4. Pilihan terakhir

1 1 0
                                    

Ela memutuskan untuk fokus pada dirinya sendiri. Dia mulai berlatih lebih keras, tidak hanya untuk bulu tangkis tetapi juga untuk memperbaiki diri di bidang akademis. Dia ingin membuktikan bahwa dia bisa lebih dari sekadar gadis yang menyukai Rangga. Dukungan dari Asya dan Almira membuatnya merasa lebih kuat.

Suatu sore, saat mereka berlatih bersama, Asya berkata, “Ela, kau sudah banyak berubah. Aku bangga padamu.”

“Terima kasih, Asya,” jawab Ela dengan senyum. “Aku ingin menjadi lebih baik.”

Di tengah perjalanan baru ini, Ela menerima pesan dari Rangga. “Ela, bisa kita bicara? Ada yang ingin aku sampaikan.”

Hati Ela berdebar-debar. Apakah Rangga akan mengungkapkan perasaannya? Dia tidak tahu harus merasa senang atau cemas.

Mereka sepakat untuk bertemu di taman setelah sekolah. Saat Ela tiba, Rangga sudah menunggu di bangku. Senyumnya membuat jantungnya berdegup kencang.

“Terima kasih sudah datang,” kata Rangga. “Aku ingin minta maaf jika selama ini aku membuatmu merasa tidak nyaman.”

Ela mengangguk, berusaha menahan perasaannya. “Tidak apa-apa, Rangga.

Rangga melanjutkan, “Aku tahu kamu suka padaku. Tapi aku… aku masih merasa bingung dengan perasaanku terhadap Aca.”

Ela merasakan sakit di dadanya. “Aku mengerti,” jawabnya pelan.

“Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku menghargai persahabatan kita,” kata Rangga sambil menatap Ela dengan serius.

Ela tersenyum pahit. “Terima kasih, Rangga. Aku juga menghargai persahabatan kita.”

Setelah pertemuan itu, Ela merasa lebih tenang meskipun hatinya masih terluka. Dia tahu bahwa dia harus melanjutkan hidupnya tanpa berharap lebih dari Rangga.

Ustar terus mendukungnya dan perlahan-lahan, Ela mulai merasakan cinta yang tulus untuk Ustar. Mereka menghabiskan waktu bersama dan belajar satu sama lain, menciptakan kenangan indah yang membuat Ela merasa bahagia.

----------------

Suatu hari di sekolah, Ustar mengajak Ela ke festival seni. “Ayo kita lihat pameran! Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu,” ajaknya ceria.

Di festival itu, mereka melihat berbagai karya seni dan berbagi pandangan tentang kehidupan. Ustar sangat menghargai pendapat Ela dan itu membuatnya merasa diperhatikan.

Saat malam tiba dan lampu-lampu festival bersinar indah, Ustar menggenggam tangan Ela dan berkata, “Aku senang bisa bersamamu di sini.”

Ela tersenyum lebar. “Aku juga senang.”

Namun, saat mereka menikmati momen itu, Aca muncul di depan mereka dengan Rangga di sampingnya. Hati Ela bergetar melihat keduanya bersama.

“Eh, kalian!” seru Aca sambil melambai.

Ela berusaha tersenyum meskipun hatinya terasa berat. Ustar memperkenalkan diri kepada Aca dan Rangga dengan percaya diri.

“Ini Ela,” kata Ustar bangga. “Dia teman baikku.”

Rangga tersenyum ramah tetapi ada keraguan di matanya saat melihat kedekatan mereka.

Setelah pertemuan itu, Ela merasa bingung lagi. Dia harus memilih antara melanjutkan hubungan yang baru tumbuh dengan Ustar atau tetap terjebak dalam kenangan tentang Rangga.

Di malam hari, saat merenung di kamarnya, dia memutuskan untuk berbicara dengan Ustar tentang perasaannya yang sebenarnya.

“Ustar,” panggilnya saat mereka bertemu di taman sekolah keesokan harinya. “Aku perlu jujur padamu.”

Ustar menatapnya dengan serius. “Apa itu?”

“Aku masih memiliki perasaan untuk seseorang… tetapi aku ingin mencoba menjalin hubungan ini denganmu,” ungkap Ela.

Ustar tersenyum lembut. “Kita bisa menjalani ini bersama-sama. Aku akan mendukungmu apapun yang terjadi.”

Dengan keputusan itu, Ela merasa lebih ringan. Dia menyadari bahwa cinta tidak selalu mudah, tetapi dia siap untuk menghadapi apa pun yang datang ke depannya—baik itu cinta atau patah hati.

Dengan dukungan teman-temannya dan semangat baru dalam hidupnya, Ela bersiap untuk menjalani petualangan barunya—menemukan cinta yang tulus dan menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri.

---

Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang