Forks Hospital memiliki suasana khas klinik di kota kecil, yaitu cukup sepi, dengan staf yang mengenal semua penduduk. [Name] berjalan menyusuri koridor yang bersih dan hampir tanpa suara, tatapan skeptis tertuju pada dinding putih yang terasa steril dan tidak menarik. Ia mendapat kabar bahwa Bella harus dirawat di sini setelah insiden kecil di sekolah, dan Charlie yang biasanya lebih tabah, meminta bantuannya untuk datang.
Dengan ekspresi acuh tak acuh, [Name] masuk ke dalam ruangan pemeriksaan. Di dalam, Bella duduk di atas tempat tidur pemeriksaan sambil berbincang pelan dengan Charlie lalu ada juga laki-laki berkulit hitam yang tadi hampir menabrak Bella. Charlie, pria itu berdiri di sampingnya, tangan di saku, tampak cemas tetapi berusaha menyembunyikannya.
"Oh, kau datang juga [Name]," sambut Charlie saat melihatnya masuk.
[Name] mengangguk. "Yah, tidak ada yang menarik di luar. Jadi, bagaimana ceritanya?" Dia lalu melihat ke arah Bella dengan senyuman khas nya. Yah, walaupun dia sudah tahu apa yang terjadi.
Bella menggigit bibir sambil memainkan ujung bajunya, "Hanya insiden kecil, tenang saja."
Charlie menghela napas lelah, dan meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Insiden kecil, jadi kau mengatakan kau hampir tertabrak itu insiden kecil?"
[Name] menatap Bella, dan terkekeh kecil. "Insiden kecil ya?" Sungguh, mungkin ia harus mengajari gadis manusia itu tata cara berbohong dengan lancar.
Saat mereka berbincang, pintu ruangan terbuka. Masuklah seorang pria dengan rambut pirang yang tertata rapi dan wajah yang tenang namun karismatik. Ia mengenakan jas putih dokter yang kontras dengan kulitnya yang pucat, dan sejenak, dia pun tersenyum ramah kepada Charlie dan Bella. "Aku dengan anak nya kepala polisi di sini," ucap dokter.
Charlie melihat kearahnya lalu mengangguk pelan. "Carlisle. Terima kasih sudah menangani Bella."
"Tidak masalah sama sekali," jawab Carlisle, menoleh pada Bella dengan senyum yang lembut. "Bagaimana perasaanmu, Bella?"
Bella mengangguk pelan. "Aku baik-baik saja, dokter."
Carlisle mendekat, memperhatikan kedua mata Bella dengan penlight sambil memberikan saran-saran medis dengan nada yang profesional. Sementara itu, [Name] berdiri di dekat dinding, mengamati Carlisle dengan tatapan skeptis yang semakin tajam. Sesuatu tentang pria ini.. sangat mengganggunya.
Ia sudah menyadari dari jauh bahwa Carlisle adalah vampir, bahkan lebih mudah dikenali daripada anggota keluarga Cullen lainnya. Tetapi ada satu hal yang membuatnya lebih terganggu daripada yang lain: Carlisle ini seorang dokter. "Vampir menjadi dokter?" Bisik [Name] pada dirinya sendiri, ekspresi terkejut sekaligus terganggu. 'Serius, ini sih seperti serigala bekerja di peternakan domba,' pikirnya sinis.
Carlisle tampaknya mendengar gumaman halus itu, karena ia melirik ke arah [Name] sejenak, pandangan penuh rasa ingin tahu di matanya. Dia tersenyum sopan dan mendekati [Name], seolah-olah ingin menyapanya. "Dan siapa ini? Teman baru?" Dia mengulurkan tangan dengan sopan, ekspresi ramah di wajahnya.
[Name] mengangguk pelan dan menjabat tangan Carlisle dengan tatapan skeptis yang tidak bisa ia sembunyikan. "Namaku [Name]," jawabnya singkat.
"Oh, kau pasti teman keluarga Charlie," balas Carlisle sambil tersenyum. "Terima kasih telah datang menemani mereka."
Senyuman Carlisle yang begitu ramah justru membuat [Name] semakin terganggu. Dirinya mendapati menatap pria itu dari atas ke bawah, seolah memeriksa vampir yang entah bagaimana bisa menjadi dokter di antara manusia. Di dalam pikirannya, berbagai macam komentar sarkastik bergulir satu demi satu, dan ia hampir tidak bisa menahan keinginan untuk mengucapkannya.
"Jadi, Dr. Cullen," kata [Name] akhirnya, dengan nada yang terdengar sangat sopan namun ada sedikit nada mengejek di baliknya. "Menarik sekali, pekerjaan anda."
Carlisle mengangkat alis sedikit, senyumnya tetap tak berubah. "Oh, ya? Apa yang menarik menurutmu?"
[Name] berpikir sejenak sebelum menjawab, ekspresi sinisnya semakin jelas. "Yah, hanya saja seorang 'dokter' yang terlihat begitu 'segar' dan penuh energi. Hampir tidak bisa dipercaya. Kau pasti sangat menikmati pekerjaanmu, ya?"
Carlisle hanya tersenyum, tampaknya menyadari sedikit sindiran di balik kata-kata [Name]. "Aku memang sangat menikmati pekerjaan ini. Aku juga percaya bisa membantu banyak orang adalah suatu hal yang berharga."
[Name] hampir mendengus, tapi ia menahan diri. Di dalam kepalanya, ia membayangkan berbagai skenario konyol bagaimana Carlisle menjalani rutinitasnya tanpa harus mengisap darah pasien. 'Seorang vampir yang pura-pura peduli pada kesehatan manusia, ironis sekali,' pikirnya, merasa geli namun terganggu pada saat yang bersamaan.
Namun, ia juga menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda tentang Carlisle. Vampir ini memiliki aura yang lebih tenang dan lebih tua, seolah-olah telah melalui banyak hal yang [Name] sendiri tidak ketahui. Dan ini, membuatnya semakin penasaran, meskipun ia tidak ingin menunjukkan rasa ingin tahu itu di hadapan Carlisle.
"Aku tak pernah menyangka akan bertemu 'dokter' seperti Anda," kata [Name] akhirnya, menatap Carlisle dengan mata menyipit. "Apa anda tidak merasa terganggu bekerja di tempat seperti ini? Maksudku berurusan dengan ‘pasien’ setiap hari?"
Carlisle mengangguk dengan tenang, tampaknya memahami maksud [Name]. "Aku sudah terbiasa. Ini lebih mudah daripada yang mungkin terlihat." Dia tersenyum dengan pandangan mendalam yang tampaknya mengungkapkan bahwa ia tahu lebih banyak daripada yang ia tunjukkan.
Rasa penasaran Carlisle tampaknya semakin besar. Dia menatap [Name] dengan penuh minat, seolah mencoba memahami lebih banyak tentang sosok misterius ini. "Dan [Name], kalau boleh tau, dari mana kau berasal?"
[Name] mengangkat bahu. "Ah, aku sering berpindah-pindah tempat. Bisa dibilang, aku pelancong, anggap saja seperti itu." Dia tersenyum tipis, meskipun di balik senyum itu, ada sedikit ironi yang hanya ia sendiri yang tahu.
Carlisle menatapnya beberapa detik lagi, lalu mengangguk pelan. "Aku mengerti," katanya. "Pelancong yang misterius."
Percakapan mereka terhenti sejenak saat Charlie memanggil Carlisle kembali ke sisi Bella. Carlisle kembali melakukan pemeriksaan dan memberikan beberapa arahan pada Charlie tentang perawatan Bella. Namun, beberapa kali ia melirik ke arah [Name], seolah-olah ia melihat lebih dari sekadar remaja biasa. Saat pemeriksaan selesai dan Carlisle bersiap untuk pergi, ia menatap [Name] sekali lagi, kali ini dengan senyuman yang lebih dalam. "Senang bertemu denganmu, [Name]," katanya. "Aku harap, kita bisa bertemu lagi."
[Name] hanya mengangguk pelan, setengah terganggu namun juga setengah penasaran dengan sikap vampir Cullen itu. "Aku yakin, kita akan sering bertemu, dokter. Terutama dengan pekerjaan menarikmu ini."
Carlisle hanya tersenyum, kemudian meninggalkan ruangan dengan langkah tenang, meninggalkan [Name] yang masih menatapnya dengan pandangan skeptis.
Begitu Carlisle menghilang dari pandangan, [Name] mendesah panjang, ekspresi geli dan sedikit bingung muncul di wajahnya. "Forks ini benar-benar kota yang aneh. Makhluk seperti mereka jadi dokter, dan manusia tak ada yang curiga."
Charlie sedikit mendengar gumaman [Name] dan hal itu yang membuat dia menoleh ke arah wanita muda misterius yang dia angkut ke rumahnya. "Apa maksudmu?" Tanya pria itu.
[Name] cepat-cepat meralat, menyembunyikan senyumnya. "Oh, tidak apa-apa. Maksudku, dia terlihat sangat berdedikasi. Sangat menjadi dokter panutan." Dia lalu tertawa kecil sambil menggelengkan kepala, membiarkan Bella dan Charlie berpikir bahwa ia hanya bercanda.Namun, jauh di dalam hatinya, [Name] tahu bahwa Forks tidak seperti yang ia bayangkan. Dan dengan adanya vampir yang berprofesi sebagai dokter, ia mulai merasa bahwa kehidupannya di sini akan lebih menarik daripada yang dia pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deal With the Devil [Twilight Saga x Reader]
FanfictionKetika [Name] Michaelis membuka mata, ia mendapati dirinya jauh dari istana kelam yang biasa ia sebut rumah-terlempar ke dunia aneh penuh manusia fana. Tak ada tanda-tanda kakaknya, Sebastian, atau pun kehidupan iblis yang penuh intrik. Sebaliknya...