May The Odds be Ever in Your Favor

1 0 0
                                    

Not someday,.. maybe soon

"You know Vee, ada kemungkinan taun depan kamu harus cari gandengan lain, karna kami harus berangkat bersama istri kami" canda ko Vendy sambil berjalan bersamaku menuju ballroom, aku menatap ko Vendy dengan tatapan tajam. "Kenapa gitu, kayak yakin aja taun depan udah menikah" kata Vina disamping kami sambil berjalan bersama ko Vander, aku cuma bisa tertawa mendengar jawaban kejam Vina, kadang aku rasa Vina semakin kejam dibandingkan 1 tahun yang lalu, mungkin karna sudah memasuki masa co-ass dan menghadapi pasien gigi yang lebih susah diatur. Ketika sampai didalam, aku hampir melupakan bahasan kami karna takjub, kenapa lebih dan makin mewah saja ini acara dan aku melihat makin banyak tamu dibandingkan 2 tahun yang lalu, apa karna semakin banyak anak anak muda yang membawa pasangannya; untung saja ini acara hanya menerima usia 21 tahun keatas, jadi tidak perlu aku melihat anak anak kecil belarian didalam ruangan, kalau tidak akan lebih rame lagi acaranya.

"May I know you are name pretty lady" aku mendengar suara laki-laki disampingku tersenyum, okay, bukannya terlihat menarik dia malah terlihat mengerikan, kenapa juga ada yang mengajak aku berbicara disaat aku lagi sendirian, jadi gak bisa kabur; mana aku lagi menunggu minumku. Kalau aku pura pura gak mendengar apakah dia akan pergi, aku males berurusan dengan laki-laki yang hanya melihat penampilan seperti dia. "Excuse me, I speaking with you" laki laki tersebut melambai lambaikan tangannya didepanku, " I am" kataku dengan suara kecil, Udah sok inggris tapi salah, kalau salah kata kata susah gpp, ini cuma to be aja salah. Aku cuma bisa menghela nafas, melihat bartender yang masih terlihat sibuk dengan minuman lain, aku rasa minumanku tidak akan selesai dalam waktu dekat, aku menghela nafas sekali lagi sebelum menoleh kearah laki-laki yang menggangguku, "do i know you, sir?", dia tersenyum lebar, seperti bangga karena aku akhirnya menjawab dan menoleh kearahnya, oh my.. biarpun langit runtuh gak akan aku tertarik sama kamu, "you cantik juga", secara bersamaan tangannya menjulur kearahku mau menyentuh wajahku, tanpa aku sadari, aku mundur kebelakang menghindari tangannya, apaan coba... dipikir pajangan main pegang pegang aja, ini acara gala dinner kayaknya perlu filter pakai cek karakter segala, kok jadi kayak acara murahan gini sih. "Hey, cantik cantik kok galak" dia mendekat kearahku, "you need to stop!" Dengan nada mengancam aku menegur, aku terus memastikan gerak-geriknya sambil berusaha mencari jalan keluar ataupun orang yang dapat menolongku dari situasi ini. Saat Aku menoleh kearah laki-laki tadi, dia semakin mendekat kearahku dan tangannya semakin mendekat, satu langkah lagi aku injak kakinya, diam diam aku menyiapkan posisiku, tiba tiba dari samping ada laki-laki berdiri menghalangiku dengan laki laki aneh tadi, "dia jelas jelas bilang tidak, you need to leave.. now", laki-laki aneh tadi terlihat geram sebelum mengumpat menjauh dari kami, kemudian laki laki itu menoleh kearahku, memastikan aku baik baik saja, saat dia mengangkat kepalanya sekali lagi menatap mataku, baru aku sadar siapa laki laki yang mau membantuku. 

"Hai Vee, are you okay?" Dia bertanya memastikan tanpa menyentuhku, "Irfan?", dia terlihat kaget dan sedikit kagum, "you still remember me?" Senyumnya semakin lebar, dia bahkan masih menjaga jarak, as usual si gentlemen satu ini, kalau bukan karna keputusanku dulu, aku rasa dia akan masih bersamaku; permainan waktu sungguh kejam kadang. " i miss you Vee, Aku gak nyangka saat aku liat kamu di gala dinner ini, setauku taun lalu kamu gak ada", aku mengangguk kepala sekali dan tersenyum, "taun lalu aku masih di luar kota, Aku juga gak nyangka ketemu kamu disini. Gimana kabarmu?"; dia mengangkat tangannya, memutar tubuhnya sebelum menghadap aku lagi dengan tertawa, "makin sehat dan makin sempurna, sekarang menyesal kah kamu memutuskanku?" Canda Irfan menatapku, jadi ingat masa masa kita di SMA, disaat kita masih sibuk memikirkan masa depan dan memikirkan hal hal yang terlihat mustahil dilalui, saat aku masih bimbang dengan keputusanku dan bagaimana Irfan selalu menguatkanku. Sekarang aku bertanya tanya kenapa dulu aku memutuskan hubungan kita yang jelas jelas baik baik saja, apa karna aku yang terlalu egois dan ambisius? Apa aku yang terlalu idealis dan memaksakan dia untuk mengikuti keputusanku?. "Vee, jangan bilang kamu jadi merasa bersalah? Kita udah bahas ini baik baik dulu, kita sama sama memutuskan kalau mending cuma berteman aja" Irfan berusaha menenangkanku saat dia sadar aku mulai merasa bersalah, aku tersenyum menjawab dan menatapnya. "Well, I miss you even more, maaf ya kita jadi lost contact semenjak aku masuk kuliah, awal awal aku terlalu hectic dan efeknya aku jadi gak banyak berhubungan diluar teman teman kuliah", Irfan tersenyum menenangkanku. Kami terus berbincang sambil menunggu waktu gala dinner mulai, sebelum akhirnya aku dijemput ko Vander untuk menari, aku dan Irfan berpelukan sebentar and say goodbye - I hope to see him next time.

"Let's dance" suara pembawa Acara sebelum orchestra memulai lagu, dan seluruh founder utama menari ditangah ruangan ballroom. Kadang aku iri dengan hubungan suami istri yang masih bisa menari dengan baik diacara seperti ini, menatap satu sama lain dengan tatapan cinta dan komitmen, berjalan bersama hingga dititik ini dan menikmati hasil kerja keras mereka dimasa tua mereka. Tanpa aku sadari lagu pertama selesai dan semua tamu bertepuk tangan, orchestra mulai memainkan lagu ke-2 dan satu persatu pasangan berjalan ke bagian tengah ballroom dan menari, akupun mulai menari bersama ko Vander, bergantian dengan Vina untuk menari bersama ko Vendy hingga lagu ke 3, saat mau mulai menari dilagu ke-4 aku merasakan ada orang yang mendekat kearah kami, "may I?"

————————

"May I?" Perlahan aku menoleh, menatap matanya dan tersenyum tipis sebelum menoleh ko Vendy yang mengangguk kearahku, menyerahkan tangan kananku kearah tangannya. Kemudian kami berhadapan, menunduk sebagai tanda hormat. Aku meletakkan tangan kananku di pundak kanannya, dan tangan kiriku di tangan kirinya; aku tanpa sengaja menahan nafas saat aku merasakan tangan kanannya dipinggangku; perlahan kami bergerak mengikuti iringan lagu. Saat aku melihat tangan kiri kami yang berpegangan, aku menghela nafas pendek yang aku baru sadar aku tahan sejak tadi. Bagaimana bisa menari bersama orang ini terasa begitu intens, aku bahkan sempat berpikir akan merasakan sengatan listrik saat menyentuh tangannya saking intensnya setiap sentuhan yang dia berikan. Tangannya menggenggam tangan kiriku tegas tapi tidak membuatku kesakitan, tangan kanannya memegang pinggangku lembut seperti menyatakan dia takut melukaiku dan mengarahkan gerakan kami begitu tenang, presisi dan tertata. Seakan akan kami dibuat sedemikian rupa untuk menari bersama, apa perlu aku mengajak dia untuk mendaftar perlombaan tari bersama, aku rasa kita akan menang begini caranya. Disaat aku mulai hilang fokus dan menikmati iringan lagu didalam pikiranku, aku merasakan ada jari yang memegang daguku lembut sebelum mengangkat wajahku sehingga aku menatap matanya, "focus on me young lady", kemudian meletakkan jarinya kembali kepinggangku. Tanpa ku sadari aku terus menatap matanya selama kami menari, matanya terlihat tajam dan lembut secara bersamaan, dan aku baru sadar warna matanya coklat gelap; selama aku menari bersamanya aku juga menyadari betapa wanginya badan dia; kira kira perfume apa yang dia gunakan, apa aku tanyakan saja ya? Tapi akan sangat terdengar aneh kalau aku tiba tiba bertanya perfume yang dia gunakan. Disaat aku baru mau bertanya, aku sadari lagu ke-4 sudah selesai.

Pikiran pertama yang timbul, kok cepat sekali ya kayaknya baru aja aku mulai menari dengan dia. Dengan pelan aku mundur 1 langkah, menatap matanya sebelum menunduk sebagai tanda hormat. Saat aku hendak pergi, aku merasakan pergelangan tanganku dipegang, aku menoleh kearah lenganku yang dipegang, melihat kearahnya dan menatapnya bertanya; dia berjalan mendekat, saat dia rasa cukup dekat, perlahan aku melihat jarinya yang bebas tidak memegang lengan tanganku menuju daguku, mengangkat wajahku untuk menatap matanya. "May the odds be in your favor, soon" sebelum menyentuh pipiku lembut dengan ibu jarinya, saking lembutnya hampir saja aku menutup mataku menikmatinya, kemudian dia pergi berjalan menuju pintu keluar dan aku berjalan menuju ko Vander yang berada di sudut ruangan berlawanan arah dengannya.

Alex POV:

"do i know you, sir?", aku mendengar suara perempuan dari arah kiriku didekat bar, aku seperti mengenal wajah perempuan itu, tapi.... siapa?, aku terus mengamati perempuan tersebut, dari posisi badannya yang terlihat tegang, tangannya yang berjaga jaga seperti siap menlindungi badannya, dan kaki yang aku baru sadari seperti bersiap siap untuk menyerang; refleks aku mengangkat 1 alisku , interesting....

Semakin aku awasi, semakin aku menyadari situasi yang perempuan itu hadapi, aku hampir berjalan menuju bar, aku berhenti saat aku melihat ada laki laki yang mencegah. Aku terus memperhatikan mereka, dimulai dari laki laki tersebut seperti mengusir pria yang menganggu perempuan tersebut, menoleh kearah perempuan tersebut dan berbicara dengannya seakan akan mereka seperti mengenal satu sama lain, aku menghela nafas....

Disaat aku hendak berbalik berjalan menjauh, baru aku sadari siapa perempuan itu, aku kembali menoleh kearah perempuan itu dan melihat dia memeluk laki laki tersebut. Untuk pertama kalinya aku merasa sesuatu yang aneh di belakang pikiranku akan seseorang yang bahkan tidak kukenal, seperti penyesalan dan harapan yang timbul disaat yang bersamaan. Aku melihat perempuan itu untuk terakhir kalinya sebelum berjalan kearah ballroom. "2 years...."

Penny For Your ThoughtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang