorang eksekutor,” kata Adrian sambil pergi.

Sofia menatap kepergian Adrian dengan perasaan campur aduk. Ini adalah kedua kalinya ia membiarkan targetnya hidup. Ia tahu konsekuensi yang akan dihadapinya, tapi ia merasa ada sesuatu yang lebih besar daripada rasa takut akan hukuman. Langkah ini adalah langkah awal bagi Sofia untuk membongkar sistem yang menindas dan menilai kehidupan manusia dengan angka semata.

Malam itu, saat Sofia kembali ke apartemennya, ia merasakan kekuatan yang sebelumnya tak pernah ia miliki. Untuk pertama kalinya, ia mulai menyusun rencana bukan hanya untuk bertahan hidup, tapi untuk meruntuhkan sistem yang selama ini mengendalikan hidupnya dan kehidupan orang lain.

When Life Becomes a NumberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang