Keteduhan yang membuai

18 8 2
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Adakalanya aku berhasil mengendalikan diriku dan itu membuatku sangat lega, namun aku tak yakin aku bisa melakukannya lagi esok hari, keindahan Surabaya seperti mengingatkanku akan keindahanmu jua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adakalanya aku berhasil mengendalikan diriku dan itu membuatku sangat lega, namun aku tak yakin aku bisa melakukannya lagi esok hari, keindahan Surabaya seperti mengingatkanku akan keindahanmu jua.

-Ameer Zaidan Al-Habibie-


°

🍂🍂🍂

Sinar matahari mulai terasa hangat menerpa kulit, setelah melaksanakan shalat sunnah Dhuha, Ameer kemudian melanjutkannya dengan sedikit bertadarus Al-Qur'an agar hati dan fikirannya lebih tenang, dan hawa nafsu tak lagi dapat menguasainya. Setelah dirasa fikirannya mulai jernih, Ameer pun berniat untuk turun kebawah menemui paman dan juga ayahnya.

Setelah sampai di bawah dapat terlihat jelas oleh Ameer kini ayahnya tengah duduk bersama pamannya di ruang tamu dengan beberapa cemilan juga secangkir teh di atas meja. Ameer pun menghampiri mereka.

"Ameer, gimana Pak Bambang udah beri kamu izin?" Tanya Rifa'i.

"Alhamdulillah, Ameer diizinkan ayah, tapi Ameer harus tetap memberi tugas bagi mahasiswa setiap harinya."

"Syukurlah, ayo duduk nak, " Kata Ilyas

"Iya paman terimakasih."

"Itu memang harus Ameer, tanggungjawab kamu itu mengajar, jadi setidaknya tugas harus tetap kamu beri walaupun kamu tidak bisa hadir, " ucap Rifa'i.

"Iya ayah, Ameer tidak akan lepas tangan."

"Ameer izin keluar sebentar ya ayah, paman, mau lihat-lihat suasana sekitar, masih sama atau enggak kayak dulu waktu kecil Ameer kesini, terakhir kali waktu kesini satu bulan lalu itu pun Ameer gak sempat keliling buat lihat-lihat," sambung Ameer meminta izin.

"Yakin gak akan tersesat? " Tanya Rifa'i.

"Gak akan ayah, In Sya Allah Ameer ingat."

"Hati-hati kalau mau pergi keluar, disini banyak bangunan-bangunan baru, berbeda dengan zaman dulu waktu kamu kecil, bisa bikin kamu bingung, " kata Ilyas, Ameer mengangguk.

"Yaudah gak papa, bawa handphone kamu biar gampang ngehubunginnya," ucap ayah Ameer.

"Iya yah."

"Nak sekalian kamu lagi mau keluar, tolong beliin ayam geprek ya tadi Raihan sama Fira adikmu mau ayam geprek katanya, paman lupa gak bilang sama bibi juga ibumu yang mau ke pasar tadi, bisa nak?"

"Iya paman bisa, belinya dimana ya? Gak papa kalau yang di pinggir jalan?"

"Iya gak papa, kalau bisa belinya di Mang Suryo enak banget ayam gepreknya, tapi kamu gak bakalan tau jadi gak papa bebas aja."

TAKDIRKU BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang