6

206 61 5
                                    

Enjoy!

(⁠⊙⁠_⁠◎⁠)

"Adek, wake up baby," Edward menepuk pelan pipi sang anak.

Sepertinya Caine mimpi buruk, sadari tadi tidurnya bergerak tidak tenang dan bergumam tidak jelas, wajahnya bahkan terlihat gelisah. Ia jelas khawatir, jarang sekali Caine bermimpi buruk sampai tidurnya gelisah seperti ini.

"Mas, adek belum bangun?" Tanya Shea yang baru saja keluar dari kamar mandi. Edward menggeleng tanpa mengalihkan atensinya dari Caine.

"Adek, bangun dek," Shea sedikit panik melihat bayinya tak biasanya susah dibangunkan.

Kedua orang tua itu bernafas lega melihat mata anak itu perlahan terbuka menampakkan netra emas yang berkaca-kaca dan siap menumpahkan liquid bening.

Edward dengan sigap membawa Caine ke pangkuannya dan memeluk sang putra, "Sshh, anak Papa kenapa hm?"

Shea mengusap punggung sang putra mendengar isakan kecil yang dikeluarkan Caine. "Adek mimpi buruk? Jangan dipikirin, itu hanya bunga tidur sayang,"

Caine tak menjawab melainkan memilih menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Papanya, sekaligus mencuri kesempatan mengelap ingus di baju Papanya. Gatau Caine males, idungnya meleran.

Ternyata hanya mimpi, Caine misuh-misuh dalam hati, karena mimpi buruk kali ini seperti terjadi di kenyataan.

"Nanti mau sekolah atau tetap dirumah?"

Anaknya ga sekolah malah di dukung, entar kalau aku jadi pengangguran yang salah Papa pokoknya, misuh Caine dalam benaknya.

Kalau anak biasa seneng ga sekolah, kalau Caine beda, soalnya bosen kalau dirumah. Hanya ke sekolah itu lah Caine boleh keluar, selain itu kalau tidak dengan dua abangnya atau dengan orang tuanya mana boleh main keluar.

"Mau sekolah," Suara terdengar kecil dan serak itu mampu menumbuhkan senyuman kecil di wajah Edward dan kekehan dari Shea.

"Kalau begitu harus mandi dulu oke?"

Caine mengangguk saja. Edward dan Shea sengaja tidak bertanya lanjut tentang yang menganggu Caine dalam tidurnya tadi, takutnya kalau ditanya-tanya anaknya malah tambah rewel.

___________

Caine berjalan kearah meja makan bersama Edward yang menggandeng tangannya. Matanya tak sengaja melihat penampakan Rion yang sudah stay duduk di ruang makan.

Tangannya mengeratkan pegangannya dengan tangan Papanya. Edward menatap bingung dengan tingkah Caine yang bersembunyi di belakangnya.

"Ada apa? Ada yang salah?" Tanya Edward kepada Caine.

"Papa, ga mau makan."

Edward mengernyit, kenapa lagi dengan bayi tomat satu ini? Tadi sewaktu di kamar sangat antusias mendengar Mamanya memasak sup jagung.

Sekarang? Malah tidak mau makan.

"Kenapa tiba-tiba? Katakan dengan Papa jika ada yang membuatmu tak nyaman." Ujarnya lembut seraya mengusap surai merah si bungsu.

Caine menggeleng kuat. Dia masih takut dengan Rion, walau cuma di mimpi tapi masih kebayang di pikirannya tentang bentakan Rion.

Edward tanpa aba-aba mengangkat Caine dengan ringan ke gendongannya. Caine tampak terkejut dan langsung memeluk leher Papanya. "Papa!" Ketus Caine tak terima.

"Apa?" Ucap Edward tanpa dosa.

Kaki jenjangnya membawa mereka ke ruang makan. Caine semakin memeluk leher Papanya mendengar suara yang sedang dia tak ingin dengar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kapan akur? (slow up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang