Sore itu, di kantin kampus yang ramai dengan suara obrolan dan gelak tawa, Adel duduk bersama beberapa teman sekelasnya di salah satu meja dekat jendela. Mereka sedang mengerjakan tugas sambil berbincang seru, sesekali terdengar tawa mereka menghangatkan suasana. Pakaian sederhana yang Adel kenakan tampak pas di tubuhnya, dan senyuman khasnya yang lembut membuat banyak mata tertarik padanya, meskipun ia tampak santai tanpa usaha untuk menarik perhatian.
Adel tertawa kecil mendengar lelucon dari temannya, sesekali menyuap camilan di depannya sambil melihat sekeliling kantin. Sambil mengobrol, ia merasa ada getaran dari dalam tasnya, pertanda ponselnya berdering. Begitu melihat layar ponsel, senyumnya merekah saat nama Zean tertera di sana. Ia meminta izin kepada teman-temannya, lalu menerima telepon itu dengan nada ceria.
"Halo Kak Zean!" sapa Adel sambil menahan senyumnya agar tak terlalu mencolok di depan teman-teman.
"Halo Del! Lagi sibuk nggak?" suara Zean terdengar hangat di seberang sana, seperti biasa membuat Adel merasa nyaman.
Adel tersenyum, lalu menengok pada teman-temannya. "Nggak, aku cuma ngobrol-ngobrol aja sama teman-teman di kantin. Ada apa, Kak?"
"Gimana kalau nanti sore kita jalan? Aku lagi ada di sekitar kampus, jadi kepikiran buat ketemu kamu" jawab Zean.
Mata Adel berbinar mendengar ajakan itu. "Wah, boleh banget, Kak! Pas banget aku juga lagi pengen beli beberapa barang. Sekalian kita ke mall aja, gimana?"
Zean tertawa kecil. "Oke, kalau gitu nanti kita ke mall ya. Aku jemput kamu di depan kampus."
Setelah menyelesaikan teleponnya, Adel kembali bergabung dengan teman-temannya, namun senyum di wajahnya tak kunjung hilang. Teman-temannya mulai penasaran dan akhirnya salah satu dari mereka bertanya, "Itu tunangan kamu, ya, Del?"
Adel mengangguk malu-malu. "Iya, tadi dia ngajak jalan sore ini. Jadi aku harus buru-buru selesaiin tugas ini."
Teman-temannya bersorak kecil, memuji hubungan mereka yang terlihat dekat dan romantis. Beberapa menit kemudian, Adel berpamitan dan bersiap untuk menemui Zean.
Seusai jam kuliah, Adel keluar dari kampus dan melihat Zean sudah menunggunya di depan pintu gerbang, terlihat elegan seperti biasa dengan kemeja kasual namun rapi. Saat Zean melihat Adel, ia melambaikan tangan sambil tersenyum.
"Maaf ya Kak, udah lama nunggunya?" tanya Adel saat sudah berada di dekat Zean.
"Nggak kok, aku juga baru aja sampai. Ayo masuk, kita langsung ke mall?"
Adel mengangguk, dan mereka pun berangkat bersama. Sepanjang perjalanan menuju mall, mereka mengobrol ringan tentang aktivitas masing-masing. Adel bercerita panjang lebar tentang kuliahnya, teman-temannya, bahkan tugas-tugas yang sedang ia kerjakan. Zean mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali tertawa mendengar cerita lucu dari Adel. Kehangatan percakapan mereka membuat perjalanan itu terasa singkat.
Setibanya di mall, suasana sore yang ramai dan lampu-lampu etalase toko yang mulai menyala menambah suasana hangat di antara mereka. Zean yang biasanya tak begitu suka berbelanja dengan keluarga, kali ini terlihat antusias karena bisa menemani Adel. Ia dengan sabar mengikuti Adel dari satu toko ke toko lain. Setiap kali Adel menemukan barang yang menarik, ia meminta pendapat Zean, dan Zean dengan senang hati membantu memilih.
Di salah satu toko pakaian, Adel tampak tertarik pada sebuah blus berwarna pastel. Ia memegang blus itu sambil berpikir, lalu memandangi Zean.
"Kamu suka yang ini?" tanya Zean sambil memperhatikan baju yang dipilih Adel, menyadari keraguan di wajah Adel.
Adel mengangguk kecil. "Iya sih, tapi kayaknya aku udah punya beberapa yang mirip" jawab Adel sambil mengerutkan dahi.
Tanpa berpikir panjang, Zean berkata, "Kalau kamu suka, ambil aja. Biar aku yang bayar."
Adel tersipu. "Kak, nggak usah"
Zean hanya tersenyum. "Udah, nggak apa-apa. Anggap aja hadiah dari aku. Lagian aku seneng kalau bisa bantu kamu pilih-pilih barang."
Adel pun akhirnya menerima tawaran Zean dengan rasa terima kasih. Setelah itu, mereka melanjutkan belanja ke beberapa toko lain. Zean yang biasanya jarang berbelanja, kali ini tampak menikmati momen tersebut, terutama karena ia bisa melihat Adel yang begitu senang.
Setelah puas berkeliling, mereka memilih sebuah restoran di lantai atas mall untuk makan malam. Restoran itu memiliki suasana yang tenang dengan musik latar yang lembut, membuat percakapan mereka lebih santai. Mereka menghabiskan waktu dengan membicarakan banyak hal, mulai dari rencana masa depan hingga kenangan-kenangan mereka yang lucu.
Saat mereka sedang menikmati makanan, tiba-tiba ponsel Zean berdering. Ia melihat nama bundanya tertera di layar. Dengan cepat, Zean mengangkat telepon itu.
"Iya, Bun? Ada apa?" tanya Zean.
Bunda Zean terdengar sedikit khawatir di seberang telepon. "Zean, ada titipan untukmu dari saudara kita di luar kota. Kalau bisa, pulangnya mampir dulu ya ke rumah, ambil barangnya. Soalnya Bunda juga mau ngasih beberapa barang buat kamu."
"Oh, iya, Bun. Nanti aku mampir, deh," jawab Zean sambil melirik Adel yang menunggu di depannya.
Setelah menutup telepon, Zean menatap Adel dengan sedikit canggung. "Del, kayaknya kita harus mampir ke rumah dulu, nih. Titipan dari saudara, dan ada barang dari Bunda juga. Gimana kalau kita mampir bentar ke rumahku dulu?"
Adel langsung mengangguk. "Oh, nggak apa-apa, Kak. Aku juga udah kangen ketemu Bunda."
Zean menghela napas lega. Mereka pun selesai makan dan bersiap-siap untuk pulang. Di perjalanan menuju rumah Zean, Adel merasa sedikit berdebar, mengingat akan bertemu lagi dengan keluarga Zean setelah sekian lama. Hubungan mereka yang sekarang lebih serius membuat Adel merasa lebih nyaman dan dekat dengan keluarga Zean.
Setibanya di rumah, mereka disambut oleh Bunda dan Ayah Zean. Bunda Zean langsung memeluk Adel dengan hangat.
"Adel, udah lama nggak ketemu! Apa kabar? Gimana kuliahmu? Bunda seneng kamu kesini lagi" tanya Bunda Zean.
"Baik, Bun. Aku juga senang bisa mampir lagi ke sini," jawab Adel dengan senyum manis.
Tak lama kemudian, adik Zean, Christy, datang dan langsung berteriak senang melihat Adel. "Adel! Aku Kangen banget! Kamu sibuk banget ya sekarang?"
"Ya begitulah Christy, kamu kan juga sibuk kuliah, wajar kalau kita jarang ketemu" jawab Adel
"Iya sih, tapi yang paling penting sekarang Kak Zean nggak bisa bilang nggak kenal kamu lagi dong, soalnya dia udah tunangan sama kamu!" Christy bercanda dengan nada menggoda.
Adel dan Zean hanya bisa tertawa mendengar candaan itu, sementara Ayah Zean ikut menimpali, "Iya Zean, sekarang kamu nggak bisa bilang nggak tahu siapa temannya Christy lagi. Adel udah jadi bagian dari keluarga kita."
Perkataan Ayah Zean membuat Adel tersipu malu. Namun, ia merasa hangat mendengar itu, seolah keluarga Zean benar-benar menerimanya dengan sepenuh hati.
Mereka semua berbincang dan tertawa bersama, membuat suasana semakin hangat. Zean memperhatikan Adel yang tampak bahagia di antara keluarganya, dan ia merasa bersyukur bisa menemukan seseorang yang tak hanya ia cintai, tapi juga diterima dengan baik oleh keluarganya.
![](https://img.wattpad.com/cover/384066332-288-k173503.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Soulmate (ZeeDel) ✔
FanfictionDi balik kemegahan gedung kantor yang menjulang, ada satu sosok yang berdiri di puncak kesuksesannya, Zean Alvaro. Namanya dikenal sebagai CEO muda yang berprestasi, pemimpin yang disegani, dan figur yang dihormati. Di usia tiga puluh tahun, ia suda...