3. Pilihan yang sulit

1 1 0
                                    

Setelah kejuaraan, Ela merasa lebih kuat. Dia mulai berlatih dengan Ustar secara rutin, dan perasaan mereka semakin dekat. Namun, Rangga tetap menghantui pikirannya. Suatu hari, saat Ela dan Ustar berlatih di lapangan, mereka melihat Rangga yang sedang berlatih voli bersama teman-temannya.

“Ela, kau baik-baik saja?” tanya Ustar, melihat ekspresi wajahnya yang tiba-tiba berubah.

“Ya, hanya… melihat Rangga,” jawab Ela sambil menunduk.

Ustar mengangguk. “Kau harus berbicara dengannya. Jangan biarkan perasaan ini mengganggu hubungan kita.”

Ela tahu Ustar benar. Dia harus menghadapi perasaannya untuk Rangga agar bisa melanjutkan hidup.

-----------------

Beberapa hari kemudian, Ela memutuskan untuk mendekati Rangga. Dia menemukan Rangga di perpustakaan sekolah, tenggelam dalam buku-buku. Dengan hati berdebar, Ela menghampirinya.

“Rangga,” panggilnya pelan.

Rangga menoleh dan tersenyum. “Ela! Apa kabar?”

“Baik… aku ingin bicara,” kata Ela, berusaha menenangkan diri.

Mereka duduk di sudut perpustakaan. “Aku mendengar tentang Aca,” lanjut Ela, suaranya bergetar. “Kau suka dia?”

Rangga terdiam sejenak sebelum menjawab, “Iya… tapi itu rumit.”

“Aku mengerti,” jawab Ela sambil menatap lantai. “Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku selalu mendukungmu.”

Percakapan itu membuat Ela merasa lega tetapi juga bingung. Dia tahu bahwa perasaannya untuk Rangga tidak akan hilang dengan mudah. Namun, dia juga merasakan ketertarikan yang tumbuh pada Ustar.

Di sekolah, kabar tentang kedekatan Ela dan Ustar mulai menyebar. Teman-teman Ela memberi dukungan penuh, tetapi di dalam hatinya, dia masih merindukan Rangga.

Suatu sore setelah latihan bulu tangkis, Ustar mengajak Ela untuk pergi ke kafe terdekat. “Ayo kita rayakan latihan kita!” ajaknya ceria.

Ela setuju meskipun hatinya masih terbagi antara dua pria.

Di kafe, suasana terasa hangat dan menyenangkan. Mereka berbagi cerita dan tawa. Ustar membuatnya merasa nyaman dan bahagia. Saat mereka menikmati minuman mereka, Ustar tiba-tiba berkata, “Ela, aku suka kamu.”

Hati Ela berdebar-debar. “Aku juga suka kamu, Ustar,” jawabnya jujur.

Namun saat itu juga, bayangan Rangga muncul kembali di pikirannya. Dia merasa terjebak dalam dua dunia yang berbeda—satu yang penuh harapan dan satu lagi yang penuh kenangan.

-------------------

Beberapa minggu kemudian, saat festival sekolah berlangsung, semua siswa berkumpul untuk merayakan acara tersebut. Ela melihat Rangga dan Aca berdansa bersama di tengah keramaian. Hatinya terasa perih melihat kedekatan mereka.

Ustar menghampiri Ela dan menggenggam tangannya. “Ayo kita ikut menari!” ajaknya dengan semangat.

Ela tersenyum lemah dan mengikuti Ustar ke tengah kerumunan. Namun saat musik mengalun dan semua orang bersenang-senang, pikirannya kembali melayang kepada Rangga.

-----------------

Setelah festival usai, Ela merasa putus asa. Dia harus membuat keputusan—apakah dia akan terus berharap pada Rangga atau membuka hatinya sepenuhnya untuk Ustar? Dalam kebingungan itu, dia memutuskan untuk berbicara dengan Almira dan Asya tentang perasaannya.

“Ela,” kata Almira dengan bijak saat mereka bertiga duduk bersama di taman sekolah. “Cinta tidak selalu mudah. Terkadang kita harus memilih antara apa yang kita inginkan dan apa yang benar-benar membuat kita bahagia.”

Asya menambahkan, “Jika Rangga tidak melihatmu seperti itu, mungkin sudah saatnya kau melanjutkan hidupmu.”

Ela mengangguk pelan, merenungkan kata-kata sahabatnya.

---

Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang