Enjoy!
( ・ั﹏・ั)
"Anak-anak, tolong tenang semua, kita kedatangan dua anak baru di kelas." Bu Kiki mengode seseorang untuk masuk.
Para anak kelas memperhatikan dua orang yang memasuki kelas mereka.
"Ini murid pindahannya?" Bisik Rion pada Caine.
"Maybe, wajah mereka sok kul kaya minta di tonjok bang," bisik Caine balik.
Rion terkekeh, "Boleh, entar tunggu waktunya. Mainan baru yakan," bisiknya.
"Kalo kecilnya jarang dibeliin mainan besarnya malah jadi mainin orang ya bang," Rion mendelik mendengarnya.
"Ga gitu dek, ini namanya hiburan masa sekolah." Caine ber 'oh' ria, memang beda abangnya satu ini.
"Rion dan Caine, apa yang sejak tadi kalian bisikkan? Terlihat seru sepertinya," Caine menyenggol lengan Abangnya melihat senyuman Bu Kiki yang menyeramkan.
"Engga buk, salah denger kali." Elak Rion sambil menatap tajam para anak kelas yang menatap ke arah mejanya juga. Sontak mereka semua langsung memalingkan wajah.
Buk Kiki menghela nafas, "Kalian boleh memperkenalkan diri sekarang."
Lelaki tinggi itu lebih dahulu berbicara, "Xavier Regan."
"Halo semua, gue Revana Ruby. Biasa dipanggil Reva, salam kenal." Ucap Reva tersenyum.
"Baik, semoga kalian betah di kelas ini Xavier dan Revana. Kalian boleh duduk dibangku belakang Rion dan Caine." Kata Bu Kiki. "Rion dan Caine bisa angkat tangan kalian?"
Caine langsung mengangkat tangannya dengan semangat, karena semakin dekat tempat duduknya, semakin cepat juga menonjok wajah menyebalkan lelaki bernama Xavier itu.
"Rion? Tidak punya tangan?"
"Kesemutan buk, ga bisa di angkat." Bu Kiki tak habis pikir, banyak sekali alasan pemuda satu itu.
"Kalian bisa duduk,"
Revana mengangguk dan berjalan kearah bangku tempatnya duduk di ikuti Xavier dari belakang.
Sempat melewati tempat duduk Rion, dan si surai ungu tersebut sempat-sempatnya memberikan tatapan tajamnya kearah mereka berdua.
Xavier hanya membalas dengan tatapan datar sedangkan Revana tak menghiraukannya.
"Baiklah anak-anak mari kita lanjutkan pelajaran yang sempat tertunda tadi."
"Baik buk,"
...
Jam kosong,
"Haloo teman baru~, wajahmu tampan sekali, hasil oplas ya?" Tanya Caine yang sudah menghadap ke belakang sepenuhnya.
Xavier hanya menatap tak minat Caine.
"Kamu bisu ya? Tapi di depan tadi kamu bisa ngomong tapi cuma dikit, atau kamu ga ngerti bahasa aku?" Caine berpikir sejenak sebelum tersenyum manis, "Aku tau bahasa yang kamu ngerti keknya, kayaknya.. zapzip.. zupzup.. zepzep.. zembud.. zempol.."
"Caine ngomong apa toh? Kuping gue yang salah atau emang Caine ada nyebut kata jembut?" Kata Gin yang mengorek-ngorek kupingnya.
"Kamu Reva kan ya? Aku Caine Chana Kalandra, bisa panggil aku Caine ya," Caine mengulurkan tangannya ke arah Reva.
"Oh, salam kenal Caine." Jawabnya.
Caine mengernyit, tak peka ni orang? Ia menggoyangkan tangannya seakan mengokode.
Rion menarik tangan Caine, "Deket Jaki sama Garin aja sana main ular tangga."
"Woah! Mau ikutan dong, tapi aku ga mau kalah ya, kalo kalah berarti ada yang engga beres." Akhirnya para anak-anak kelas pada ikutan main semua kecuali Rion, Gin, sama Riji.
Tugas mereka emang mantau aja.
Rion menghampiri mejanya, "Kalau adek gue ada deketin kalian jangan diladenin." Peringat Rion kepada dua anak baru tersebut.
Mana mau dia membiarkan Caine berteman sama anak yang belum diketahui asal-usulnya ini.
"Siapa gue emangnya Lo? Ga kenal langsung ngatur-ngatur," Akhirnya Revana membuka suaranya.
Rion berdecih, "Gue bukan ngatur, gue cuma peringatin jangan deketin adek gue."
Revana tersenyum remeh. "Kalau dia duluan yang deketin kita gimana?"
Rion mengeraskan rahangnya, tidak akan dia biarkan. "Gak bakal terjadi."
"Ih udah akrab duluan aja ya bang?"
Rion menoleh melihat Caine yang sudah berada di belakangnya saja. "Gaada."
"Mumpung jamkos mau aku ajak keliling-keliling sekolah ga? Sebagai wakil ketua OSIS yang baik kan aku mau memperkenalkan sekolah ini dengan kalian," Tawar Caine pada Xavier dan Revana.
Rion tentu tak terima, baru saja dilarang ini malah anaknya ngegas deketin langsung.
"Gu—"
"Boleh. Mau sekarang?" Rion menggeram pelan mendengar jawaban Xavier anak yang sadari tadi diam akhirnya buka suara.
"Let's go!" Girang Caine. Memang dia paling seneng kalau soal jalan-jalan.
"Siapa yang ngizinin?" Tanya Rion dingin."
"Siapa yang minta izin?" Caine memeletkan lidahnya, kedua tangannya langsung menarik lengan Xavier dan Revana.
Rion menatap kepergian mereka bertiga dengan tangan terkepal erat. Gin menyenggol Krow, "Gue ngerasa bakal ada perang ketiga," Bisiknya.
"Gue ga sabar nunggu tanggalnya." Bisik Krow membuat Gin berdecak sinis.
"Garin, Jaki, buruan susul Caine sana." Usir Riji.
"Magerr—EH goblok!" Jaki berteriak heboh akibat Garin yang menarik kakinya sembarangan.
"Mager?? Seret solusinya! Bye bye para my friend~"
Ó╭╮Ò
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan akur? (slow up)
RandomIni cerita tentang terong dan tomat bersaudara yang tak pernah akur. Warning! - Brotherhood | Bromance | Brothership - Fluffy(?) - Cerita ini hanya karangan atau lebih jelas tidak nyata. - Alur cerita asli dari otak dan dilarang plagiat. - Saya hany...