Part 10

788 88 0
                                        

Setelah mendapatkan restu dari orang tua Adel, Zean merasa lebih mantap dengan keputusan yang sudah ia buat. Namun, meski sudah melamar dan merasa yakin dengan pilihan hatinya, Zean tahu bahwa proses menuju pernikahan masih panjang. Ada banyak hal yang harus mereka persiapkan bersama, mulai dari waktu yang tepat hingga perencanaan besar yang harus dilakukan. 

Meskipun belum siap untuk menikah dalam waktu dekat, Zean ingin mengikat Adel dengan ikatan yang lebih serius dan formal. Ia ingin memastikan bahwa mereka sudah saling berkomitmen satu sama lain, lebih dari sekadar hubungan pacaran, tetapi dengan ikatan yang jelas. 

Oleh karena itu, Zean memutuskan untuk mengadakan acara pertunangan, meskipun itu bukan sebuah pernikahan resmi. Ini adalah simbol dari langkah mereka menuju masa depan yang lebih pasti bersama.

Pada malam yang sudah ditentukan, Zean dan Adel mengadakan acara tunangan yang sederhana namun penuh makna. Zean tidak ingin acara ini menjadi terlalu formal, karena ia ingin menjaga kesan kehangatan dan kebersamaan yang mereka miliki. Ia juga ingin Adel merasa nyaman, karena baginya, tunangan ini adalah sebuah momen yang penuh cinta, bukan sesuatu yang harus ditakuti atau dibebani.

Acara tunangan ini diadakan di sebuah restoran mewah yang mereka pilih bersama. Restoran itu memiliki nuansa yang hangat, dengan dekorasi bunga-bunga putih yang menghiasi meja tempat mereka duduk. Zean sudah menyiapkan semuanya dengan matang. Ia ingin membuat acara ini menjadi tak terlupakan bagi Adel, dan tentu saja, untuk mereka berdua.

Adel datang dengan gaun tunangan berwarna biru laut yang simpel namun elegan, rambutnya diikat dengan rapi, dan wajahnya dihiasi senyum bahagia. Ketika Zean melihatnya, hatinya berdebar lebih cepat. Gadis itu tampak lebih cantik dari sebelumnya, dan ia merasa sangat beruntung bisa memilikinya. Meski hanya sebuah tunangan, Zean tahu ini adalah awal dari perjalanan panjang mereka bersama.

"Malam ini kamu terlihat luar biasa" kata Zean, menyambut Adel dengan senyum lebar.

Adel tersenyum malu, "Terima kasih Kak Zean. Kamu juga, terlihat sangat tampan malam ini."

Mereka duduk berdua di meja yang sudah disiapkan. Restoran itu terasa tenang dan intim, hanya ada beberapa meja di sekitar mereka. Suasana yang tenang membuat mereka lebih bisa menikmati momen itu tanpa gangguan. 

Zean menatap Adel dengan penuh cinta, sementara Adel merasa hatinya berdebar. Ia tahu ini adalah momen penting dalam hidup mereka, dan meskipun ia sudah mengetahui niat Zean, perasaan canggung tetap ada di dalam dirinya.

Zean tersenyum, tapi ada sedikit kecemasan di matanya. "Aku tahu kita sudah membicarakan tentang pernikahan dan masa depan kita. Tapi aku ingin mengambil langkah lebih dulu, sebelum kita melangkah lebih jauh. Aku ingin mengikatmu dengan tunangan. Aku ingin kamu tahu bahwa aku serius dengan perasaanku, dan aku ingin kita bersama, sekarang dan selamanya."

Adel terdiam sejenak, mengamati wajah Zean yang tampak serius. Kemudian, ia tersenyum lembut. "Aku ingin kita bersama kak. Aku nggak bisa bayangin hidupku tanpa kak Zean di dalamnya."

Zean merasa lega mendengar kata-kata itu. Tanpa ragu, ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya dan membukanya di depan Adel. Di dalam kotak itu, terdapat cincin tunangan dengan batu permata yang indah berkilau. Itu adalah cincin yang ia pilih dengan penuh perhatian, sebuah simbol komitmen dan harapan bagi masa depan mereka berdua.

Zean mengambil napas dalam-dalam, "Adel, maukah kamu menjadi tunanganku?" tanya Zean dengan suara yang lembut, tapi penuh keyakinan.

Adel menatap cincin itu, lalu menatap Zean dengan mata berkaca-kaca. Tanpa ragu, ia mengangguk. "Iya, kak Zean. Aku mau."

Zean tersenyum bahagia, dan dengan lembut, ia menyematkan cincin tunangan itu di jari manis Adel. Cincin itu pas, seperti sudah dibuat khusus untuknya. Saat cincin itu terpasang di jari Adel, Zean merasa ada ikatan yang lebih kuat terbentuk antara mereka, ikatan yang lebih dari sekadar kata-kata, lebih dari sekadar janji.

Setelah cincin terpasang, mereka berdua saling menatap dengan senyum. Zean merasa bahwa dunia ini milik mereka berdua. Ia merasa sangat bersyukur bisa menemukan seseorang seperti Adel, seseorang yang tidak hanya menjadi kekasihnya, tetapi juga teman hidupnya kelak.

Malam itu, mereka melanjutkan percakapan mereka dengan lebih ringan, bercanda, dan tertawa bersama. Restoran yang sepi membuat mereka lebih nyaman, seperti dunia hanya milik mereka berdua. Zean dan Adel berbicara tentang rencana mereka untuk masa depan, tentang kapan mereka akan melangsungkan pernikahan, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah, dan impian-impian yang ingin mereka capai bersama.

Namun, meskipun malam itu penuh kebahagiaan, Zean tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang. Mereka harus menghadapi banyak tantangan dan rintangan, tapi ia yakin, selama mereka bersama, mereka bisa menghadapinya. Ia merasa bahwa tunangan ini adalah langkah pertama menuju masa depan yang lebih baik, dan ia akan berjuang untuk menjaga hubungan mereka tetap kuat.

Setelah acara tunangan selesai, Zean mengantarkan Adel pulang. Di sepanjang perjalanan, mereka berbicara tentang banyak hal, dan Zean merasa semakin yakin bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat. Sebelum mengantarkan Adel sampai rumah, Zean berhenti sejenak dan menatapnya dengan penuh kasih sayang.

"Terima kasih sudah mau menerima aku Del. Terima kasih sudah mau menjadi bagian dari hidupku" ucap Zean.

Adel tersenyum dan meraih tangan Zean. "Terima kasih juga sudah hadir dalam hidupku, Kak. Aku beruntung bisa mengenalmu."

Malam itu, mereka berpisah dengan hati yang penuh kebahagiaan. Zean merasa lega, namun juga penuh harapan. Ia tahu bahwa tunangan ini bukanlah akhir dari cerita mereka, melainkan awal dari perjalanan panjang yang akan mereka tempuh bersama. Setelah malam itu, ia semakin yakin bahwa bersama Adel, ia bisa mengarungi segala rintangan hidup dengan penuh cinta dan kebahagiaan.

My Soulmate (ZeeDel) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang