Malam telah tiba sepenuhnya, membawa keheningan yang pekat di seantero Forks. Namun, bagi [Name] Michaelis, malam bukanlah waktu untuk beristirahat. Sebenarnya, tidur sendiri adalah hal yang tidak lazim baginya, mengingat sifat iblisnya yang tidak memerlukan istirahat. Tapi, karena kesopanan—atau setidaknya untuk tidak membuat Charlie bertanya-tanya—ia memaksakan diri untuk berbaring di ranjang sederhana di ruang tamu rumah sang kepala polisi, hanya beberapa saat sebelum akhirnya bosan.
Waktu seolah berjalan lambat ketika ia berbaring menatap langit-langit. Seluruh tubuhnya terasa kaku, terbiasa dengan keadaan tak bergerak ketika berpura-pura tidur seperti ini. Matanya tak benar-benar terpejam. Dia hanya berbaring, mendengarkan detak jarum jam di ruangan yang sunyi, memerhatikan setiap suara yang ada di sekitar rumah dengan kepekaannya yang luar biasa. Pada akhirnya, setelah dua jam berlalu, dia memutuskan sudah cukup.
"Aku butuh udara segar," gumamnya pelan sambil bangkit dari tempat tidur. Ia melirik ke arah jendela, di mana kabut malam sudah menyelimuti pemandangan di luar.
Dengan langkah senyap, dia melangkah menuju jendela dan membuka sedikit tirainya. Pemandangan Forks yang diselimuti kabut dan sinar bulan yang temaram memancarkan keindahan yang misterius. Tanpa pikir panjang, dia membuka jendela dan melompat keluar dengan gerakan yang hampir tanpa suara, mendarat dengan ringan di atas tanah yang basah.
"Ayo kita lihat, apa yang bisa kota kecil ini tawarkan di malam hari," katanya pada dirinya sendiri dengan senyum tipis yang penuh rasa penasaran.
[Name] berjalan menyusuri jalanan kota yang sepi, hanya ditemani oleh suara serangga malam dan langkah kakinya sendiri. Lampu jalan yang redup menambah suasana magis, membuat jalanan tampak seperti sesuatu yang keluar dari dunia dongeng. Walau Forks terlihat begitu sederhana di siang hari, suasana malamnya justru memancarkan keindahan misterius yang menarik perhatian [Name].
Berjalan perlahan, [Name] memerhatikan hal-hal kecil di sekitarnya: siluet pohon-pohon tinggi yang menjulang di tepi kota, hembusan angin yang membawa aroma basah tanah, dan suara gemerisik daun yang tertiup angin. Dia tersenyum kecil, merasa bahwa meskipun dunia fana ini tampak biasa, ada sisi-sisi tertentu yang tak kalah menawan dengan keindahan dunia asalnya.
Namun, tiba-tiba, dia menangkap sebuah suara samar di kejauhan. Suara berdesir yang hampir tak terdengar oleh telinga manusia, namun cukup jelas bagi seorang demon sepertinya. Itu adalah suara gesekan halus, diselingi oleh detak jantung yang pelan namun konstan. [Name] memiringkan kepalanya, memperhatikan dengan saksama, mencoba mencari tahu sumber suara tersebut.
Dia lalu melangkah lebih dekat ke arah suara tersebut dan menemukan dirinya berada di tepian hutan. Bayangan pepohonan yang rimbun dan gelap menutupi pandangannya, namun dia bisa dengan sangat jelas melihat sesuatu di kejauhan—sebuah sosok yang tampak seperti manusia, namun ada sesuatu yang berbeda.
Dengan gerakan anggun dan cepat, sosok itu sedang membungkuk di atas sesuatu di tanah. Di hadapannya terdapat seekor kelinci yang tak berdaya, tubuh kecilnya terkulai lemas saat darahnya diisap dengan kecepatan yang hampir terlalu cepat untuk ditangkap oleh mata manusia. [Name] memperhatikan dengan rasa penasaran yang mendalam, mengenali makhluk apa yang ada di depan mata nya itu.
"Vampir, rupanya..," gumamnya pelan, senyum tipis tersungging di bibirnya.
Namun dia memilih untuk tidak mendekat, hanya berdiri di balik bayangan pohon, mengamati dengan tenang. Dia tidak tertarik untuk berinteraksi, melainkan ingin memahami cara makhluk ini bertahan hidup di dunia fana. [Name] mendapati fakta bahwa vampir tersebut meminum darah hewan, bukan manusia, sebagai sesuatu yang menarik. "Sepertinya mereka punya batasan," pikirnya sambil terus memperhatikan dari kejauhan.
Setelah selesai meminum darah kelinci itu, vampir tersebut mengangkat kepalanya dan mengusap bibirnya dengan punggung tangan. Pandangannya berkeliling, namun tidak menemukan [Name] yang berdiri di balik bayangan. Setelah beberapa detik, vampir itu menghilang di antara pepohonan dengan kecepatan luar biasa, seakan membaur dengan kegelapan hutan.
[Name] menghela napas, sedikit kecewa karena tak sempat berinteraksi. Namun, dia menemukan pengamatan singkat ini sangat berguna; setidaknya, iblis itu tahu bahwa makhluk abadi di dunia ini memiliki peraturan atau kebiasaan tertentu yang berbeda dari dunia iblisnya.
Ketika dia kembali menyusuri jalan, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan tentang vampir tersebut. Apakah semua vampir di tempat ini seperti itu? Apakah mereka menghindari darah manusia? Dan yang paling penting, apa lagi yang tersembunyi di balik kota kecil yang tenang ini?
Tanpa sadar, dia mendapati dirinya sampai di sebuah jembatan kecil yang melintasi sungai. Di bawahnya, air sungai mengalir dengan tenang, menciptakan suara gemericik yang menenangkan. [Name] berdiri di tepi jembatan, menatap aliran air yang tampak seperti kristal dalam cahaya bulan. Kehidupan di dunia fana ini memang terlihat membosankan di permukaan, tapi dia bisa merasakan adanya sesuatu yang misterius mengintai di balik kedamaian ini.
Sambil memejamkan mata, iblis itu menghirup dalam-dalam aroma malam yang segar, merasakan perbedaan mencolok antara dunia ini dan dunia asalnya. [Name] merasakan angin yang seolah berbicara padanya, membawa bisikan malam yang memanggilnya untuk terus menjelajahi lebih dalam.
Ketika dia membuka matanya kembali, tiba-tiba dia menangkap gerakan di kejauhan, kali ini lebih jelas. Sekelompok rusa sedang berjalan perlahan di tepi sungai, tampak damai dan tenang. Namun, sebelum dia bisa mendekat, kawanan rusa tersebut tiba-tiba melesat lari, seperti merasakan adanya bahaya.
Penasaran, [Name] berusaha mencari apa yang membuat mereka kabur. Namun, hanya ada kegelapan dan keheningan yang kembali menyelimuti hutan di sekitarnya. Dia tidak bisa melihat atau mendengar apapun yang bisa menjadi ancaman bagi hewan-hewan tersebut, namun nalurinya berkata bahwa ada sesuatu—atau seseorang—yang berada di dekat sini, mengintainya dalam diam.
"Hmm.. menarik." Senyum tipis terbentuk di bibirnya. Dunia ini mungkin tidak semenarik istana iblis atau tempat asalnya, namun dia bisa merasakan bahwa ada banyak hal yang menunggu untuk ditemukan.
Setelah puas menjelajahi area sekitar, akhirnya dia memutuskan untuk kembali menuju rumah Charlie dengan langkah santai. Malam masih panjang, dan [Name] yakin akan menemukan banyak hal menarik di tempat ini jika terus bertahan. Tanpa suara, dia melompat masuk melalui jendela, kembali ke posisi semula di kasur kecil yang disediakan Charlie.
Pikirannya masih dipenuhi oleh apa yang telah dilihatnya malam ini. Vampir, hewan-hewan yang ketakutan, dan rasa misteri yang menyelimuti setiap sudut Forks. Ia berbaring, menatap langit-langit, dan berpikir tentang apa yang akan [Name] temui di malam-malam berikutnya. "Siapa yang tahu," bisiknya pada diri sendiri, senyum licik muncul di wajahnya. "Mungkin dunia ini tidak sebosan yang kupikirkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deal With the Devil [Twilight Saga x Reader]
FanfictionKetika [Name] Michaelis membuka mata, ia mendapati dirinya jauh dari istana kelam yang biasa ia sebut rumah-terlempar ke dunia aneh penuh manusia fana. Tak ada tanda-tanda kakaknya, Sebastian, atau pun kehidupan iblis yang penuh intrik. Sebaliknya...