Suatu sore, saat Ela dan Dimas sedang menggambar di taman, suasana terasa santai dan menyenangkan. Namun, Dimas tampak sedikit gelisah. Setelah beberapa saat, dia akhirnya mengumpulkan keberanian untuk berbicara.
“Ela,” katanya pelan, “aku ingin jujur padamu tentang sesuatu.”
Ela menatapnya dengan penuh perhatian. “Apa itu, Dimas?”
Dimas menghela napas. “Aku… aku sebenarnya suka sama Asya.”
Ela terkejut. “Asya? Teman kita?”
“Ya,” jawab Dimas dengan wajah merah. “Aku tahu ini mungkin terdengar aneh, tapi aku merasa dia berbeda dari yang lain.”
Ela merasa campur aduk mendengar pengakuan Dimas. Di satu sisi, dia senang karena Dimas menemukan perasaan baru, tetapi di sisi lain, dia juga khawatir tentang bagaimana Asya akan merespons.
“Apakah kamu sudah bilang ke Asya?” tanya Ela.
Dimas menggeleng. “Belum. Aku takut ditolak. Dia terlihat bahagia dengan hidupnya sekarang.”
Ela berpikir sejenak. “Mungkin kamu harus memberitahunya. Kadang-kadang kita tidak tahu sampai kita mencoba.”
Dimas mengangguk, tetapi wajahnya masih menunjukkan keraguan.
-----------------
Beberapa hari kemudian, saat mereka berkumpul di rumah Asya untuk belajar bersama, suasana terasa ceria. Semua teman-teman Ela hadir—Ustar, Almira, dan Fia—dan mereka semua tertawa dan bercanda.
Dimas memutuskan untuk mengambil langkah berani. “Asya,” panggilnya tiba-tiba, membuat semua orang menoleh ke arahnya. “Aku ingin bicara denganmu.”
Asya menatapnya bingung. “Ada apa, Dimas?”
Dimas menelan ludahnya. “Aku… aku suka padamu.”
Suasana seketika hening. Semua mata tertuju pada Asya yang tampak terkejut.
Asya terdiam sejenak sebelum menjawab, “Wow, aku tidak menyangka ini akan terjadi.” Dia tersenyum lembut. “Tapi… aku belum siap untuk hubungan serius saat ini.”
Hati Dimas tampak jatuh mendengar jawaban itu. “Oh… aku mengerti,” katanya pelan.
Ela merasa kasihan pada Dimas tetapi juga bangga karena dia telah berani mengungkapkan perasaannya.
Setelah momen canggung itu berlalu, teman-teman mereka berusaha mengalihkan perhatian dengan bercanda dan tertawa lagi. Namun, Dimas tampak sedikit kehilangan semangat.
Ela menghampiri Dimas dan berkata, “Kau sudah berusaha keras. Itu yang terpenting.”
Dimas tersenyum tipis. “Terima kasih, Ela. Aku hanya berharap bisa lebih baik dalam hal ini.”
Ustar yang mendengar percakapan itu menambahkan, “Jangan khawatir, Dimas! Cinta itu rumit dan kadang perlu waktu.”
Malam harinya, saat Ela pulang ke rumah, dia merenungkan semua yang terjadi. Dia merasa senang melihat Dimas berani mengungkapkan perasaannya meskipun hasilnya tidak seperti yang diharapkan.
Dia juga mulai berpikir tentang hubungannya dengan Ustar dan bagaimana perasaan mereka satu sama lain semakin kuat meskipun ada tantangan.
Skip
-------------Beberapa minggu berlalu setelah pengakuan Dimas kepada Asya. Meskipun Dimas merasa sedikit kecewa, dia tetap berteman baik dengan Asya dan teman-teman lainnya.
Ela terus mendukung Dimas dalam mengejar impian seninya dan berlatih bulu tangkis untuk kejuaraan yang akan datang. Ustar semakin percaya diri dalam hubungan mereka dan selalu ada untuk Ela.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Love
RomanceEla, seorang sekretaris SMA yang cantik dan pemalu, terpesona oleh Rangga, ketua kelasnya yang atletis dan misterius. Namun, Rangga menyimpan hati untuk Aca, kakak kelas yang menolak ajakan pacarnya. Saat Ela mendengar bahwa Rangga menyukai Aca, ia...